Pintu Hilangnya Kenikmatan
Oleh:
R. Bagus Priyosembodo
Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta mereka
(yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan (An-Nisa
: 5)
Allah
melarang menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,
sebab mereka akan membelanjakannya bukan pada tempatnya. Terpahamilah bahwa membelanjakan
harta kekayaan yang menyelisihi petunjuk syar’i merupakan perkara yang
dilarang. Hal ini mengandung madharat bagi kita. Berupa merusak hal yang bisa digunakan
untuk menegakkan mashlahat kehidupan.
Demikian
juga Allah memberi bimbingan, ‘Dan janganlah kamu melakukan tabdzir. Sesungguhnya
orang yang melakukan tabdzir itu adalah saudara-saudara setan (Al-Isra : 26-27)
Menurut
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud, tabzir itu membelanjakan harta di jalan selain yang
haq atau selain yang Allah perbolehkan.
Imam
Mujahid menjelaskan, tabdzir adalah membelanjakan harta di jalan yang maksiat atau
di jalan selain yang haq atau untuk kerusakan.
Imam
Qotadah menjelaskan, “Seandainya manusia/ hamba membelanjakan semua hartanya dalam
haq maka itu bukan mubadzir, namun seandainya seorang hamba membelanjakan hartanya
fiighoiri haq meskipun hanya 1 mud, maka
itulah tabdzir”.
Allah
mencegah kita dari menjadi mubazir. Betapa penting kita simak pula nasihat
Syaikh bin Baz dalam masalah ini. Sungguh, banyak sekali manusia saat ini yang
diberi cobaan, yaitu berlebih-lebihan di dalam hal makanan dan minuman,
terutama ketika mengadakan pesta dan resepsi pernikahan, mereka tidak puas dengan
sekedar kebutuhan yang diperlukan, bahkan banyak sekali di antara mereka yang
membuang makanan yang tersisa dari makanan yang telah dimakan orang lain,
dibuang di dalam tong sampah dan di jalan-jalan. Ini merupakan kufur nikmat dan
merupakan faktor penyebab hilangnya kenikmatan.
Orang
yang berakal adalah orang yang mampu menimbang semua perkara dengan timbangan kebutuhan,
maka apabila ada sedikit kelebihan makanan dari yang dibutuhkan, ia segera mencari
orang yang membutuhkannya, dan jika ia tidak mendapatkannya, maka ia tempatkan sisa
tersebut jauh dari tempat yang menghinakan, agar dimakan oleh binatang melata atau
siapa saja yang Allah kehendaki, dan supaya terhindar dari penghinaan. Maka wajib
atas setiap muslim berupaya semaksimal mungkin menghindari larangan Allah Ta’ala dan menjadi orang yang bijak di
dalam segala tindakannya seraya mengharap keridhaan Allah, mensyukuri karunia-Nya,
agar tidak meremehkan atau menggunakannya bukan pada tempat yang tepat.
Dan
ingatlah, tatkala Allah Ta’ala memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih (Ibrahim : 7).
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku dan jangan kamu mengingkari (Al-Baqarah : 152)
Mubazir
adalah pintu hilangnya kenikmatan. Maka agar terhindar dari perilaku mubazir,
kuncinya harus banyak bersyukur. Bersyukur kepada Allah itu dilakukan dengan hati,
lisan dan perbuatan. Barangsiapa yang bersyukur kepadaNya dalam bentuk ucapan dan
amal perbuatan, niscaya Allah tambahkan kepadanya sebagian dari karunia-Nya dan
memberinya kesudahan (nasib) yang baik, dan barangsiapa yang mengingkari nikmat
Allah dan tidak menggunakannya pada yang benar, maka ia berada dalam posisi bahaya
yang sangat besar, karena Allah Ta’ala
telah mengancamnya dengan adzab yang sangat pedih.
Semoga
Allah berkenan memperbaiki kondisi kaum muslimin dan membimbing kita serta mereka
untuk bisa bersyukur kepadaNya dan mempergunakan semua karunia dan nikmat-Nya untuk
ketaatan kepada-Nya dan kebaikan bagi hamba-hambaNya. Hanya Dia-lah yang Maha Kuasa
melakukan itu semua. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada nabi kita,
Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Penulis : Ustadz R Bagus Priyosembodo, Seorang Ustadz, Penulis Kajian Utama
Foto: google
Post a Comment