Gangguan Belajar Pada Anak
Oleh
: Ahmad Budiman
Memantau
kegiatan belajar dan akademik anak bukan hanya tugas guru di sekolah. Baik atau
tidaknya prestasi anak juga dipengaruhi oleh kesehariannya di rumah, misalnya
saja jadwal belajar anak, jadwal bermain dan sebagainya. Peran orangtua menjadi
sangat penting untuk mengawasi kegiatan belajar anak di rumah. Dengan selalu
memantau belajar anak, orangtua juga akan cepat mengetahui jika anak mengalami
kesulitan belajar.
Diagnosis
dini ini akan mempercepat anak keluar dari masalah kesulitan belajar. Jika hal
ini tidak segera dilakukan, anak akan semakin malas dan membuat pemikiran
sendiri bahwa belajar adalah sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan. Belum
lagi tanggapan dari orang-orang di sekitarnya yang melabeli anak tersebut bodoh
atau malas, yang justru akan membuat anak tidak lagi percaya diri.
Beberapa macam gangguan belajar pada anak antara
lain: Pertama, Expresive Language
Disorder atau yang disebut dengan gangguan berbicara. Gangguan ini muncul ketika
seorang anak harus melakukan komunikasi verbal dan bahkan bahasa isyarat. Pada
kondisi seperti ini, perilaku atau kemunduran berbahasa anak tidak mencerminkan
nilai mereka saat mereka melakukan kemampuan menulis yang normal. Pada anak
yang mengalami gangguan berbicara, mereka akan menunjukkan gejala seperti
keterlambatan berbicara, sulit menghafal dan mengingat kata yang baru, minim
kosa kata dalam berbicara, seringnya melakukan kesalahan dalam mengucap kata
dan kalimat, sulit berbicara lancar dengan orang lain, hanya dapat menyusun
kalimat yang sederhana serta kemampuan bicara yang lebih lamban dibandingkan
anak dengan usianya. Kondisi keterbatasan ini berkaitan dengan sistem syaraf
dan juga dapat disebabkan oleh kondisi medis akibat si anak mengalami trauma
atau mengalami benturan di bagian kepala.
Kedua, Diseleksia.
Diseleksia merupakan gangguan membaca yakni sebuah kondisi ketidakmampuan
belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan melakukan aktivitas membaca
dan menulis. Akan tetapi pada kondisi ini anak tidak mengalami gangguan atau
keterbatasan aspek lainnya. Diseleksia dapat terjadi akibat adanya kondisi dari
biokimia atau juga bisa dipicu sebagai faktor keturunan yang diwariskan oleh
orangtuanya. Secara fisik para penderita diseleksia tidak menunjukan keluhan
atau tanda-tandanya. Penderita diseleksia tidak hanya terbatas pada kesulitan
membaca, menulis serta menyusun kata dan kalimat secara terbalik tetapi juga
dalam berbabagai macam urutan, baik tulisan atau kalimat yang dibuat urutan
menjadi terbalik kanan ke kiri dan bentuk lain-lain. Sehingga para penderita
diseleksia kerap kali dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal.
Ketiga, Mathematics
Disorder. Gangguan yang juga menyerang sistem syaraf ini dicirikan
dengan ketidakmampuan seorang anak untuk menghitung, penempatan angka yang
sering terbolak-balik, pusing dan sering marah ketika mengerjakan soal
matematika atau pelajaran lain yang berkaitan dengan perhitungan. Selain itu,
penderita mathematic disorder cenderung
membutuhkan penjelasan perhitungan berulang-ulang agar mereka dapt memahami apa
yang mereka kerjakan. Namun demikian, anak-anak tetap dapat dikenalkan dengan
pelajaran berhitung meski akan mengalami adaptasi dan memahami materi dengan
waktu yang lebih lama.
Mengatasi
masalah belajar pada anak merupakan salah satu faktor yang sangat penting.
Karena hal tersebut bila terjadi secara terus menerus maka dapat mempengaruhi
proses dan tahap perkembangan belajar anak dalam mencapai prestasinya. Sehingga
bagi anak yang mengalami masalah belajar, hal yang perlu dilakukan jika menemui
anak mengalami kesulitan belajar adalah segera meminta bantuan psikolog, guru,
dan terapis. Konsultasikan anak untuk mendapatkan treatment yang disepakati bersama. Buatlah jadwal anak dan terapis
untuk melakukan bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan.
Gangguan
belajar pada anak sangat mungkin disembuhkan, walaupun dalam proses lama. Akan
tetapi, satu hal yang perlu orangtua yakini bahwa anak memiliki bakat
masing-masing. Jika akademiknya memang kurang baik, tentu anak tersebut
memiliki bakat lain. Oleh karena itu, orangtua juga harus menggali dan
menemukan cara untuk mengembangkan bakat-bakat anak.
*)
Ahmad Budiman, Pemerhati pendidikan, Tinggal di
Yogya
Admin
@emthorif
Post a Comment