Penghuni Surga
Oleh: Asnurul Hidayati
Qais
bin Abbad sedang duduk di sebuah halaqah ilmu di masjid Rasulullah di Madinah. Di halaqah tersebut
terdapat seorang syaikh. Jiwa hadirin
merasa tenteram kepadanya. Syaikh tersebut mulai menyampaikan petuah yang bagus
lagi mengesankan. Manakala dia berdiri, seorang hadirin berkata, “Barangsiapa
yang ingin melihat seorang laki laki penghuni surga, maka hendaknya dia melihat
orang ini.”
Qais
bertanya,”Siapa dia?”
Mereka
menjawab,”Abdullah bin Salam”
Qais
pun berkata kepada dirinya,”Demi Allah, aku akan mengikutinya.”
Maka
Qais mengikutinya. Dia berjalan sampai di luar Madinah, kemudian dia masuk ke
rumahnya. Qais meminta izin kepadanya dan dia memberikan izin.
Dia
bertanya, ”Apa keperluanmu wahai keponakanku?”
Qais menjawab, ”Aku mendengar orang-orang berkata
tentangmu manakala kamu keluar dari masjid. ’Barangsiapa ingin melihat laki
laki penghuni surga maka hendaklah dia melihat kepada laki laki ini.”
Maka
aku mengikutimu untuk mengetahui hal ihwalmu. Aku ingin mengetahui bagaimana
orang orang mengetahui bahwa engkau termasuk penghuni surga.
Dia
berkata,”Allah lebih mengetahui penghuni surga wahai anakku.”
Qais berkata,”Benar. Akan tetapi, apa yang mereka
katakan pasti mempunyai sebab.”
Dia
berkata,”Aku akan mengatakan sebabnya kepadamu.”
Dia
berkata,”Suatu malam, di zaman Rasulullah, ketika aku sedang tidur terlelap,
seorang laki-laki datang kepadaku seraya berkata,’Bangun!’ Aku pun terbangun.
Lantas dia memegang tanganku. Aku melihat jalan di sebelah kiriku. Ketika aku
hendak menitinya,dia berkata kepadaku ,”Jangan itu bukan untukmu.” Maka aku
melihat jalan yang terang di sebelah kananku.
Kemudian dia berkata kepadaku, ’Titilah jalan ini!’ Maka aku menitinya
sehingga aku melihat sebuah kebun yang kaya dengan buah lagi luas, sangat hijau
lagi indah. Di tengah kebun itu terdapat tiang dari besi terpancang di bumi namun
ujungnya menjulang ke langit, di bagian atasnya terdapat lingkaran dari emas.
Laki-laki
itu berkata kepadaku, ‘Panjatlah!’ Aku menjawab, “Aku tidak mampu.” Lalu
seorang pelayan datang kepadaku dan mengangkatku. Aku memanjatnya sampai tiba
di puncak tiang. Aku mengambil lingkaran emas itu dengan kedua tanganku. Aku
tetap memegangnya hingga pagi.
Pagi
itu aku berangkat kepada Rasulullah dan menceritakan mimpiku, maka beliau
bersabda, ”Adapun jalan yang kamu
lihat di sebelah kiri, itu adalah ashabusy
syimal dari penghuni neraka. Adapun jalan yang kamu lihat di sebelah kanan,
itu adalah jalan ashabul yamin,
penghuni surga. Adapun kebun yang kamu datangi dengan keindahan dan
kehijaunnya, itu adalah islam. Adapun tiang di tengahnya, itu tiang agama. Adapun
lingkaran, itulah urwah wutsqa. Kamu
tetap berpegang kepadanya sampai kamu wafat.”
Masya
Allah. Kisah di atas menunjukkan betapa bersemangatnya para sahabat untuk
mengetahui bagaimana caranya agar bisa masuk surga. Qais pun bertekad
mengetahui orang yang dikabarkan masuk surga itu secara langsung dari
sumbernya. Dan tentu di balik rasa ingin tahunya itu adalah semangat dan niat
yang kuat untuk bisa berbuat baik dan agar bisa masuk surge. Begitu juga dalam
mendidik anak, mari kita menerapkan metode pendidikan yang dikisahkan di atas.
Kita motivasi anak-anak untuk bersegera mencontoh kebaikan yang dikerjakan
orang-orang sholih. Baik meneladani orang-orang sholih jaman dahulu seperti melalui kisah shahih maupun
orang-orang shalih pada zaman sekarang yang bisa temui langsung.
Sumber:
Mereka adalah Para Sahabat. DR. Abdurrahman Ra’fat Basya.
Penulis:
Asnurul Hidayati, Guru MI di Bantul
Foto: google
Post a Comment