Ujian Tak Hanya UN (2)


Oleh : O. Solihin


Diuji sesuai kualitas iman
Sobat gaulislam, kalo kamu kini udah kelas 12, maka ujian sekolah yang diberikan berbeda soalnya dengan adik kelasmu yang kelas 10 atau 11, termasuk pasti beda dengan kelas-kelas di bawahnya. Ujian sesuai dengan kemampuan dalam belajar. Begitu pula dalam ujian kehidupan kita, Allah Ta’ala akan memberikan ujian sesuai kualitas iman hamba-Nya. Makin tinggi kualitas iman seorang muslim, makin berat ujiannya.

Saya kutipkan beberapa hal terkait ujian dan kualitas iman dari website rumaysho.com. Dari Mush’ab bin Sa’id–seorang tabi’in–dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
 الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR Tirmidzi no. 2398 dan Ibnu Majah no. 4024)

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.” (al-Istiqomah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2/260, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud, cetakan pertama, 1403 H)

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.”( HR Tirmidzi no. 2396, dari Anas bin Malik)

Kewajiban kita adalah bersabar dan bersabar. Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS az-Zumar [39]: 10)
al-Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu.Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan as-Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.(dalam Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 7/89, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H)

Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim,
فَالصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَِّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا
“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.” (Iddatush Shobirin, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hlm. 7, Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut)

Jadi, sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan. Sementara ujian kehidupan akan selalu datang selama kita hidup. Kalo ujian sekolah kan hanya ketika kita belajar di sekolah tersebut (SD, SMP, SMA, dan kalo melanjutkan ke perguruan tinggi ditambah 1 atau 3 ujian lagi). Intinya bisa dihitung dengan jari. Tetapi ujian kehidupan, selama kita hidup. Jadi, lebih banyak mana ujiannya? Kamu pasti bisa menjawabnya. Semoga kita diberikan taufik dan kekuatan oleh Allah Ta’ala dalam menghadapi dan menjalani berbagai ujian hidup. Istiqomah dan semangat, ya!

[O. Solihin | Twitter @osolihin]
Powered by Blogger.
close