Menjadikan Semua Murid Berprestasi
Oleh : Drs. Slamet Waltoyo
Prestasi adalah hasil yang diraih atas usaha yang telah dilakukan.
Berprestasi bermakna meraih hasil yang baik dari usaha atau kerja yang telah
dilakukannya. Mengupayakan semua murid berprestasi berarti mengupayakan semua
murid berusaha dengan baik. Belajar dengan baik. Penekanannya pada usaha atau
belajar bukan hasil. Jika dikembangkan dalam sistem sekolah, budaya prestasi
akan melahirkan budaya kerja (budaya belajar), bukan budaya hasil.
Bukan hanya sisi akademis. Terlalu sempit. Akademis hanya
menekankan pada ranah kognitif. Harus diperluas karena potensi murid, apalagi
di tingkat dasar amat luas, ranah afektif dan psikomotor sangat penting untuk
dikembangkan.
Sebuah sekolah telah mengembangkan budaya ini. Langkah-langkah yang
ditempuh adalah; Pertama, pimpinan sekolah dalam tim merumuskan bidang yang
menjadi obyek pengembangan budaya. Baik bidang akademis maupun non akademis.
Bidang akademis meliputi semua mata pelajaran.
Bidang non akademis yang menjadi obyek antara lain; tertib wudhu, tertib shalat, tepat waktu, suka menolong, bekerjasama,
peduli, menjaga lisan, menghargai, mampu memimpin dan dipimpin, menjaga
kebersihan, ramah, kreatif, menjaga barang sendiri dan teman, aktif dalam
diskusi, teguh dan percaya diri, adab makan,
adab di masjid, dan sebagainya.
Kedua, guru dalam tim yang dipimpin oleh tiap guru kelas membuat
kriteria penilaian untuk tiap-tiap bidang. Dengan indikator yang mudah diamati
secara sekilas sehingga tiap bidang mempunyai kriteria yang jelas. Yang harus
diperhatikan, indikator pengamatan harus menekankan pada usaha, spontan, bukan
hasil.
Untuk bidang akademis, kriterianya lebih mudah. Yaitu dari hasil
ulangan masing-masing mata pelajaran. Tapi ingat, bukan hanya berdasarkan nilai
yang terbaik melainkan juga memperhitungkan peningkatan nilai yang diperoleh.
Ketiga, menyusun jadwal mingguan atau bulanan. Keduanya bisa
dilakukan tergantung kondisi sekolah. Jadwal ini dirahasiakan dari murid sehingga
murid tidak tahu bidang apa yang akan dinilai di kelasnya pada minggu/bulan
ini. Bagi guru, jadwal ini akan mempermudah dalam pengamatan. Misalnya
minggu/bulan ini guru bisa fokus mengamati bidang tertentu. Misalnya kelas 2a
penilaian tentang kerjasama. Guru bisa fokus mengamati tetapi murid tidak tahu
apa yang sedang diamati dan dinilai oleh guru.
Kelemahannya adalah; bila suatu hari guru menjumpai anak melakukan
sesuatu yang luar biasa dan pantas diapresiasi, tetapi yang ia lakukan tidak sesuai
dengan bidang penilaian minggu/bulan ini. Akibatnya, hal ini menjadi prestasi
yang terlewatkan. Karena itu guru harus bijak. Prestasi itu dicatat untuk
dikeluarkan pada saat sesuai jadwalnya.
Keempat, hasil pengamatan dan pinilaian diumumkan dalam upacara. Hal
ini dilakukan untuk memberi kebanggaan dan penghargaan. Murid yang berprestasi
dipanggil ke depan untuk mendapatkan ucapan selamat dan disematkan pin bintang
prestasi. Pin dikumpulkan oleh murid dan pada akhir tahun ada penghargaan
kepada murid pengumpul pin terbanyak. Dengan mengapresiasi atas prestasi yang
telah diraih, akan menjadi pengalaman sukses bagi anak. Ini penting untuk
memberi rasa percaya diri.
Kelima, sekolah membuat forum khusus di luar kelas. Forum diadakan
rutin setiap hari di mana guru dapat berbicara dari hati ke hati dengan murid.
Misalnya forum dalam bentuk halaqoh tiap selesai sholat dzuhur. Satu orang guru
membimbing 7 sampai 10 murid. Tujuan forum ini adalah untuk memberi makna agar
murid menghayati pentingnya usaha atau belajar dengan sungguh-sungguh pada
semua bidang budaya yang dikembangkan.
Hal penting untuk menjaga agar cara ini tetap bermakna adalah
kesungguhan guru dalam memberi penilaian berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Budaya prestasi bukan mengejar penghargaan, melainkan budaya usaha dengan
prestasi sebagai ikutan.
* Drs. Slamet Waltoyo, Guru MI Al-Kautsar Sleman Yogyakarta
Admin @emthorif
Post a Comment