Child Predator di Internet


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
 
Istilah predator sebenarnya merujuk kepada binatang yang memangsa binatang lainnya. Tetapi belakangan ini muncul istilah child predator yang –sesuai makna asalnya—menunjukkan tentang orang yang sangat membahayakan anak-anak melalui internet. 

Mereka memangsa layaknya hewan memangsa binatang buruannya. Mereka menjadikan anak-anak di bawah umur yang aktif melakukan kegiatan di dunia maya, khususnya yang memiliki media sosial sebagai korban pelecehan seksual maupun beragam kejahatan seksual lainnya. Para pemangsa anak (child predator) ini belum tentu seseorang yang mengidap pedofilia, tetapi jelas orang yang sangat bejat akhlaknya.

 Yang kerap terjadi, pemangsa anak berpura-pura seperti anak-anak, berbahasa layaknya anak-anak dan menggunakan foto profil yang juga anak-anak atau foto lain yang membuatnya tidak terindentifikasi oleh anak (bahkan oleh orangtuanya) sebagai orang dewasa. Para pemangsa anak ini kerapkali mengaku sebagai remaja atau anak-anak, padahal sebenarnya bisa saja bapak-bapak bertattoo dengan tampang sangar.

Apa yang perlu kita lakukan? Jawaban paling sederhana adalah mendampingi mereka. Tetapi apa langkah praktisnya? Mengajak anak berdialog, menggali dari anak apakah ia dapat memastikan bahwa setiap teman di media sosial yang berinteraksi dengannya bukanlah orang yang jahat (bad guy). Kita memang agak sulit memastikan seseorang itu benar-benar sangat baik, tetapi anak-anak sangat perlu menghindari teman media sosial yang buruk akhlak sekaligus membahayakan. Anak perlu peka dan segera memutus pertemanan (unfriend) atau bahkan blokir jika teman di dunia tersebut mulai melontarkan kata-kata yang cenderung cabul serta menampilkan gambar-gambar yang tidak baik. Permulaan memangsa biasanya dengan memberi pancingan terlebih dahulu.

Selain mendampingi anak, kita sendiri juga perlu terlibat mengontrol piranti yang dimiliki anak. Jangan memberi akses internet tanpa batas (unlimited), baik dari segi waktu, keleluasaan menguasai gadget maupun kuota internetnya. Jika anak belum betul-betul matang, kita juga dapat mengendalikan gadget anak melalui gadget yang ada di tangan kita. Akses anak juga dapat dibatasi melalui aplikasi tertentu meskipun aplikasi tersebut masih terpasang di gadget.

Berbagai hal tentang mendampingin anak menggunakan gadget, sebagian sudah saya tulis dalam bentuk makalah, sebagian in sya Allah akan saya perbincangkan lebih lanjut langkah-langkah praktisnya di Banda Aceh, 30 April yang akan datang.

Penulis: Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku
Admin: @emthorif
Powered by Blogger.
close