Kajian Utama : Konsentrasi untuk Menghadapi Hari ini


Oleh : R. Bagus Priyosembodo

Setiap hari ada berbagai tugas hidup yang harus dihadapi setiap orang. Keberhasilannya menjalankan tugas itu dengan usaha terbaiknya akan menjadi batu bata penyusun kebahagiaannya. Harga dirinya tinggi manakala ia bersikap dan bertindak benar dalam menyelesaikan berbagai tugasnya. Kehormatannya akan jatuh ketika ia lalai dan teledor dalam bertindak.

Hendaklah setiap orang berusaha menjadi manusia terbaik dalam menyongsong harinya yang sedang ia hadapi. Berupaya mampu mengkonsentrasikan keseriusan dan kesungguhannya untuk memperbaiki hari yang sedang dihadapinya itu. Pemusatan hati untuk berbuat demikian akan menuntunnya untuk mengoptimalkan amalannya. Hal ini membawa ia menuju hasil terbaik yang bisa diraih. Juga menjadikan hatinya terhibur dari kegundahan dan kesedihan.

Di antara sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah memberikan perhatian penuh kepada pekerjaan hari ini yang sedang ada di hadapan. Seraya menghentikan pikiran dari menerawang jauh ke masa mendatang yang menimbulkan kegundahan, takut dan khawatir. Juga berhenti dari kesedihan terhadap perkara-perkara yang telah lampau yang tidak mungkin diputar ulang ataupun diralat.

Seiring memohon dan mengharap pertolongan dan karunia Allah hendaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan apa yang menjadi sebab terwujudnya harapannya itu dan menghindari apa yang menjadi sebab terhalangnya. Karena, doa itu bergandeng dengan perbuatan.

Amat berharga petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, beringinlah dengan kuat  untuk mencapai apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: Andaikan aku berbuat demikian tentu akan terjadi demikian dan demikian. Akan tetapi katakanlah: Allah telah mentakdirkan (ini). Allah melakukan apa yang dikehendakiNya. Karena, kata ‘andai’ akan bukakan pintu perbuatan syetan‌.

Perhatikanlah bimbingan berharga ini dan beruntunglah. Berupaya keras untuk mencapai hal-hal yang bermanfaat dalam berbagai kondisi, seiring memohon pertolongan kepada Allah serta tidak tunduk mengalah kepada sikap lemah, yaitu sikap malas yang membahayakan. Juga bersikap benar dalam pasrah kepada Allah dalam hal-hal yang telah lampau dan telah terjadi, menata hati untuk ridlo terhadap qadha dan taqdir Allah.

Apabila seseorang telah menetapkan hati untuk mengerjakan suatu amalannya maka hendaklah dia menyempurnakan dengan tawakalnya. Kemampuan menyandarkan hati kepada kuasa Allah. Jika hati seseorang bersandar dan bertawakal kepada Allah, tidak takluk kepada bayang-bayang buruk dan tidak pula dikuasai oleh khayalan-khayalan buruk, sedang ia percaya penuh kepada Allah dan mendambakan karuniaNya, maka dengan itu segala kegelisahan dan kegundahan akan tertangkis, sejumlah penyakit luar maupun dalam akan hilang darinya, dan akan tercipta di hatinya kekuatan, kelapangan dan kegembiraan yang tak mungkin terungkapkan olah kata.

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah yang mencukupinya,
Orang yang bertawakal akan tenang dan beruntung. Mereka mampu mengatakan tatkala bahaya mengancam, “Allah cukup menjadi pelindung kita dan sebaik-baiknya yang dijadikan tempat bertawakal.” Kemudian mereka kembali dengan mendapatkan kenikmatan dan keutamaan dari Allah, mereka tidak terkena sesuatu halanganpun dan mereka mengikuti keridhaan Allah dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung.

Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma menyampaikan ucapan doa yang menguatkan jiwa menentramkan hati, yaitu hasbunallah wa ni'mal wakil, cukuplah Allah itu sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baiknya yang diserahi. Doa itu pernah diucapkan oleh Ibrahim ketika beliau dilemparkan ke dalam api, juga pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad  ketika orang-orang sama berkata: "Sesungguhnya orang-orang banyak telah berkumpul -bersatu padu- untuk memerangi engkau, maka takutilah mereka itu," Akan tetapi ucapan sedemikian itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang beriman melainkan keimanan belaka dan mereka berkata: Hasbunallah wa ni'mal wakil. Hati mereka tidak tergoncang.

Andaikata seseorang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, sesungguhnya Dia akan memberikan rezeki padanya sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan sore-sore kembali dengan perut penuh berisi. Hatinya senang dan kebutuhan tercukupi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  "Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: Bismillah, tawakkaltu 'alallah wala haula wala quwwata illabillah (-artinya: Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah), maka akan dikatakan kepada orang itu: Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, dan telah diberi penjagaan. Setan pun menyingkirlah dari orang tersebut."

*) Ustadz R. Bagus Priyosembodo, Guru Ngaji | Penulis Kajian Utama Majalah Fahma

Admin @emthorif
Foto : http://jabar.pojoksatu.id/wp-content/uploads/2015/05/un-sd.jpg
Powered by Blogger.
close