Parenting : Jangan Memberi Apresiasi Kesalahan Anak


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Seorang ibu memasuki minimarket bersama dua orang anaknya yang masih kecil. Saya tidak memperhatikan dengan baik. Yang satu, kira-kira kelas 4 SD. Satu lagi mungkin TK atau SD kelas 1. Begitu masuk, ibu tersebut segera mengucapkan dua kata, "Nggak... Nggak...." sebagai isyarat larangan beli bagi kedua anaknya yang langsung berbelok ke tempat es krim.

Anaknya yang kecil segera menunjukkan reaksi spontan, hanya sepersekian detik (barangkali tidak sampai satu detik) dari kata "nggak" yang terakhir diucapkan ibunya, dengan menangis keras; melengking, memaksa....

Tak perlu waktu lama bagi anak itu untuk menangis. Ibunya segera memberi reward untuk tindakan anak mempermalukan orangtua. Ia mempersilakan anaknya mengambil es krim. Hampir saja tangisan kedua pecah ketika memilihkan es krim yang lebih murah dibanding pilihan anak. Tetapi tangisan itu segera berubah menjadi perayaan kemenangan yang ditunjukkan kepada kakaknya, "Dibeliin toh, Mbak...."

Sebuah tragedi yang sempurna.
Saya keluar dari mini market dengan hati galau; gelisah membayangkan perilaku kedua anak tersebut di masa-masa yang akan datang. Berapa banyak ia belajar menerima hadiah dan penguat untuk setiap tindakannya mengamuk, memaksa, menangis keras untuk membuat orangtua tak berkutik, atau tindakan lainnya yang bersifat mempermalukan orangtua demi meraih apa yang diinginkan. Berapa banyak perilaku serupa yang ditunjukkan anak ketika ia tidak mau mengikuti aturan maupun anjuran orangtua.

Betapa kita perlu ilmu dalam mendidik anak. Betapa kita perlu kesabaran dan mendahulukan yang lebih penting daripada sekedar gengsi maupun ketenangan sesaat.

*) Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku
admin @emthorif
foto https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisxmfPNl0AfixTw8k5NBpx88RAvm1Y2aBwiEpzxouoDZMcvK__6sTs7SKnzDWyk5gFicLfXZXkHkdJWti-JJmm9EufN7E_6cj1fwCMfYz0fLffZg5Lc8CDNZtQpKfXASDFBbwaOpqukMA/s1600/Belanja+ke+Super+Market+%25284%2529.jpg
Powered by Blogger.
close