5 Pelajaran Penting dari Sosok Nabi Daud Alayhissalam


Oleh : Imam Nawawi
Menjadi seorang sukses di mata manusia itu butuh komitmen tinggi dalam penerapan disiplin dan antusiasme kuat dalam beraktivitas. Demikianlah capaian-capaian manusia pada umumnya. Tetapi, untuk menjadi manusia yang diridhai Allah, disiplin dan antusiasme belum cukup. Seperti apakah itu, seperti apa yang ada pada sosok Nabi Daud Alayhissalam.
“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih” (QS. Al-Saba [34]: 13).
Sekalipun Nabi, Daud Alayhissalam tetap bekerja. Bahkan beliau menjadi ahli besi karena ketekunannya dan ilham yang Allah berikan perihal bagaimana menundukkan besi (QS. Saba [34]: 10-11) dan (QS. Al-Anbiya [210: 80). Besi-besi yang keras itu mampu dilunakkan Nabi Daud untuk membuat berbagai alat kebutuhan hidup serta besi itu dijadikan perisai (pakaian perang). Dalam bahasa lain, Nabi Daud benar-benar pekerja keras dan amat teliti dalam pekerjaannya.
Selain itu, Nabi Daud Alayhissalam telah mengangkat panji kemenangan, dan mulai mengembalikan kejayaan (tamkin) untuk Bani Israil setelah terbunuhnya Jalut. Dengan kata lain, Nabi Daud adalah pribadi yang disiplin, antusias dan berkemauan kuat dalam mentaati Allah. Dan, seperti kita ketahui, tidak ada puasa sunnah yang sangat dikenal, setenar puasa Daud.
Bahkan, dikisahkan Nabi Daud menguatkan kerajaanya dengan tasbih, dzikir dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Ø¥ِÙ†َّا سَØ®َّرۡÙ†َا ٱلۡجِبَالَ Ù…َعَÙ‡ُÛ¥ ÙŠُسَبِّØ­ۡÙ†َ بِٱلۡعَØ´ِÙŠِّ ÙˆَٱلۡØ¥ِØ´ۡرَاقِ ١٨
“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi” (QS. Shaad [38]: 18).
Dari sosok Nabi Daud ini, setidaknya ada delapan sifat yang paling penting yang ditulis oleh DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya, Fiqh An-Nashru wa Al-Tamkin. Namun, kita bahas lima di antaranya saja karena ada kemiripan pada tiga poin yang tidak kita telaah di sini.
Pertama, sabar. Allah telah memerintahkan Nabi kita Muhammad Shallallahu alayhi wasallam – walaupun dengan segala kebesaran pribadi beliau – untuk mengikutinya dalam hal kesabaran dalam taat kepada Allah.
Kedua, ubudiyah. Manakala Rasulullah menyebutkan Nabi Daud dan membincangkannya, maka beliau akan menerangkan keutamaannya dan kesungguhannya dalam ibadah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya puasa paling Allah cintai adalah puasa Daud, dan sholat yang paling Allah cintai adalah sholatnya Daud. Dia tidur separuh malam, bangun untuk sholat sepertiganya, tidur lagi seperenamnya. Dia puasa sehari dan berbuka sehari” (HR. Muslim).
Ketiga, senantiasa kembali kepada Allah untuk berlaku taat dalam semua urusan dan perkara. Firman-Nya pada ayat 19 Surah Shaad “Masing-masingnya amat taat kepada Allah” menunjukkan akan kesempurnaan makrifat Nabi Daud kepada Allah yang selanjutnya menjadikan Nabi Daud amat bersungguh-sungguh dalam ibadah sesuai dengan manhaj Allah.
Keempat, hikmah. Melalui kisah Nabi Daud kita bisa mendapatkan bahwa hikmah akan menjadikan kita memiliki pemaaman dalam, akal yang tajam, ilmu yang luas lagi dalam, komitmen terhadap keadilan, profesional dalam bekerja, serta cepat, tepat dan akurat dalam setiap pengambilan keputusan.
Kelima, bijak dalam menyelesaikan perselisihan. “…dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan” (QS. Shaad [38]: 20).
Yakni, diilhamkan kepadanya cara indah dalam menyelesaikan setiap masalah pelik dan rumit, dengan ditampakkanya yang benar dan dihancurkannya yang batil. Juga dikaruniai oleh-Nya kemampuan menguntai kalimat pendek namun jelas maksudnya dan bermakna sangat luas.
Dengan lima sifat paling penting yang ada pada diri Nabi Daud, insya Allah umat Islam dan generasi Muslim masa depan sangat berpotensi membawa pencerahan bagi dunia. Generasi yang memiliki komitmen tinggi dalam menegakkan keadilan, kedisiplinan, dan bisa diandalkan dalam segala kebaikan dan kemajuan dunia. Wallahu a’lam.
Imam Nawawi, Pimpinan Redaksi Majalah Mulia 
Powered by Blogger.
close