Kisah Cerdas : Surat dari Kaisar
Oleh
: Dra. Asnurul Hidayati
Suatu kali Amir bin
Syurahabil Asy-Sya'bi diutus untuk urusan penting menemui Justinian, Kaisar
Romawi. Sya'bi tiba di Romawi. Ia lalu memberi keterangan kepada kaisar Romawi.
Setelah mendengar penuturan Sya'bi, Kaisar merasa kagum akan kecerdasan dan
kelihaiannya. Takjub akan keluasan wawasan dan kekuatan daya tangkapnya. Oleh
sebab itu pula akhirnya Kaisar meminta kesediaan Asy-Sya'bi untuk memperpanjang
kunjungannya sampai beberapa hari. Hal itu tidak pernah dilakukan Kaisar terhadap
tamu-tamunya yang lain.
Ketika Asyi-sya'bi
mendesak agar segera diizinkan pulang ke Damaskus, Justinian
bertanya:"Apakah anda dari keturunan raja-raja?" Beliau
menjawab:"Tidak, saya seperti umumnya kaum muslimin."
Akhirnya beliau
diizinkan pulang. Kaisar berkata :"Jika anda telah sampai kepada Abdul
Malik bin Marwan dan menyampaikan apa yang dikehendakinya, berikan surat ini
kepadanya."
Setibanya
Asy-sya'bi di Damaskus, beliau segera menghadap kepada khalifah Abdul Malik
untuk menyampaikan apa yang dia lihat dan dia dengar. Ketika hendak beranjak
pulang, beliau berkata, "Wahai Amirul mukminin, kaisar Romawi juga menitipkan surat ini untuk
Anda." Kemudian beliau pulang.
Ketika Amirul
mukminin membaca surat tersebut, beliau berkata kepada pembantunya, "Panggillah
Asy-Sya'bi kemari." Maka Asy-Sya'bi kembali menghadap khalifah.
Khalifah bertanya,
"Tahukah engkau, apa isi surat ini?"
Asy-sya'bi
menjawab, "Tidak, wahai Amirul mukminin."
Khalifah pun
berujar, "Kaisar Romawi itu berkata, 'saya heran bagaimana bangsa Arab mau
mengangkat raja selain orang ini (Asy-Sya'bi)."
Asyi-sya'bi
berkata, "Dia berkata demikian karena belum pernah berjumpa dengan Anda.
Andai saja dia pernah bertemu dengan Anda, tentulah dia tak akan berkata
demikian."
"Tahukah Anda,
mengapa kaisar Romawi menulis seperti ini?" tanya Khalifah.
"Tidak, wahai
Amirul mukminin." tukas Asy-Sya’bi.
"Dia menulis
seperti ini karena iri kepadaku, lantaran aku memiliki pendamping sepertimu.
Lalu dia hendak memancing kecemburuanku sehingga aku akan menyingkirkan
dirimu," cetus Khalifah.
Ketika pernyataan
Abdul Malik ini sampai ke telinga Justinian, maka Justinian berkata, "Demi Allah. Memang tidak ada
maksud lain dariku selain itu."
Ayah Bunda dan
Pendidik sekalian, ada hikmah dari kisah
di atas. Keunggulan dan kelebihan yang dimiliki seseorang biasanya menimbulkan rasa kagum. Tetapi juga
bisa menimbulkan rasa iri. Rasa kagum bisa menumbuhkan semangat pada seseorang
untuk berusaha agar bisa unggul. Adapun
rasa iri dari orang lain kepada kita bisa menimbulkan madharat terhadap kita.
Iri atau hasad bisa memisahkan hubungan persaudaraan. Bisa memecah persatuan.
Bisa meruntuhkan kepemimpinan. Masya Allah, kita perlu memberikan keteladanan
kepada anak-anak kita agar menyingkirkan rasa iri yang hinggap di hati. Dan
juga membiasakan berlindung kepada Allah agar terhindar dari pengaruh rasa iri
atau hasad ketika ada orang hasad kepada kita.
Sumber : Mereka
adalah Para Tabi'in. DR. Abdurrahman Ra'fat Basya. At-Tibyan. Solo.
Post a Comment