Ujian Tak Hanya UN (1)
Oleh
: O. Solihin
Hari
Senin tanggal 4 April 2016 ini, bagi kamu yang udah kelas 12 alias kelas 3
SMA/MA/SMK (termasuk yang Program Paket C, ya) adalah hari pertama melaksanakan
UN (Ujian Nasional). Tentu saja, persiapan kamu udah jauh-jauh hari. Nggak
mungkinlah kalo hari ini pelaksanaan UN, baru sekali belajar malam sebelumnya.
Dadakan banget itu mah (emangnya yang jualan tahu bulat yang digoreng dadakan
itu?). Persiapan untuk UN hari ini, malah ada yang sejak awal masuk kelas 12
udah ikut bimbel karena merasa nggak cukup hanya belajar di sekolah. Intinya,
persiapan untuk menghadapi UN ini semaksimal kamu bisa. Semoga hasilnya juga
bagus ya. Semangat!
Sobat
gaulislam, untuk persiapan ujian akademik di sekolah saja kita bela-belain
berusaha semaksimal kita bisa. Berharap agar hasilnya juga bagus banget. Sebab,
nilai UN tinggi itu enak, kalo mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi kemungkinan besar bisa mudah masuk ke sekolah unggulan. Walau ada juga
sih, sekolah yang mensyaratkan ujian lagi bagi calon siswa yang hendak belajar
di sekolahnya. Ini sih kalo untuk yang SMP mau ke SMK atau SMA ya. Tetapi kalo
dari SMA/SMK ngejarnya perguruan tinggi favorit.
Lalu,
apa maksudnya judul buletin gaulislam edisi ini, “Ujian Tak Hanya di UN”? Ya,
maksudnya adalah, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita seharusnya siap
menghadapi berbagai ujian. Kadang malah tiap hari tuh ujiannya dan banyak pula.
Kalo ujian di sekolah kan biasanya waktunya tertentu, ya kayak UN ini. Setiap
tahun. Itu pun buat kelas akhir saja. Ujian semester juga hanya tiap 6 bulan
sekali. Sudah tercantum di kalender pendidikan. Sehingga, sebenarnya lebih
memudahkan untuk persiapan. Sementara ujian lain, dalam kehidupan sehari-hari,
hakikat ujiannya tahu, tetapi seringkali lupa cara menghadapinya. Malah banyak
di antara kita yang nggak siap pula saat ujian itu benar-benar datang.
Ujian
kehidupan
Kalo ujian di sekolah sih kayaknya udah biasa ya. Tetapi ujian
yang hampir tiap hari dalam kehidupan sehari-haris harusnya siap juga dalam
menghadapinya. Why? Sebab, di situlah hakikat ujian dalam hidup. Sayangnya, tak
semua dari kita siap menghadapi ujian kehidupan. Bisa saja kamu ada yang berhasil
menjawab semua soal ujian matematika pada UTS atau UAS, atau bahkan UN. Tetapi
belum tentu bisa lulus ujian hidup seperti ujian keuangan, ujian kemiskinan,
ujian dalam melakukan amal shalih, ujian ketika mendapat kegagalan mencapai
keinginan dan lain sebagainya.
Bagi
hamba Allah Ta’ala yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama
itulah kita diuji Allah Ta’ala. Firman-Nya, “Yang menciptakan mati dan
hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk [67]: 2)
Apa
saja sih ujian hidup yang perlu kita ketahui? Sepertinya banyak juga yang sudah
tahu, tetapi lupa. Ada juga yang belum tahu, tetapi nggak mau tahu. Ok, buat
semuanya aja ya. Nih beberapa ujian hidup yang biasa kita temui sehari-hari dan
kita harus bisa melewatinya.
Pertama,
ujian berupa perintah Allah Ta’ala, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan oleh
Allah untuk menyembelih putra tercintanya bernama Ismail. Ini berat banget, Bro
en Sis. Orang tua mana yang tega terhadap anaknya? Kecuali orang tua yang gelap
mata atau stres, banyak juga yang membunuh anaknya. Tetapi dalam kasus Nabi
Ibrahim ‘alaihi sallam, Allah Ta’ala memberikan ujian yang berat, dan Nabi
Ibrahim berhasil memenuhinya, walau dalam kisah atas pengorbanan beliau, Allah
menggantinya dengan qibas, yang kemudian sering kita dengar dalam khutbah Idul
Adha tentang pengorbanan.
Bagaimana
dalam kehidupan modern saat ini? Minimal di zaman kita deh. Banyak, tentunya
karena perintah Allah Ta’ala yang wajib dilaksanakan kita amatlah banyak.
Misalnya aja nih, perintah shalat. Nggak semua mau untuk melaksanakannya, kan?
Padahal mereka muslim. Silakan kamu introspeksi deh. Betapa banyak kan, di
antara teman kita, atau bahkan kita sendiri yang kalo ujian akademik di sekolah
berhasl melewatinya dengan jawaban yang benar. Tetapi pada saat bersamaan, kita
malah gagal dengan ujian perintah shalat. Kasihan, ya. Itu sebabnya, dulu saya
punya guru pelajaran agama semasa SMA, beliau menerapkan penilaian berdasarkan
perilaku. Kalo ada muridnya yang bisa menjawab pertanyaan pelajaran agama saat
ujian dengan benar, belum tentu nilainya bagus di rapor kalo kelakuan
sehari-hari tidak mencerminkan sebagai muslim, misalnya nggak shalat atau yang
perempuan nggak pake kerudung. Unik juga ya penilaiannya? Bagus itu!
Kedua,
ujian larangan Allah Ta’ala, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh,
merampok, mencuri, suap-menyuap, dan segala kemaksiatan serta kezaliman. Jika
ada muslim yang berzina dan semua kemaksiatan lainnya, berarti dia nggak lulus
ujian terhadap larangan Allah Ta’ala. Sayangnya, banyak juga remaja yang secara
akademik pandai dan bisa menjawab berbagai soal ujian di sekolah, tetapi dia
gagal menghadapi ujian berupa larangan dari Allah Ta’ala. Buktinya, banyak yang
pinter tapi jadi pecandu narkoba, banyak yang pandai tetapi doyan pacaran dan
bahkan berzina, banyak yang juara di kelasnya, tetapi hobi mencuri dan jenis
kemaksiatan lainnya. Padahal, ujian hidup ini jauh lebih penting untuk dihadapi
dan jangan sampe gagal.
Ketiga,
ujian berupa musibah. “Dan Kami pasti akan menguji
kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan.” (QS al-Baqarah [2]: 155)
Sobat
gaulislam, banyak di antara kita yang nggak bersabar saat mendapat musibah.
Menggerutu melulu, bahkan tak sedikit yang putus asa. Gawat!
Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan dalam
surat al-Kahfi ayat 7. “Sesungguhnya Kami telah
menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji
mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”
Banyak
lho, kaum muslimin yang diberi kelebihan harta kekayaan, namun pelit
mengeluarkannya untuk kebaikan. Nikmat kekayaan malah menjerumuskannya ke dalam
kenistaan karena tidak bersyukur. Oya, nikmat bukan semata harta yang banyak
ya. Ketika kita bisa menghirup udara segar tanpa perlu bayar, itu kan nikmat
tiada tara. Kalo udah dikasih nikmat, tetapi nikmat itu tak membuat kita bisa
mengendalikan diri berarti kita gagal dalam ujian ini. Bersyukur adalah jawaban
yang tepat untuk ujian ini.
Kelima,
ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama
Islam), musyrikun (menyekutukan Allah Ta’ala), munafiqun, jahilun (bodoh),
fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati). Ya,
adakalanya kita berhadapan dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban
untuk ujian ini apa? Jawaban yang tepat: waspada dan tak menyerah dengan
perilaku mereka. Waspada agar tidak terpedaya dengan kejahatan mereka dan tidak
menyerah jika mereka berbuat kejahatan kepada kita. Jangan menyerah, tetapi
sebaliknya bertahan atau menyerang (baca: salah satunya nasihatin mereka).
Keenam,
ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi
musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah Ta’ala. Betul. Banyak di antara
kita yang keluarga besar sama sekali nggak mendukung langkah kita sebagai
remaja muslim untuk taat kepada ajaran Islam, Misalnya nih, buat kamu yang
muslimah dan hendak mengenakan busana muslimah (yakni kerudung dan lengkap
dengan jilbabnya), malah dilarang. Bahkan dikata-katain kuno atau bagian dari
para teroris. Idih, nuduh kok sembarangan ya. Tapi begitulah faktanya yang ada.
Ketika aktif ngaji, ada ortu yang malah khawatir anaknya terlibat jaringan
teroris. Waduh, kok bisa mudah termakan opini dari musuh-musuh Islam yang
hendak menjauhkan umatnya dari Islam ya? Tetapi dalam waktu yang bersamaan,
banyak ortu yang nggak merasa resah kalo anaknya pacaran. Hmm…
Ketujuh,
ujian lingkungan berupa tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, teman di
sekolah, termasuk sistem pemerintahan atau negara. Tetangga yang baik, itu
bagian dari kebahagiaan, tetapi ketika memiliki tetangga yang buruk akhlaknya,
itu adalah ujian. Menjawab ujian ini, kuncinya adalah berani menasihati dan
tidak mudah tergoda untuk melakukan hal yang sama. Begitu juga jika ada teman
di sekolah yang ngajakin tawuran atau pesta miras atau ngajakin merokok, kamu
harus tahan godaan. Jangan sampe ngikut kemauan mereka. Kalo kamu berani ya
ajak mereka jadi baik. Ok? Bersambung ...
[O. Solihin | Twitter @osolihin]
Post a Comment