Latihan Puasa Pada Anak


Oleh: Mohamamd Fauzil Adhim

Anak-anak tak sabar menunggu Ramadhan. Mereka berusaha menghias ruang tengah ala kadarnya; ruang tempat kami biasa makan saat puasa. Kegembiraan menyambut Ramadhan, menghayatinya sebagai bulan mulia saat amalan dilipatgandakan pahalanya, jadikan anak rindui Ramadhan.

Pada awalnya, kami mengenalkan “puasa kanak-kanak”. Tapi pada anak yang berikutnya, sedapat mungkin mereka berlatih puasa penuh. Yang saya maksud “puasa kanak-kanak” itu adalah; anak-anak makan sahur di waktu yang sama dengan orang dewasa. Pada anak yang berusia 5 tahun, skemanya: makan sahur di pagi hari, berbuka satu jam saat Dzuhur, lalu lanjut lagi hingga Maghrib. Tetapi belakangan kami mencoba mengajak anak berpuasa langsung penuh. Sebelumnya kami pastikan anak-anak bersemangat sambut Ramadhan.

Makan sahur merupakan kegiatan yang sangat penting. Perlu persiapan lebih baik untuk menjadikan anak siap makan sahur dengan nyaman. Menu sahur tak harus mewah. Melibatkan anak akan jauh lebih bagus, meskipun hanya soal menentukan menu dengan bahan sama. Kita dapat menyiapkan lauk buat mereka, tapi pada sebagiannya, melibatkan mereka akan lebih menyenangkan; telur ceplok, dadar, orak-arik. Meskipun bahan sama, tapi beda sekali rasanya bagi anak jika mereka merasa ikut mengambil keputusan. Merasa berharga.

Selama ini, kami menjadikan acara makan sahur lebih istimewa dibanding berbuka. Mengapa? Mata yang mengantuk itu semoga jadi berbinar. Selain itu, makan sahur sangat penting untuk asupan gizi mereka selama puasa. Dan tentu saja, ada barakah pada makan sahur. Sesudah makan sahur, tugas “penting” dimulai. Saya merasa perlu menjaga anak-anak agar mereka tidak tidur sampai matahari meninggi. Antara bakda sahur sampai sekitar jam 09.00 pagi, saya berusaha agar mereka tidak tidur. Ini penting agar mereka tidak loyo. Biasanya, anak akan lebih fresh jika waktu pagi benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan. Bukan tidur (tidur justru bikin lemas).

Kalau ingin tahu bedanya tidur melewati waktu terbitnya matahari dan tidak, silakan coba. Rasakan betapa tak nyamannya. Tenggorokan terasa sangat tidak enak, kepala berat, mata pun bisa berkunang-kunang. Bayangkan jika ini terjadi pada anak. Biasanya, jika anak tetap terjaga hingga sekitar jam 09.00, kantuknya akan hilang. Kantuk itu datang sekitar waktu Dzuhur. Apa yang dapat kita lakukan agar mereka tetap terjaga hingga matahari meninggi? Kegiatan apa pun. Main bola pun tak masalah. Capek di pagi hari jauh lebih baik dibanding tidur di pagi hari. Ibarat baterai, di-charge saat penuh justru bikin mudah soak.

Jika anak capek melakukan kegiatan fisik, lalu tidur bakda Dzuhur, biasanya dia akan bangun dalam keadaan fresh. Segar hingga Maghrib. Masalahnya cuma menjaga agar anak kuat menanti Dzuhur jika kantuknya datang sebelum waktu shalat tiba. Bakda Dzuhur, biarkan tidur. Bakda Ashar akan terasa ringan jika anak bangun dalam keadaan segar. Tinggal beri mereka kegiatan. Syukur ada kegiatan di masjid. Di keluarga kami, berbuka biasanya tak disiapkan menu istimewa, kecuali di hari pertama. Tidak pula sajikan menu sangat bervariasi. Alasannya sederhana: saat benar-benar lapar, menu paling sederhana pun terasa nikmat. Apalagi Ramadhan, ironis kalau berlebihan.

Alhamdulillah, cara sederhana ini ternyata efektif untuk menjadikan anak bersemangat dan sekaligus kuat berpuasa penuh semenjak masih TK. Penyederhanaan menu berbuka juga untuk menjaga agar anak-anak tidak kepayahan saat shalat, justru akibat kekenyangan berbuka. Ironis. Yang demikian ini juga kami maksudkan agar anak dapat menghayati makna puasa. Empati sulit tumbuh jika berbuka saja banyak mubazir. Kami mencoba agar pengeluaran konsumsi rutin selama Ramadhan tidak melebihi bulan-bulan sebelumnya. Pantasnya, maksimal 2/3 bulan lain. Pengeluaran total jauh lebih besar dibanding bulan-bulan lain tak masalah jika pos anggarannya bukan untuk konsumsi harian.  Perbanyak sedekah, perbanyak amal secara ikhlas. Tanpa keikhlasan, amalan sia-sia tak berpahala.

Menjaga agar anak tak sampai kekenyangan selain menjaga agar tak kepayahan saat shalat, juga hindarkan mereka berat bangun saat sahur. Ironis kuadrat kan jika anak tak tarawih karena kekenyangan? Sulit pula bangun saat mau sahur. Lebih ironis jika sisakan banyak makanan. Mari kita renungi hadis berikut ini, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” HR. Thabrani. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat. Jaga waktu pagi agar tak tidur, sederhanakan berbuka dan segarkan saat sahur. Sekedar tambahan: alhamdulillah, anak-anak tak perlu lagi berbuka 1 jam waktu Dzuhur. Langsung penuh. La haula wa la quwwata illa biLlah.

Penulis: Mohamamd Fauzi Adhim, Penulis Buku Segenggam Iman Anak Kita

Admin: Mahmud Thorif
Foto: google
Powered by Blogger.
close