Sisa Makanan
Oleh: Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A.
Perjalanan haji atau umroh bagi umat Islam di
Indonesia, merupakan perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan, namun segera
terobati ketika melihat Masjid Nabawi atau Masjidil Haram.
Dilihat dari kesiapan yang harus dilakukan sebelumnya dan lamanya perjalanan,
maka ibadah haji/umroh merupakan ibadah yang istimewa. Namun sering kesiapan
yang dilakukan hanya sebatas pada kesiapan rukun ibadah haji/umroh, tidak
sampai pada kesiapan bagaimana sikap kita saat berinteraksi dengan yang lain
dalam kehidupan sehari-hari di Tanah Suci.
Pada kesempatan umroh tahun 2012 yang lalu, kami
serombongan berangkat dari Yogya, jam 13.20 dan tiba di Jeddah jam 23.15 waktu
setempat (di Yogya jam 03.15 pagi dini hari). Karena urusan imigrasi dan bagasi
memakan waktu yang cukup lama sehingga harapan semula untuk bisa melaksanakan
sholat shubuh di Masjid Nabawi, akhirnya dilaksanakan di Masjid Bir Ali. Karena
rombongan sampai di hotel sudah jam 7 pagi, maka mereka langsung menuju
restoran hotel untuk sarapan yang disediakan secara prasmanan (self service).
Ketika makan pagi inilah terlihat pemandangan yang
tidak semestinya dilakukan orang Islam yang sedang melakukan serangkaian
ibadah. Saat mereka antri untuk mengambil makanan, mereka berdesakan, tidak
mempedulikan orang-orang tua yang mestinya didahulukan. Selain itu mereka juga
mengambil makanan yang jauh lebih banyak dari porsinya, seakan khawatir kalau
tidak kebagian. Sehingga sisa makanan yang ada di piringnya masih cukup banyak.
Semula kami berpikir hal ini terjadi mungkin karena mereka kelelahan, baru saja
mengalami perjalanan panjang. Namun, ternyata pada hari-hari berikutnya
pemandangan sisa makanan yang berserakan di piring masih belum hilang. Apakah seperti ini kebiasaan umat Islam?
Sesungguhnya Islam sangat berhati-hati dalam
menghargai rejeki berupa makanan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu’
Allaihi wa Sallam bersabda : “Jika
sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran dari
padanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya
dimakan syetan” (diriwayatkan Muslim).
Kejadian yang kita lihat bukan hanya sekedar jatuh,
namun sisa makanan di piring yang jumlahnya cukup banyak. Kebiasaan ini juga sering
terlihat manakala kita menghadiri pesta perjamuan di tanah-air. Suatu hal yang sangat
menyedihkan, meskipun kelihatannya sepele, tapi ini merupakan salah satu bentuk
ketidakpedulian kita terhadap rejeki pemberian Allah Ta’ala.
Namun hati kami sedikit terhibur, ketika melihat perilaku
dua anak laki-laki kakak beradik seusia sekolah dasar yang berada di antara rombongan. Kebiasaan mereka
berdua berbeda dengan yang lain, ketika makan mereka mengambil secukupnya dan ketika
selesai tidak ada sisa makanan sedikitpun di atas piring. Kami melihatnya
sebagai sesuatu yang sangat indah dan ternyata kebiasaan
baik mereka tidak hanya dalam kebiasaan makan.
Suatu ketika saya dan beberapa orang berada dalam satu lift yang sama dengan kedua anak tersebut, yang ditemani oleh
ayahnya. Kebetulan kedua anak tersebut berdiri di dekat pintu lift. Ketika lift berada di posisi lantai 5, lift
tersebut berhenti dan otomatis pintunya terbuka. Tanpa disuruh oleh ayahnya
kedua anak tadi ke luar dari lift untuk
memberi kesempatan pada orang yang di belakangnya untuk ke luar dan ketika
orang tadi sudah ke luar, kedua anak tadi masuk kembali ke dalam lift untuk melanjutkan perjalanan ke
atas.
Pemandangan yang sangat indah dan kami yakin bahwa
kebiasaan baik, peduli terhadap orang lain ini tidak terjadi begitu saja, pasti
sudah dikondisikan oleh kedua orangtuanya dan guru-gurunya sejak dini. Manakala
pendidikan dan perilaku ini dapat dipertahankan terus sampai mereka dewasa,
mereka akan menjadi orang yang pengertian,
peduli dengan orang-orang yang berada disekitarnya, mampu bekerja secara team-work dan mampu menjadi pengayom,
menjadi pemimpin yang dicintai anak buahnya, InsyaAllah.
Penulis : Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA, Guru Besar Teknik Mesin UGM, Pimpinan Umum
Majalah Fahma
Foto : google
Post a Comment