Biasakan Sarapan yang Halal




Oleh: Drs. Slamet Waltoyo

Murid yang terbiasa sarapan terbukti memiliki konsentrasi yang lebih baik selama mengikuti pelajaran. Sarapan juga bermanfaat untuk meningkatkan memori murid, sehingga mereka mampu mengingat materi pelajaran yang disampaikan guru dengan cepat. Bahkan kemampuan pemecahan masalah mereka juga meningkat jika sarapan secara teratur.

Artinya, sarapan bagi anak mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah menurut Ronald E. Kleinman, M.D., dokter spesialis gastroenterologi anak serta pakar nutrisi yang mengajar di Harvard University, Amerika. “Secara rata-rata, anak yang tidak pernah sarapan memiliki daya pikir dan kemampuan mengingat yang lebih rendah dibandingkan mereka yang makan setiap pagi,” ujar dr. Kleinman.

Bahkan sejumlah studi di Inggris membuktikan pernyataan tersebut. Serangkaian penelitian terhadap 600 orang murid mengenai pengaruh kebiasaan sarapan dan performa anak di sekolah. Hasilnya, dibandingkan rekannya yang terbiasa menyantap sarapan, anak-anak yang tidak pernah makan pagi ternyata lebih sulit berkonsentrasi, lambat menanggapi, dan memiliki perhatian amat rendah terhadap pelajaran. Gerak-gerik mereka juga lebih lamban dan cenderung lekas tersinggung.

Itu sebabnya, di Amerika diadakan program Makan Pagi di Sekolah (School Breakfast Program) bagi anak-anak sekolah dasar yang datang dari keluarga berpenghasilan rendah. Sejak program tersebut dimulai pada tahun 1996, menurut Dr. Keith Ayoob, asisten profesor di bidang pendidikan dari Albert Enstein College of Medicine, New York, terlihat peningkatan kualitas para siswa dari sisi akademis. “Perut kosong memang bukan kondisi ideal untuk proses belajar,” kata Dr. Ayoob.

Rutinitas sarapan berperan pula menghindari risiko obesitas pada anak-anak. Menurut dr. Sri Nasar, anak yang tidak sarapan cenderung merasa kelaparan sepanjang hari, lalu makan dalam porsi besar pada jadwal makan siang dan malam. “Juga, mereka cenderung lebih banyak mengemil makanan yang tidak sehat, seperti permen, cokelat, dan gorengan, untuk mengatasi rasa lapar. Jika nafsu makan tidak terkendali, risiko obesitas amat mungkin terjadi,” ujarnya.

Demikian informasi yang didapat dari dunia kesehatan anak-anak yang meyakinkan pada kita bahwa sarapan menunjang kesehatan anak, konsentrasi belajar anak, daya tangkap dan daya nalar anak. Tetapi kualitas hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh hal-hal tersebut. Hasil belajar tidak hanya meliputi sisi akademis yang bersifat kognisi.

Jiwa manusia mempunyai sisi lain yang penting dalam membangun kepribadiannya. Ada sisi mental afektif. Ada rasa kepekaan, tanggungjawab, kejujuran, daya juang dan sebagainya yang juga harus dibangun. Maka sarapan tidak cukup dengan terpenuhi gizinya secara material melainkan juga kebaikan makanan secara ruhiyah. Kita butuh informasi yang meyakinkan tentang hal ini.

Sarapan anak harus halal. Ini sangat penting dan ini ditunjukkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  dengan pengaitan  antara makanan yang baik dengan amal shalih dan ibadah. Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (Qs. al-Mu’minun: 51). Dan Ia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Qs. al-Baqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?”

Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya amal sholeh seseorang. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan yang halal. Sedangkan memakan makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”. Peringatan lain yang lebih berbahaya,  sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.”

Mari kita kampanyekan pada orangtua dari anak-anak pentingnya membiasakan sarapan yang halal.

Penulis: Drs. Slamet Waltoyo, Guru MI Al-Kautsar Sleman
Foto: google
Powered by Blogger.
close