Alasan Memberi Pelajaran Tambahan
Oleh : Drs. Slamet Waltoyo
Orangtua Keysa bangga
karena Keysa berhasil meraih juara pertama lomba Tartil Al Qur’an tingkat kecamatan.
Bukan hanya itu. Keysa rajin belajar, rajin shalat, santun dalam pergaulan dan hormat
pada orangtua. Tahun ini Keysa duduk di kelas lima. Ia tidak bisa lagi hadir ke
Madrasah Diniyah. Setiap sore ia harus les, baik yang diadakan oleh sekolah maupun
di lembaga lain atas permintaan orangtua. Padahal selama ini Keysa selalu rajin
ke Madrasah Diniyah. Kejadian di atas umum terjadi pada murid SD.
Banyak anggota masyarakat
memandang bahwa pendidikan karakter (dalam hal ini; pendidikan akhlak) di
sekolah umum sangat kurang. Maka didirikanlah lembaga pendidikan non formal
berupa Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Al Quran (TPA) atau lembaga
lain untuk menutupi kekurangannya. Lembaga ini diperuntukkan bagi anak-anak usia
6 hingga 15 tahun. Tetapi umumnya setelah anak berusia 11 tahun atau setelah kelas
lima SD mereka mulai meninggalkan Madin atau TPA.
Upaya masyarakat
ini patut dihargai. Keberadaan lembaga non formal ini memperkuat tiga pilar pendidikan,
yakni pendidikan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Bahkan sejalan dengan
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Kita tidak mempertentangkan
antara Madin/TPA dan bimbingan belajar/les. Yang harus diupayakan adalah mengoptimalkan
waktu belajar anak-anak. Di luar jam sekolah, kita memberi pelajaran tambahan
yang sesuai dengan kebutuhan anak. Ya, sesuaikan dengan kebutuhan anak. Bukan kebutuhan
guru, kebutuhan sekolah, atau kebutuhan orangtua.
Ada tiga macam alasan
anak diberi tambahan jam pelajaran atau les. Pertama, agar lulus ujian dengan
nilai yang memuaskan. Kedua, agar tidak ketinggalan dalam proses pembelajaran.
Ketiga, agar mempunyai kompetensi lain di luar kompetensi yang diajarkan di
sekolah/madrasah.
Alasan pertama sudah
diberlakukan bagi anak kelas 5 dan 6 SD. Alasan inilah yang paling kuat sehingga
mengalahkan banyak alasan lain. Alasan ini menyangkut banyak kepentingan. Baik
kepentingan anak, guru, kepala sekolah, nama baik sekolah, nama bupati/walikota
dan sebagainya.
Dengan alasan kebutuhan
yang mendesak, kita maklumi. Tetapi jangan sampai mengalahkan kepentingan yang
lebih luas. Yaitu pendidikan secara utuh yang justru penting untuk kepentingan masa
depan anak dan bangsa. Yakni pendidikan sikap sosial dan spiritual. Pendidikan
yang menjadi fondasi bangunan karakter.
Anak yang sudah
biasa belajar di Madin/TPA jangan meninggalkannya sama sekali. Perlu ada kerjasama
antara sekolah, orangtua dan lembaga pengelola Madin/TPA. Kerjasama dalam membagi
hari belajar. Karena anak kalau sudah tidak lagi belajar di Madin/TPA akan sulit
untuk kembali belajar lagi setelah program les habis.
Alasan kedua yaitu
memberi les karena anak ketinggalan dalam proses belajar. Ini terutama terjadi
di kelas bawah. Misalnya anak kesulitan membaca, kesulitan dalam operasional hitungan,
dan sebagainya. Jika sekolah tidak memberi bimbingan secara khusus, maka orangtua
bisa mencari pembimbing di luar sekolah.
Alasan ketiga yaitu
memberi les agar anak mempunyai kompetensi lain yang tidak didapat di sekolah.
Misalnya musik, olahraga, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah anak memang
cukup waktunya dan memang suka/hoby. Bukan menjadi pemuas bagi cita-cita orangtua
atau prestasi sekolah saja.
Ada alasan yang
kuat bagi orangtua untuk memberi les. Terutama bagi anak yang punya banyak waktu
luang di luar sekolah. Yaitu kekhawatiran orangtua denganmerebaknya game
melalui internet. Yang perlu diingat yaitu jangan asal les. Tetapi pilihlah
yang benar-benar dibutuhkan oleh anak, bagi diri dan masa depannya.
Drs. Slamet Waltoyo, Guru MI Al Kautsar
Cebongan Sleman
Admin : @emthorif
Foto : http://lesprivatbsm.com/wp-content/uploads/2014/08/Les-privat.jpg
Post a Comment