Ekplorasi : Katakan: “Tidak….!”
Oleh : Muhammad Abdurrohman
Jeratan narkotika dan
obat-obatan terlarang makin nyata, membayangi masa depan anak-anak kita. Belum
lagi meningkatnya angka perokok di usia anak-anak. Merokok adalah kebiasaan yang membahayakan.
Karena bahan-bahan yang terkandung dalam asap rokok, bisa berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan kronik, seperti jantung, stroke, dan kerusakan
otak.
Satu hal yang
perlu digarisbawahi adalah risiko penyakit berbahaya tersebut. Karena penyakit
ini risikonya akan semakin tinggi, bila merokok dilakukan sejak dini.
Semakin
dini seseorang mengenal rokok, maka semakin cepat risiko gangguan kesehatannya
datang. Misal, ada orang yang merokok di usia 18 tahun, risiko penyakit datang
sekitar 15 tahun setelahnya, yakni pada usia menjelang 40 tahun. Bayangkan,
jika dari usia 7 tahun sudah merokok, risiko penyakitnya bisa datang di usia
produktif, jadi sangat mengkhawatirkan.
Sebagai orangtua dan pendidik, sejak dini kita sudah harus sering
mengajarkan kepada anak-anak kita bahaya rokok, penyalahgunaan obat dan minuman
keras. Namun apakah mereka tahu cara menolak bila suatu ketika mereka
dihadapkan dengan tekanan teman sebaya yang membujuk mereka untuk mencobanya.
Sebab umumnya mereka kecanduan rokok ataupun narkoba karena ajakan teman sebaya
untuk mencoba. Dan lama-lama pun akhirnya ketagihan.
Sudah cukupkah kita hanya dengan mengajarkan kepada anak-anak kita bahaya rokok,
penyalahgunaan obat dan minuman keras? Mereka mengetahui banyak tentang hal
itu, dari ajaran kita, dari guru-guru mereka di sekolah. Namun apakah mereka
tahu cara untuk menolak bila suatu ketika mereka dihadapkan dengan tekanan
teman-teman sebaya yang membujuk mereka untuk mencobanya?
Sebagai manusia kita mempunyai naluri untuk menyenangkan orang lain.
Kita sendiri sering menemukan diri kita dalam keadaan serba salah ketika
seseorang minta tolong. Kita tidak dapat menolak permintaan itu padahal kita
tahu kita tidak mempunyai waktu untuk melakukannya. Seringkali lebih mudah
untuk menyetujui permintaan itu daripada menolaknya, karena dengan demikian
kita tidak perlu memberi penjelasan atau alasan mengapa kita tidak dapat
menyetujuinya. Juga kita menghindari perasaan canggung, kurang enak yang timbul
dari penolakan terhadap permintaan itu. Demikian pun anak-anak kita, ketika
temannya menawarkan rokok, dia takut kehilangan teman, dia takut terkucilkan, sehingga
dia tidak mempunyai alasan untuk menolak.
Karena itu, kita pun harus mengajarkan konsep ‘menolak’. Ketika
anak-anak kita masih kecil, kita mengajar mereka berbicara, misalnya
mengucapkan terima kasih setiap kali seseorang berbuat baik kepada mereka atau
memberi mereka sesuatu. Juga apa yang harus mereka katakan bila bertemu seorang
keluarga atau teman yang baru sekali itu bertemu. Selain itu, kita harus
mengajar mereka menanggapi situasi kurang enak yang dapat membahayakan diri
mereka. Apa yang harus mereka katakan untuk menolak permintaan teman mereka
yang tidak sesuai dengan norma dan etika.
Jika perlu, adakan kegiatan di rumah untuk memainkan simulasi dengan
percakapan yang sudah kita susun. Lebih mudah untuk menolak bila mereka siap
dengan jawaban yang masuk akal. Beri mereka pengertian bahwa betapa pun mereka
ingin menyenangkan hati teman-teman, mereka harus memikirkan kepentingan diri
mereka lebih dulu. Bila apa yang mereka kerjakan akan menyusahkan diri mereka
di kemudian hari, maka tolak tawaran yang menjerumuskan tersebut itu sekarang
juga.
Selain memberikan jawaban yang tegas, anak-anak juga harus diajari
untuk memiliki pendirian. Jangan mudah menyerah kepada bujukan teman, betapa
gigihnya pun bujukan itu. Sekali tidak, tetap tidak, sehingga teman-temannya
akan mundur teratur dan menyadari bahwa mereka tidak akan berhasil membujuk
anak dengan cara apapun.
Muhammad Abdurrohman, Pemerhati dunia anak
Admin @emthorif
Foto http://munfitnessblog.com/wp-content/uploads/2010/05/Say-No-To-Smoking.jpg
Post a Comment