Kolom Prof. In : Decak-decak Kagum
Oleh : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A.
Saat
kami sedang menunggu dimulainya acara wisuda lulusan program profesi bagi anak
kami yang bungsu, istri saya menyapa anak perempuan yang duduk persis di depan
kami. “Mbaknya ini, adiknya Putri ya?” (bukan nama sebenarnya).
Anak
tadi menoleh ke belakang, mengangguk dan tersenyum. “Betul Ibu, saya adiknya”,
lalu mereka berdua bercakap-cakap sebentar. Setelah istri duduk kembali di samping
saya, dia berbisik “Papa ingat tidak, dulu saya pernah cerita tentang salah
satu mahasiswi yang menjadi yatim piatu dalam waktu yang relatif singkat?”
Kebetulan saya memang ingat cerita itu, karena peristiwanya sangat menyentuh
hati.
Saat
anak itu menginjak masuk ke semester tujuh, ibunya yang relatif masih muda
telah meninggal dunia karena sakit. Dan yang lebih
menyedihkan lagi, beberapa bulan kemudian disusul oleh ayahnya, yang meninggal dunia,
juga karena sakit. Padahal saat itu, anak tersebut sedang merencanakan untuk
mengajukan proposal penelitian untuk skripsi. Selain
dalam pelaksanaannya nanti membutuhkan biaya yang tidak sedikit, juga dukungan
moral. Dia juga harus menyediakan biaya kuliah dan hidup di Yogya, kebetulan
dia berasal dari luar kota.
Agar
dia tetap bisa melanjutkan kuliah dan juga tetap bisa merasakan kasih sayang
pengganti orangtuanya, istri minta izin kepada saya dan anak-anak kami, untuk
menawari dia tinggal bersama kami di rumah. Saat pertama kali
menerima ajakan tersebut, dia belum bisa memberikan jawaban dan minta waktu beberapa
hari untuk bisa memutuskan. Namun, setelah dia menyampaikan keputusannya, ternyata
dia berketetapan untuk sementara tetap tinggal di tempat kosnya saja. Dia akan
berusaha sendiri terlebih dahulu untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya di
Yogya. Dia menceritakan juga bahwa salah satu dari adik orangtuanya telah
menyampaikan kesediaannya untuk membantu membayar biaya SPP kuliahnya.
Saya
dan istri sangat menghormati keputusan tersebut. Kami
tidak bisa memaksa. Menurut pandangan istri, anak tersebut memang
mempunyai kemandirian yang kuat, tidak mudah menyerah. Meskipun dia dalam
kesulitan yang besar, namun tetap tidak ingin merepotkan orang lain. Dia akan
berusaha semaksimal mungkin terlebih dahulu.
Untuk
memperingan pembiayaan penelitian skripsinya, istri menawari dia untuk ikut membantu
mengerjakan salah satu penelitian yang saat itu sedang ditangani. Untuk tawaran
yang ini, dia langsung menerima. Dia senang sekali
karena kesempatan seperti ini juga diinginkan oleh banyak mahasiswa yang lain.
Bahkan beberapa mahasiswa bersedia
untuk antri. Karena, apa yang dikerjakan nanti, sebagian hasilnya bisa dipakai
untuk skripsi. Praktis, mahasiswa
tidak mengeluarkan biaya.
Ternyata
untuk membiayai kehidupan dia di Yogya dan juga satu-satunya saudara kandung
yang kuliah di kota asalnya, dia memberikan les privat kepada beberapa anak
sekolah menengah. Kami membayangkan, bagaimana repotnya membagi waktu. Sebab saat itu dia juga masih mempunyai kewajiban menempuh
beberapa mata kuliah, melakukan penelitian skripsi di laboratorium, dan juga
harus datang ke rumah-rumah anak didik les privatnya. Ternyata tidak hanya itu
yang dilakukan. Dia juga menjadi
asisten praktikum di fakultas. Tidak hanya satu
praktikum, namun beberapa.
Saya
dan istri berdecak kagum ketika mendengar apa yang telah dia lakukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pasti dia termasuk anak yang disiplin, dan
sekaligus pandai membagi waktu, karena dia telah berhasil dengan baik mengerjakan
berbagai kewajiban secara paralel, yang dibuktikan dengan lulus tepat waktu.
Decak kagum kedua adalah ketika kami mendengar apa yang
dikatakan Bapak
Dekan saat memberikan sambutan dalam acara wisuda. Beliau menyebutkan
nama-nama wisudawan yang lulus dengan predikat cumlaude, salah satunya adalah dia.
Saya
dan istri sependapat, bahwa dengan bekal pengalaman hidup seperti itu, pasti
kelak dia akan sukses meniti karir selanjutnya. Pasti nantinya akan ada
decak-decak kagum berikutnya. Dan
ini terbukti. Menjelang tulisan
ini selesai, saya diberitahu oleh istri bahwa lamaran beasiswa anak itu untuk
studi lanjut ke luar negeri telah diterima, Subhanallah.
Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A. Pimpinan Umum Majalah Fahma
Admin @emthorif
Foto : http://baak.unej.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/wisuda_baak.jpg
Post a Comment