Melatih Keterampilan Sosial di Kelas
Oleh : Drs.
Slamet
Waltoyo
Menghadapi 30
anak di kelas berarti menghadapi 30 sifat sosial yang melekat pada tiap anak.
Ada anak yang mudah membangun hubungan pertemanan, bisa diterima di berbagai
kelompok. Ada yang hanya mampu membangun pertemanan pada kelompok tertentu
saja. Tetapi ada juga anak yang sulit mengambil peran dalam pertemanan. Bahkan
keberadaannya sering diabaikan dalam kelasnya. Ini terkait dengan ketrampilan
sosial yang dimilikinya.
Keterampilan
sosial penting dimiliki oleh setiap anak. Keterampilan sosial sangat mendukung
keberhasilan, baik selama proses belajar maupun dalam kehidupan yang sebenarnya
kelak. Anak-anak yang mengalami penolakan dalam pertemanan cenderung
menampakkan self-esteem yang rendah.
Guru mempunyai
peran penting dalam meningkatkan keterampilan sosial murid-muridnya. Peran ini
harus diambil oleh setiap guru dalam proses pembelajarannya. Beberapa hal yang
bisa dilakukan dalam mengambil peran ini adalah: Pertama, guru harus menguasai
peta keterampilan sosial anak-anak di kelasnya. Ini dilakukan dengan observasi
terhadap pertemanan di antara anak-anak, baik di kelas maupaun di sekolah.
Kemudian buatlah catatan dan perhatian untuk anak-anak yang rendah dalam keterampilan
sosialnya.
Kedua, ada usaha
untuk meningkatkan keterampilan sosial yang dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
khusus dan cara umum. Cara khusus diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang
memiliki atau rendah dalam keterampilan sosialnya. Kepada mereka kita beri
latihan khusus. Kebanyakan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang
harus dilakukan dalam berbagai situasi sosial. Sehingga mereka perlu diajari
langsung tentang beberapa keterampilan sosial (Williams dan Asher,1993).
Cara khusus ini
meliputi tiga hal: (1) guru mengajak bicara dengan anak tentang cara
berinteraksi yang baik dengan teman dalam berbagai situasi. Ini berdasarkan
catatan observasi yang dimiliki guru. Pembicaraannya terfokus pada apa yang
seharusnya dilakukan, bukan pada apa yang seharusnya tidak dilakukan. (2) Penyampaian tentang cara berinteraksi tadi
harus dipraktikkan di antara anak-anak tersebut. (3) Dengan pengawasan guru,
apa yang dipraktikkan tadi harus dicoba dalam situasi pertemanan yang
sesungguhnya.
Cara umum
adalah dengan melibatkan semua anak di kelas dalam kegiatan pembelajaran.
Meskipun dengan tetap lebih memperhatikan anak-anak yang kurang keterampilan
sosialnya. Menurut Williams dan Asher (1993) ada empat konsep dasar yang harus
ada dalam melatih keterampilan sosial, yaitu:
- Kerja sama, misalnya dalam permainan ada pemberian giliran kepada yang berhak, ada berbagi bahan, dan memberi usul.
- Partisipasi, misalnya ikut terlibat, ikut memulai, dan memusatkan perhatian selama permainan.
- Komunikasi, misalnya berbicara dengan orang lain, melontarkan pertanyaan, keterampilan mendengarkan, melakukan kontak mata, memanggil anak lain dengan namanya, menyampaikan tentang diri sendiri.
- Validasi, misalnya dengan memberi perhatian pada orang lain, mengatakan hal-hal yang baik tentang orang lain, tersenyum, menawarkan bantuan atau saran.
Konsep-konsep
di atas diterapkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas. Beberapa hal
yang perlu dipraktikkan dalam pembelajaran adalah bermain peran. Metode ini
sangat terbuka untuk dimasuki berbagai bentuk keterampilan sosial. Modelling atau
pemberian model (contoh) yaitu dengan menunjukkan apa yang dilakukan orang
dengan baik. Dan yang tidak kalah penting adalah melalui kelompok kerja.
Drs. Slamet Waltoyo, Pimpinan Madin
Saqura, Sleman
Admin: @emthorif
Post a Comment