Yang Membahagiakan Seorang Ayah Muda


Oleh : Imam Nawawi

Setiap manusia, memiliki kriteria dan pandangan tersendiri tentang apa yang membuatnya bahagia. Begitu pula dengan diriku. Dengan tiga orang anak, dua di antaranya sudah sekolah di TK dan Play Group, pagi dan soreku selalu diwarnai suka cita.
Anak sulungku, yang duduk di bangku TK dan anak keduaku, yang duduk di PG, setiap pagi selalu memberiku doa, terutama kala berpamitan kepada istri dan anak-anaku. “Abah berangkat dulu ya, nak.”
Kedua anakku pun menjawab dan hampir serempak, kadang-kadang bergantian, “Abah, hati-hati di jalan. Semoga Allah mudahkan dan lancarkan urusan Abah. Allah ridhoi Abah dalam semua pekerjaan Abah.”
“Wow, subhanalloh, anak-anakku sudah sepandai ini, ya Allah. Semoga kelak mereka menjadi anak-anak yang menegakkan sholat, sholeh-sholehah dan bersungguh-sungguh dalam berdedikasi kepada-Mu dengan mengutamakan manfaat dan maslahat bagi seluas-luas umat manusia,” gumamku dalam hati.
Kebahagiaan juga datang kala sore hari atau tepatnya saya pulang dari tempat saya berdedikasi untuk Allah dan Rasul-Nya, untuk bangsa dan negara dan seluruh rakyat di negeri ini. Dengan sigap, kedua anakku itu, bahkan yang sementara ini bungsu, begitu antusias untuk membuka pintu dan pagar tempatku bernaung.
“Abah………………..,” suara mereka memanggil disertai kegembiraan luar biasa. Anak kedua pun bertugas membuka pagar, sedang anak ketiga, menunggu apa yang akan diserahkan kepadanya sebagai buah tangan untuk mereka nikmati bersama.
“Alhamdulillah, Abah sudah datang. Abah bawa apa?” itu pertanyaan rutin anak sulungku. Tetapi, meski begitu, untuk kebaikan masa depan mereka, tidak setiap malam, mereka mendapat oleh-oleh.
Selepas itu, anak-anak akan bermain bersama, sesekali mereka menggodaku dengan melompat-lompat dipundak, ada yang minta disuapin makan dan tidak jarang meminjam alat kerjaku sekadar untuk melihat video yang sebenarnya hampir setiap hari mereka saksikan.
Setidaknya, dua hal ini sangat mendominasi suasana hatiku setiap hari. Kemampuan mereka berdoa, berkata baik dan menghormati orang tua, menjadi suatu anugerah indah saat mereka masih berusia dini.
Syukurku kepada Allah tiada henti, terimakasih kepada istriku tak terhingga, juga kepada para guru-gurunya di TK Little Kangaroo, semoga Allah membalas amal bakti kita semua dengan balasan yang sempurna dari sisi-Nya.
Semoga, Allah perkenankan anak-anakku seperti yang Nabi Ibrahim mohonkan dalam doa yang indah yang Allah ajarkan sendiri kepada kita dalam kitab-Nya.
“Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh” (QS. Ash Shaffaat: 100).
Pada akhirnya, manusia memang tidak mengerti apa yang akan terjadi di masa depan. Tetapi semoga kebahagiaan saat mereka anak-anak ini menjadi tanda nyata bahwa masa depan nanti bahkan sampai akhirat, kebahagiaanku sebagai seorang ayah akan semakin nyata. Karena tidak aset nyata yang bisa menembus ruang dan waktu selain ilmu dan amal jariyah, melainkan anak-anak yang sholeh-sholehah yang mendoakan kedua orang tuanya.
Imam Nawawi, Pimpinan Redaksi Majalah Mulia | twitter @abuilmia
admin @emthorif
Powered by Blogger.
close