Mari Menuju Prestasi yang Hakiki
Oleh : Bagus Priyosembodo
Setiap diri mendamba prestasi, hasil yang telah dicapai dari usaha
yang telah dilakukan. Ada ingin dalam hati untuk mendapat sukses dan untung
serta lari dari rugi dan tidak berarti.
Ada naluri mengejar prestasi. Untuk itu seseorang bersedia
berkorban dan berpayah mendapatkannya. Karena prestasi itu terasa penting bagi
masing masing orang. Prestasi merupakan wujud nyata kualitas dan kuantitas yang
diperoleh seseorang atas usaha yang telah ia perbuat.
Ia juga pelajaran berharga untuk melangkah ke masa depan.
Pengalaman berhasil dan beruntung itu membuat percaya diri dan menjaga semangat
beramal lagi. Adapun gagal yang terus menerus hingga terasa sepi prestasi
seringkali membuat semangat pergi.
Prestasi juga menghadirkan rasa bangga bagi diri-sendiri, keluarga,
kelompok, masyarakat, bangsa dan negara. Prestasi digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan orang-orang yang beramal.
Tentu saja ada banyak ragam hasil usaha.Tidak hanya prestasi
akademis hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan
tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan
penilaian. Ada juga prestasi kerja hasil kerja yang dicapai oleh seorang dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Ada banyak jenis. Semuanya berhak
atas perhargaan kala hasil usah itu baik dan bermanfaat.
Marilah kita seksamai sifat dan amalan yang dipuji Allah. Jika amal
perbuatan ini terhasil maka beruntunglah yang melakukannya. Betul-betul
merupakan prestasi besar. Allah menegaskan, sungguh beruntunglah orang-orang
yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.
Beruntung serta terpujilah orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Juga beruntung dan terpujilah orang-orang
yang menunaikan zakat. Terpujilah orang-orang yang menjaga kemaluannya. Mereka
tidak berzina dan tidak membuka auratnya. Mereka hanya melakukan dengan
pasangan yang dihalalkan Allah Ta’ala. Maka hal ini tiada terceIa. Barangsiapa
melakukan dengan pasangan yang tidak halal maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas.
Beruntung dan terpujilah pula orang-orang yang memelihara
amanat-amanat yang dipercayakan dan janjinya. Beruntunglah dan terpujilah
orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka tidak melalaikannya dan tidak
meninggalkannya.
Orang-orang dengan amalan tersebut sungguh beruntung. Mereka itulah
orang-orang yang akan mewarisi, yakni yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka
kekal di dalamnya. Maka adakah pencapaian yang lebih besar daripada kenikmatan
surga? Adakah kebanggaan yang melebihi menjadi orang yang diridhoi Sang
Pencipta?
Maka juga tiada kegagalan yang melampaui kegagalan hidup yang tidak
akan ada pengulangan kesempatan untuk kedua kali. Kegagalan yang mengantar
kepada kesengsaraan abadi yang tak akan ada henti. Terkekalkan dalam neraka
jahim. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan hal ini.
Lihatlah orang yang merasa jaya berprestasi mengungguli orang lain
tapi sejatinya ia ditunggu kebinasaan.
Allah memberitahu kita, kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela
orang lain karena sombong yang ia punya. Orang ini yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Membuatnya
bahagia sempurna. Maka Allah membantah tegas keyakinan rusak itu. Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya ia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan
tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu api yang dinyalakan. Saking panasnya maka
api itu yang (membakar) sampai ke hati.
Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. Mereka sama sekali tidak bisa
lari. Pintu Huthamah dipalang dengan kayu panjang panjang. Mereka juga diikat
pada tiang yang panjang panjang.
Semoga Allah jaga kita dan keluarga semua dari kegagalan hakiki
seperti ini.||
*) Bagus Priyosembodo, Penulis
Kajian Utama Majalah Fahma
Admin @emthorif
Post a Comment