Belajar Bertauhid dari Ustadz Zaenal Fanani
RUA Zainal Fanani, dalam sebuah aksi panggungnya |
Oleh : Agus Setiawan
Jum’at, 22 April 2016 adalah hari di mana saya dan
kawan-kawan sesama pendidik di SDIT
Salsabila melaksanakan Pelatihan Dasar Guru Tangguh di Desa Wisata Brayut, Pandowoharjo
yang diselenggarakan oleh LPI Salsabila.
Dalam acara tersebut, ada salah satu kalimat yang
begitu singkat dan sederhana tetapi sangat menggugah jiwa dan jika ditafsirkan
lebih dalam mengandung ketauhidan yang luar biasa, Sebuah kalimat motivasi yang
diucapkan oleh Ustadz Zaenal Fanani. Ketika beliau memberikan contoh dengan
mengucapkan’’Mujahid pendidikan, Saya, insya Allah’’ dan kami diminta untuk
mengucapkan kalimat yang kedua tersebut sebagaimana beliau mengucapkan. Di situ
tergambar jelas jiwa tauhid yang begitu dalam.
Beliau sangat yakin sekali ketika mengucapkan’’saya’’ dan
tanpa sedikitpun keraguan beliau menambahkan dengan kata’’Insya Allah’’. Dari
kata ‘’saya’’ yang diucapkan beliau terkandung makna kita harus berikhtiar dengan
totalitas kemampuan kita. Jangan hanya setengah-setengah. Tetapi jangan berhenti
di situ, harus ditambahkan dengan kata’’Insya Allah’’. Apapun yang kita
lakukan, seberapapun kemampuan kita, tujuan itu tidak akan terwujud tanpa izin Allah. Karena itu, setiap ikhtiar
harus dibarengi dengan doa yang sungguh-sungguh pula. Meminjam ungkapan dari
KH.Abdullah Gymnastiar ‘’usaha itu harus 100% dan tawakal pun harus 100%”.
Ibnu
Athoillah pernah menulis dalam kitab Al-Hikam “sawabiqul himami latakhriqu aswarol aqdari” Kehadapanan/keterdahuluan
aspirasi-aspirasi
tidak akan dapat mencarikkan tembok-tembok kota takdir,yang dapat dikorelasikan dengan kata hikmah“Arih nafsaka minadtadbiri fama qoma
bihi ghoiruka ‘anka la takum bihi linafsik”
Rehatkanlah
dirimu dari pada mentadbir (yakni
bersusah-payah dan merasa risau di dalam mengatur
keperluan-keperluan hidup). Apabila
sudah ada yang lain dari padamu yang
mendirikannya bagimu (yakni ia sebenarnya telah pun
diaturkan oleh Allah Ta‘ala), janganlah
engkau mendirikannya pula untuk dirimu sendiri.
Ketika kita berikhtiar, jangan pernah risau dengan
hasil yang akan kita dapatkan. Hasil adalah ranah Allah. Namun bukan berarti
kita boleh bebas dari usaha, karena usaha tetaplah sebuah kewajiban yang harus
kita laksanakan sebagai hamba Allah. Yang tidak diperbolehkan adalah memastikan
sesuatu. Karena itu adalah wilayah Allah. Allah menempatkan kita pada satu
tempat pasti karena ada kewajiban yang harus kita lakukan. Jika kita saat ini
ditakdirkan oleh Allah sebagai seorang guru, berarti di situ ada tugas kita
mendidik murid kita dengan sungguh-sungguh, memahami materi, menyampaikan
dengan metode sebaik mungkin dan pasrahkan semua hasilnya kepada Allah lewat
lantunan doa dan niatkan dalam hati untuk melaksanakan perintah Allah, bukan
untuk mencari rizki karena rizki sudahpun dijamin oleh Allah.
Penulis: Agus Setiawan, Pendidik di SDIT
Salsabila Jetis
Foto: google
Post a Comment