Menyeimbangkan Kecerdasan Intelektual dan Spiritual


Oleh : Muhammad Irfan

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang hanya menekankan atau menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja akan membuat anak didik jauh dari masyarakatnya. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, tetapi di sisi lain tetap harus diperlakukan secara adil. (Pepi Nuroniah, 2015)

Dalam sistem pendidikan di negara kita, pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Penitik-beratan pendidikan pada kecerdasan intelektual akan membuat ketidakseimbangan dalam menanamkan nilai sosial pada peserta didik. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Siddik Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.”.

Maka menyeimbangkan potensi anak dalam sisi kecerdasan intelektual dan spiritual akan menjadikan peserta didik memiliki nilai sosial dalam masyarakat. Salah satu caranya adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan. Lanjut M. Siddik Bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat”.

Ada beberapa beberapa elemen yang cukup berpengaruh dalam proses pendidikan. Pertama, keluarga ; apa yang sering dikatakan orangtua akan menjadi sugesti yang akan terus terbawa hingga ia mampu memahami segala hal yang terjadi di sekitarnya, hingga ia mampu mengontrol emosi dan alam bawah sadar yang akan terus mengontrol tindakannya. Sosialisasi yang baik dari keluarga akan memberikan manfaat yang sangat baik.

Kedua, teman; teman yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada kepribadian kita, akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan-pendidikan kecil yang akan kita peroleh. Setelah keluarga, kita akan sering bertemu dan bergabung dengan seorang teman, sebagai tempat berinteraksi, dan bertukar pendapat. Sebagai contoh, ketika dalam satu kotak terdapat dua buah kertas, kertas A kita coba untuk sirami sebuah tinta maka kemungkinan besar kertas B juga akan ikut terkena juga, bukan? Nah, seperti itulah 2 buah kertas sama dengan seseorang yang selalu bersama-sama dan ia akan saling mempengaruhi satu sama lain.

Ketiga, media; media yang dimaksud di sini adalah media massa. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, segala hal yang sering kita saksikan akan menjadi acuan. Sebab, apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan tanpa sadar akan mempengaruh diri kita. Maka dari itu kita harus cerdas dalam menggunakan media dan memanfaatkannya.

Ilmu itu tidak hanya dari pembelajaran yang dijelaskan oleh seorang guru, baik itu di sekolah, di kampus atau bahkan penjelasan yang terus dijelaskan oleh atasan kepada bawahannya di tempat kerja, melainkan lebih dari itu. Sebab itulah urgensi mendidik anak di era informasi dan teknologi ini tidak cukup hanya memberikan pengetahuan yang bresifat kognitif saja, tapi juga harus berbasis pada tatanan sosial kemasyarakatan, dengan cara menambahkan forsi pendidikan agama di sekolah.

Membekali karakter sosial kemasyarakatan anak dalam agama Islam sendiri telah memiliki dua elemen sebagai pilar dasarnya. Pertama, kepedulian. Hal ini diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no. 29748)”.

Kedua, kejujuran. Rasulullah telah menerangkan dalam haditsnya “Hendaklah kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran…”

Akhirnya kita semua bersepakat, bahwa landasan membentuk karakter dasar anak dalam pendidikan, tidak cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan intelektual saja. Tapi harus pula diimbangi dengan kecerdasan spiritual, melalui implementasi pandidikan agama yang sungguh-sungguh oleh semua pihak di lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat.

*) Muhammad Irfan, Pemerhati dunia anak

Admin @emthorif
Powered by Blogger.
close