Memanfaatkan Rajab, Siapkan Ramadhan


Oleh: Imam Nawawi

SECARA urutan dalam hitungan kalender Islam, Rajab adalah bulan ketujuh. Sama seperti Muharram, Rajab termasuk bulan yang Allah muliakan. Di bulan Rajab Allah meng-isra’ mi’rajkan Rasulullah, yang karena itu, bulan Rajab adalah bulan dimana Rasulullah menerima perintah sholat lima waktu.
Dengan demikian, sangat tepat jika di bulan Rajab ini kaum Muslimin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah dari sisi yang paling mampu dan diinginkan untuk bisa diamalkan dengan sebaik-baiknya. Syukur-syukur kalau sejak bulan ini kita sudah mencoba untuk memfokuskan diri benar-benar taqarrub kepada Allah Ta’ala. Sebab, selepas Rajab, kita akan disambut Sya’ban dan kemudian Ramadhan.
Sebagian kelompok menilai bahwa di antara amalan Nabi yang paling populer di bulan Rajab adalah berpuasa. Meskipun sebagian besar ulama berpendapat bahwa tidak ada kekhususan amalan yang perlu dilakukan di bulan Rajab, apalagi kekhususan perintah menjalankan puasa.
Namun, tentu ada amalan puasa yang tetap baik diamalkan di bulan Rajab, terutama bagi yang belum terlatih berpuasa guna persiapan menyambut Ramadhan.
Anjuran umum adalah memperbanyak puasa sebagai latihan. Misalnya puasa Senin atau Kamis,  puasa Daud bisa dilakukan.
كُلُّ عَمَلِ ابْن أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya.” (HR. Imam Bukhori No.5472)
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: ” سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍعَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ”
“Sesungguhnya Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata: “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Nabi Muhammad Shalalalahu ‘Alaihi Wassallam berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab.” (HR Imam Muslim)
Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi pernah berpuasa di bulan Rajab dan pernah tidak berpuasa dengan utuh di bulan Rajab. Artinya di saat Nabi meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib.
Mengamalkan puasa seperti anjuran Nabi di atas sangat baik untuk menkondisikan jiwa-raga, terutama memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, dimana Rasulullah memang tidak melakukan puasa sebanyak di bulan Sya’ban. Tentu, pengamalan puasa sunnah sepanjang waktu dalam setiap bulan itu sangat membantu kita lebih siap secara mental dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Namun, jangan lupa, amal ibadah itu tidak banyak cakupannya. Dan, Rasulullah, terutama kala Ramadhan, puasanya dihiasi dengan beragam amal sholeh lainnya.Misalnya, kalau kita perhatikan bagaimana satu hadits yang menyebutkan Nabi amat dermawan di bulan Ramadhan, maka melatih kedermawanan di bulan Rajab juga suatu kebaikan. Apalagi kalau di sekitar kita ada anak yatim, janda dan fakir miskin.
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمِ يَرْفَعُهُ اِلىَ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلسَّاعِى عَلَى اْلاَرِمَلَةِ وَ اْلمِسْكِيْنِ كَاْلمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ اَوْ كَالَّذِى يَصُوْمُ النَّهَارَ وَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ. البخارى
Dari Shafwan bin Sulaim, ia merafa’kannya kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, beliau bersabda, “Orang yang menolong janda dan orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau seperti orang yang puasa di siang hari dan shalat malam di malam hari.” (HR. Bukhari juz 7, hal. 76)
Bahkan lebih jauh, jika ada di antara kita yang terhitung sebagai orang berharta, sangat baik jika segera berkonsultasi kepada ulama atau lembaga amil zakat mengenai harta yang dimiliki dan zakat yang mesti dibayar, sehingga Ramadhan nanti benar-benar telah disiapkan untuk bisa diisi dengan mengamalkan segenap kewajiban yang melekat pada diri sebagai Muslim.
Termasuk hal yang patut diutamakan adalah kembali menyediakan waktu untuk membaca berbagai macam kitab atau buku yang mengantarkan diri semakin paham tentang makna dan amalan yang Rasulullah lakukan sebelum dan ketika Ramadhan, sehingga jiwa-raga kita benar-benar mantab dalam kegembiraan dan kebahagiaan menyambut dan mengisi Ramadhan.
Pada akhirnya, mari kita senantiasa menjadikan setiap momentum, anugerah waktu yang Allah berikan kepada kita sebagai media untuk semakin meningkatkan iman dan taqwa. Terlebih pada bulan dimana Sya’ban akan segera menyapa dan Ramadhan tidak lama lagi akan tiba. Semoga Allah berikan kekuatan kepada kita untuk mengikuti jejak-Nya meraih ridha dan mendapatkan hidayah-Nya. Aamiin.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Admin: @emthorif
Powered by Blogger.
close