“Ayah..., Mengapa Bapak Itu Jalannya Pakai Tongkat?”
Oleh:
Suhartono
Seringkali
ketika tak sengaja ketika si kecil dipertemukan atau bertemu dengan seseorang
yang memiliki keterbatasan fisik, mereka akan memberikan respon yang spontan dengan
memberikan opini yang mengejutkan. Terkadang opini ini dilontarkan dengan nada
lantang dan blak-blakan yang membuat kita sebagai orangtuanya merasa tak enak
hati dengan orang tersebut. Kepolosan mereka sewaktu mendapatkan sesuatu hal
yang baru, termasuk saat mereka menjumpai orang-orang yang memiliki perbedaan
fisik dengan mereka, membuat mereka spontan memberikan respon yang tanpa beban
dengan tanpa mempertimbangkan apa yang mereka ucapkan.
Umumnya,
perbedaan ini akan mulai ditangkap oleh anak-anak dari usia 4 tahun ke atas. Di
usia ini, anak-anak sudah bisa memahami kondisi dirinya dengan orang lain.
Selain itu, akan tumbuh sikap baru dalam diri anak-anak yakni kemampuan untuk
mulai membandingkan apa yang ia miliki dengan orang lain. Di mana ketika mereka
mendapati hal yang dimiliki orang lain tidak sama dengan apa yang ia ketahui,
maka dengan otomatis mereka akan bertanya pada kita orang dewasa, begitupun
saat anak-anak menyaksikan perbedaan fisik yang dimiliki oleh orang lain.
Hal
ini tentunya wajar, jika mengingat pengetahuan anak-anak yang masih begitu
terbatas. Selain itu, anak-anak belum mampu mempertimbangkan perbuatan dan
perkataannya sebagai hal yang buruk dan bisa menyakiti perasaan orang lain.
Untuk itulah, peran orangtua akan dibutuhkan disini.
Sebagai
orangtua, sudah tugas kita untuk bisa mendidik dan me-manage sikap anak-anak agar ketika mereka dihadapkan di lingkungannya,
anak-anak bisa memilah mana yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
Ketika
Anda membawa anak-anak ke tempat umum dan anak melontarkan pertanyaan
"Ayah, kenapa bapak itu pakai tongkat?", "Bunda, kenapa ibu itu
duduk di kursi dorong?" dan lain sebagainya. Maka, sudah saatnya, Anda
sebagai orangtua harus dapat menjelaskan kepada anak mengenai perbedaan
tersebut dan melatih mereka untuk bisa menghargai perbedaan yang dimiliki
setiap orang.
Mengajarkan
anak tentang bagaimana menghargai orang lain, mungkin akan menjadi hal yang
cukup sulit. Selain itu, tantangan dan halangan akan mungkin anda dapatkan.
Seperti misalkan ada begitu banyaknya pertanyaan dari si kecil, kesulitan si
anak untuk menyerap alasan dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika anda bersabar
dna terus berusaha mengajarkan hal ini pada si kecil, maka perlahan namun pasti mereka
akan dapat mengerti.
Tips mengajarkan anak untuk mengharai perbedaan fisik orang
lain
·
Tanamkan sejak dini tentang keagungan Allah
Mengenal
keagungan Allah adalah pelajaran yang penting yang harus senantiasa dilakukan
sejak mereka masih berusia dini. Begitupun ketika anak-anak mulai memahami dan
membandingkan perbedaan fisik yang mereka lihat. Jelaskan pada anak, bahwa Tuhan yang Maha
Agung telah menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan.
Beritahukan pula pada anak, bahwa setiap manusia diberikan kekurangannya
masing-masing serta diberkahi dengan kelebihan dalam hidupnya. Di mana
kekurangan tersebut haruslah disyukuri dan menerima kelebihan sebagai sebuah
karunia dari Allah Yang Maha Esa.
·
Biasakan anak bersyukur
Hikmah
lain yang juga bisa diajarkan pada anak-anak sewaktu mereka melihat sendiri
kondisi perbedaan fisik orang lain adalah dengan mengajarkan anak bersyukur
dengan kondisi yang ia miliki. Buat anak memahami bahwa ia masih jauh lebih
beruntung diberikan kesempurnaan oleh Tuhan dan diberikan kemampuan untuk
melakukan segalanya dengan tubuh yang utuh. Untuk itulah, mereka harus
senantiasa dapat menjaganya dengan baik dan melakukannya dijalan yang benar
dengan membantu oranglain yang tidak mampu. Dengan begini anak akan memiliki
rasa empati untuk bisa saling membantu dengan orang lain.
·
Asah empati anak
Menjelaskan
teori menghargai oranglain saja, tidak akan cukup membuat anak merasakan betapa
sulitnya menjadi seseorang yang memiliki keterbatasan fisik. Untuk itulah,
orangtua perlu mengajarkan anak dan mengajak mereka melakukan permainan empati.
Dalam hal ini anda bisa berperan sebagai orang biasa sementara anak menjadi
orang yang memiliki keterbatasan fisik. Buat mereka mengerti bagaimana rasanya
dan susahnya hidup dengan keterbatasan. Dengan begini mereka akan paham betul
bagaimana menghargai.
Penulis : Suhartono, Pemerhati dunia anak
Admin:
Mahmud Thorif
Foto: google
Post a Comment