Fungsi Komite Sekolah
Oleh
: RUA Zaenal Fanani
Pagi-pagi benar Bu Ilham sudah bersilaturahmi di rumah Pak
Ruslan. Melihat pakaian yang dikenakannya, sepertinya Bu Ilham akan pergi
ketempat yang cukup resmi.
“Subhanallah, Bu Ilham kok kelihatan buru-buru, ada acara penting?” tanya
Pak Ruslan.
Bu Ilham memonyongkan bibirnya. “Ada acara sekolahnya Abror.
Kalau di undangannya sih pertemuan Komite Sekolah …”
“Pertemuan Komite Sekolah jam 6 pagi?” Pak Ruslan
menggeleng-gelengkan kepala.
“Pertemuannya nanti jam 8 kok, Pak. Saya ke sini pagi-pagi
justru karena saya masih kurang paham dengan komite sekolah. Saya heran,
katanya saya termasuk yang dicalonkan jadi pengurus. Apa saya pantas?”
“Subhanallah, pantas sekali. Bu Ilham kan orang yang sangat peduli
dengan dunia pendidikan. Kalau Bu Ilham dicalonkan jadi pengurus saya setuju
sekali,” ujar Bu Ruslina yang tiba-tiba muncul dengan membawa secangkir teh
untuk Bu Ilham. “Diminum lho, Bu ..”
“Aduh Bu Ruslina,
jangan membuat saya malu. Saya ini benar-benar tidak mengerti apa-apa tentang
dunia sekolah. Makanya saya banyak tanya-tanya dan merepotkan Pak Ruslan. Maaf
ya, Pak …”
“Saya malah menilai sebaliknya. Melihat rasa ingin tahu Bu
Ilham yang begitu besar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan,
rasanya tidak salah bila Bu Ilham dipilih jadi salah satu pengurus inti. Komite
Sekolah …,” komentar Pak Ruslan.
“Sekalian saja saya mencalonkan diri jadi direktur komite
sekolah ya, Pak …, seloroh Bu Ilham.“Ah, jadi kondektur saja deh …”
Pak Ruslan dan Bu Ruslina tertawa.
“Apa namanya harus komite sekolah? Bagi Ummi kok
kedengarannya asing,” tiba-tiba Bu Ruslina bertanya.
“Namanya sebenarnya tidak harus Komite Sekolah. Bisa memakai
nama lain seperti Majelis Sekolah, atau nama-nama lain yang lebih cocok, asal
disepakati bersama, lalu disebutkan dalam AD/ART,” ujar Pak Ruslan.
“Bi, sebenarnya untuk apa sih harus dibentuk Komite Sekolah
segala. Kan sudah ada Kepala Sekolah dan guru-guru?” Tampaknya Bu Ruslina
semakin penasaran.
“Sekarang ini semakin disadari bahwa pendidikan hanya akan
maju bila melibatkan semua pihak. Ummi kan tahu, pendidikan sangat penting bagi
masa depan putra-putri kita. Pendidikan bukan hanya menjadi tanggungjawab
Kepala Sekolah dan para guru saja. Dan untuk mewadahi partisipasi masyarakat
luas, termasuk para orangtua murid tentu saja, dibentuklah Komite Sekolah …”
“Lha hubungannya dengan pihak sekolah?” kembali Bu Ruslina
bertanya.
“Sekolah dan Komite Sekolah tidak ada hubungan hirarkis dan
instruktif. Keduanya saling bermitra.”
“Hirarkis artinya hubungan atasan bawahan. Artinya Komite
Sekolah buka atasan Kepala Sekolah bukan atasan Kepala Sekolah. Sebagai mitra,
Komite Sekolah berhak memberi masukan, usul-usul, memberi dukungan, mengontrol
dan menjadi penghubung dengan pihak-pihak lain …Kita harus ingat, tujuannya
tetap demi kemajuan dan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Sekolah dan
Komite Sekolah seharusnya menghindari sikap permusuhan ….”
Lha, kalau ketua Komite Sekolah dijabat oleh Kepala
Sekolahnya?” tanya Bu Ilham lagi.
“Kepala Sekolah dilarang menjabat sebagai ketua Komite
Sekoalh. Untuk pertama kali ketika pembentukannya, sebagai panitia pembentukan,
Kepala Sekolah memang mengundang tokoh-tokoh masyarakat. Tapi tidak boleh
dipilih menjadi ketua Komite …”
Bu Ruslina tampak mengangguk-angguk. Sementara Bu Ilham
tampak tercenung.
“Kalau soal dana, Pak?” tiba-tiba Bu Ilham bertanya.
“Pendidikan yang baik dan berkualitas memang membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Itulah
sebabnya, salah satu peran Komite Sekolah yang saya jelaskan tadi adalah
memberikan dukungan. Antara lain memang dukungan nyata dalam menggali dana
masyarakat. Yang penting bersifat sukarela dan disepakati bersama …’
“Kalau soal memberi
masukan dan usul-usulan tadi, Bi, boleh tidak mengusulkan kegiatan-kegiatan
untuk anak-anak kita?” tanya Bu Ruslina.
“Boleh saja. Komite sekolah boleh memberi masukan tentang
kebijakan dan program pendidikan, penambahan fasilitas pendidikan, kriteria
guru dan tenaga lainnya. Tentu saja semuanya mengandung konsekwensi yang
berkait dengan penyusunan Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah atau
RAPBS. Ya, semuanya kan demi kemajuan anak-anak kita sendiri. Yang penting
biayanya terjangkau, dan kalau ada yang kurang mampu, bisa dilakukan subsidi
silang …Begitu kan Bu Ilham?”
“Betul, Pak. Tapi ini sudah jam delapan, saya harus segera
berangkat. Saya kan calon Kondektur Komite Sekolah. Nanti saya akan usul dalam
rapat, agar pada pertemuan berikutnya Pak Ruslan diundang. Saya akan memilih
Pak Ruslan menjadi sopirnya …!” Pak Ruslan tepok jidat mendengar jawaban Bu
Ilham.
Penulis: RUA Zainal Fanani, Trainer dan Ketua Yayasan SPA Indonesia
Post a Comment