Tanamkan Tauhid, Raih Kemuliaan
Oleh : Imam Nawawi
Orangtua mana yang tidak ingin
meraih kemuliaan dan dimuliakan oleh keturunannya. Semua orang tentu sangat
mendambakan hal itu. Sungguh tak akan ada gunanya sama sekali harta berlimpah
jika orangtua memiliki anak durhaka. Juga tidak akan mendatangkan ketentraman
hati, orangtua yang memiliki anak pintar dan kaya, namun tidak memuliakan agama
dan orangtuanya. Sungguh, kesedihan luar biasa jika orangtua didurhakai oleh
anak keturunannya.
Luqman Al-Hakim tidak pernah lelah
mengingatkan anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah. “Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. 31: 13).
Bahkan Nabi Ya’kub, karena begitu
khawatirnya dengan ketauhidan keluarga, anak dan keturunannya, sampai-sampai,
menjelang wafatnya pun, yang ditanyakan oleh beliau adalah perihal ketauhidan.
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya” (QS. 2: 133).
Semua itu menunjukkan bahwa,
pendidikan tauhid tidak bisa dianggap sepele. Orangtua harus memberikan
kemampuan skill kepada anak keturunannya, tapi jangan abaikan aspek tauhid,
keimanan, sholat dan komitmen mereka terhadap syariat Islam. Sebab, kelemahan
tauhid anak dan keturunan kita yang disebabkan kelalaian orang tua adalah
malapetaka besar dalam kehidupan.
Ketika tauhid seorang anak baik
maka dengan sendirinya akan muncul kesadaran bahwa dirinya harus benar-benar
mengesakan Allah dan berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan cara
senantiasa menghormati dan memuliakannya. Hal ini muncul karena ketauhidan yang
kokoh akan mendorong seorang Muslim memiliki komitmen tinggi dalam mengamalkan
kandungan Al-Qur’an.
Satu di antara perintah penting
dari Allah kepada para anak adalah mentauhidkan-Nya dan sekaligus berbuat baik
kepada kedua orangtua.“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. 17: 23).
Anak yang bertauhid pasti akan
mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an ini. Jadi, dengan menanamkan nilai-nilai
tauhid kepada anak dan keluarga, pada akhirnya mereka sendiri akan mengerti
perihal dirinya untuk mengamalkan kandungan Al-Qur’an. Dan, yang paling utama
dari seluruh perintah ialah mengesakan Allah sekaligus memuliakan orangtua.
Mengapa sekarang banyak anak enggan
merawat orangtuanya yang sudah renta? Jawabannya sederhana, mereka tidak
memahami Al-Qur’an dan memang tidak tertarik dengan Al-Qur’an. Semua itu tidak
lain karena sejak kecil mereka tidak dididik dengan nilai-nilai tauhid. Pada
saat yang sama, orientasi yang dibangun dalam rumah tangga juga bukan
pendidikan tauhid.
Padahal, Allah melalui
hamba-hamba-Nya yang sholih termasuk Nabi-Nabi-Nya yang maksum telah memberikan
penjelasan gamblang bahwa yang mesti diupayakan oleh para orangtua dalam
mendidik anaknya, yang paling pertama dan utama adalah pendidikan tauhidnya. Karena
hanya dengan ketauhdanlah anak kita bisa mulia di sisi Allah. Dan, hanya
anak-anak yang mulia di sisi-Nya yang bisa secara sadar alias otomatis
memuliakan kedua orang tuanya selama-lamanya di dunia dan akhirat.
Anak yang bertauhid akan sangat
respek terhadap Al-Qur’an, utamanya dalam memuliakan orangtuanya. Karena
mengabaikan orangtua meskipun tekun ibadah sama saja dengan mengejar
kesengsaraan.
Hal ini didasarkan pada hadits
Rasulullah, “Sungguh hina orang yang mendapatkan kedua atau salah satu orangtuanya
(masih hidup), namun (kesempatan bakti kepada) keduanya tidak memasukkannya ke
surga” (HR. Ahmad).
Untuk itu, selagi masih ada
kesempatan hidup, mari galakkan kembali pendidikan dan penanaman nilai-nilai
tauhid bagi anak dan keturunan kita dengan penuh kesungguhan. Insya Allah, jika
tauhid ini tertanam, anak akan mulia, keluarga akan mulia dan pasti kita
sebagai orangtua akan mendapat kemuliaan dari Allah dan anak keturunan kita.
Maka, masihkah ada yang lebih utama bagi anak keturunan kita melebihi keutamaan
pendidikan tauhid?||
Imam Nawawi, Pimpinan
Redaksi Majalah Mulia | Penulis di hidayatullah.com | Twitter @abuilmia
Admin @emthorif
Post a Comment