Kolom Prof In : Kos Eksklusif


Oleh : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A

Suatu ketika, sepulang dari menghadiri  pesta pernikahan tetangga, saya dan istri melewati sebuah lingkungan kampus. Tiba-tiba pandangan kami tertuju pada sebuah papan di pinggir jalan bertuliskan “ Kos Eksklusif, setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dalam, AC, kulkas, TV, Wi-fi, dan tempat parkir luas”.

Selesai membaca tulisan tersebut, saya teringat pada kos sejenis yang lokasinya dekat dengan rumah yang dulu kami pernah tinggali. Ada sebuah rumah besar dengan puluhan kamar yang dipakai untuk kos. Meskipun lokasinya berdekatan dengan rumah penduduk, namun dinding samping dan belakangnya tinggi sehingga terkesan tidak menyatu dengan tempat tinggal yang lain. Kebanyakan penghuninya tidak mengenal masyarakat di sekitar. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri, terasa suasana individualnya. 

Saya berkata pada istri, “Seandainya kita masih punya anak yang menjadi mahasiswa dan minta izin untuk tinggal di kos seperti itu, saya dengan cepat akan menjawab tidak boleh”. Meskipun dengan biaya yang murah, sangat murah, atau bahkan gratis sekalipun. Kalau sampai saya mengizinkannya, berarti secara tidak langsung kami termasuk orangtua yang “kurang peduli” terhadap masa depan anaknya.

“Lho...mengapa kurang peduli?” Sahut istri. “Apa justru tidak sebaliknya,  seandainya dia di sana, berarti kita telah memilihkan tempat kos yang baik, nyaman, fasilitas lengkap, dan tidak banyak gangguan. Dia bisa konsentrasi penuh untuk belajar sehingga cepat lulus”. Saya tertawa kecil, kemudian menjawab, “Nah itulah, dengan membiarkan dia tinggal di kos itu, berarti tanpa sengaja, kita telah menjauhkan anak dari kesempatan untuk bersosialisasi. Dia akan jarang mendapatkan tantangan dan pengalaman hidup yang sebenarnya, yang semua itu kelak bisa menjadi bekal hidup dalam menyongsong masa depannya.

Memang mungkin dia akan cepat lulus, dan bahkan secara akademik berpredikat cumlaude. Namun untuk sukses, bukan hanya itu yang diperlukan. Banyak hal lain yang lebih berperan. Para alumni yang “berhasil” sering bercerita, bahwa peran kemampuan akademik hanya sepersekiannya saja dalam menunjang kesuksesan. Justru yang sangat diperlukan adalah kemampuan beradaptasi, kepedulian dan kepekaan terhadap orang lain, kesabaran dalam mendengarkan permasalahan orang lain. Termasuk kemampuan untuk mengelola emosi ketika menghadapi situasi atau perilaku orang lain yang di luar kehendak, atau bahkan di luar perhitungannya.  

Bila anak bertempat tinggal di kos yang tidak eksklusif, apalagi bisa menemukan tempat tinggal yang masih ada induk semangnya, maka dia akan mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi dengan lebih baik. Perilakunya akan lebih terjaga karena ada orang lain yang seakan ikut mengawasi. Gangguan, godaan dan cobaan yang harus dia hadapi akan meningkatkan kesabaran, kepekaan, kepedulian dan juga toleransi terhadap orang di lingkungannya.

Mulai dari pengalaman saat dia harus antri untuk mandi, karena satu kamar mandi untuk beberapa penghuni. Menonton TV juga tidak selalu bisa sesuai dengan seleranya, karena ada penonton yang lain. Bila rasa kebersamaan telah terjalin, maka ketika ada temannya yang sedang sakit, dia tidak bisa bersikap acuh dan dia juga selalu ingin menghibur temannya yang sedang menghadapi musibah. Dia harus mengurangi pengeluaran pribadi, karena uangnya sedang dipinjam teman yang kiriman dari orangtuanya terlambat.

Sedangkan kalau anak tinggal di kos yang eksklusif, maka lingkungannya tidak mampu memaksa dia untuk bersosialisasi dengan baik. Tempat kos seperti ini, kebanyakan tidak ada induk semangnya, yang ada hanya satpam. Dia tidak menjumpai suasana yang bisa memaksa dia untuk peduli, bertoleransi, atau berbagi perasaan. Sederetan pintu dan jendela kamar selalu tertutup karena kamarnya ber-AC. Para penghuninya hanya saling bertemu ketika berangkat dan pulang kuliah. Sekembalinya dari kampus, mereka langsung masuk kamar, menutup pintu lalu menyalakan AC, menghidupkan TV, ganti-ganti saluran tanpa ada yang melarang. Dia tidak punya pengalaman menjumpai teman kos yang kekurangan biaya hidup, karena semua tetangga kamarnya anak orang yang berada.

Wallahu a’lam bishawab.

Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A, Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Pimpinan Umum Majalah Fahma


Admin @emthorif
Foto : http://www.balirealproperty.com/photo/property/property-1334043475-dsc0009-medium.jpg
Powered by Blogger.
close