Kajian Utama : Menghadirkan Manfaat


Oleh : R. Bagus Priyosembodo

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda dengan kata-kata ringkas bermakna luas dan membimbing kearah yang berguna : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Beliau tunjukkan ukuran kualitas seseorang. Tingkat mutu seorang ditentukan oleh tingkat manfaatnya. Semakin besar manfaat dirinya maka semakin tinggi derajatnya. Demikian juga, semakin banyak madharat seseorang maka semakin rendah dan jeleklah dirinya.
Maka upaya penting untuk menaikkan derajat diri di hadapan Allah Ta'ala adalah upaya membesarkan dan memperbanyak manfaat diri untuk orang lain. Baik dalam urusan duniawi ataupun diniyyah. Dengan menggunakan segenap pikiran, tenaga, waktu, dan harta.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan.

Kebahagiaan dan kesuksesan seseorang sangat ditentukan oleh tiga hal yang termaktub dalam petunjuk Rasul ini. Yakni semangat, kesungguhannya dalam melakukan segala yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunianya, serta keseriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla. Kala semua unsur ini sudah terpenuhi, maka itu adalah kesempurnaan baginya dan sebagai tanda kesuksesannya. Sedang bila ia meninggalkan salah satu dari tiga perkara ini maka dia akan kehilangan kesempurnaan kebaikan dan keberhasilannya.
Minim semangat dan kaya malas maka ia akan dekat dengan kegagalan. Ia akan menjauh dari kebaikan, keberhasilan, dan kemuliaan.

Namun hendaklah ingat. Bersemangat saja tidaklah cukup. Mestilah bersemangat dalam hal yang bermanfaat. Bukan bersemangat dalam hal yang sia sia, mencelakakan, dan mendekatkan kepada kemurkaan Allah.

Itupun belumlah akan menghasilkan hal yang maksimal. Kala orang hanya bertumpu pada semangat dan kesungguhannya sendiri, tanpa bersandar dan memohon pertolongan sama sekali kepada Allah yang maha kuat dan kuasa. Urusannya akan menjadi sulit dan tidak barokah.

Apabila seorang hamba bertawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla , menyerahkan urusan hanya kepada Allâh, dan minta tolong hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , maka Allâh akan memudahkan urusannya, memudahkan segala kesulitannya, menghilangkan kesedihannya, memberikan hasil akhir yang baik dalam urusan agama dan dunianya.

Demikianlah, kita mesti mengetahui ilmu yang berguna membedakan manakah perkara bermanfaat dan manakah yang madharat. Kefakiran ilmu tentang hal inilah yang menjadikan hidup tidak berarti. Meski sudah diisi dengan semangat dan kesungguhan. Betapa banyak orang yang telah mengabdikan umur hidupnya, menghabiskan tenaga dan hartanya untuk perkara yang mencelakakan dirinya dan menghinakannya di hadapan sesama makhluk serta Sang Maha Pencipta.

R. Bagus Priyosembodo, Guru Ngaji dan Redaktur Ahli Majalah Fahma. Twitter @orangawam1


Admin : @emthorif

foto murid TK Tawakal Plemburan Sleman
Powered by Blogger.
close