Taat dalam Berkurban




Oleh: R. Bagus Priyosembodo

Sungguh Nabi Ibrahim merupakan teladan mulia sebagai hamba yang amat cinta, patuh, dan berkorban untuk Penciptanya. Merekalah pribadi gemilang yang Allah puji dan kita pun disuruhkan mengikutinya.

Ingatlah  tatkala anak Ibrahim  sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Allah panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.   Allah  abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,   (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ibrahim termasuk hamba-hamba Allah yang benar benar beriman.

Inilah orang-orang terbaik dalam menghamba kepada Allah. Mereka berkesudahan amat baik karena telah menyelesaikan ujiannya. Segala yang dipunyai siap dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Belas Kasih. Bahkan nyawa sekalipun.

Adapun kita, inilah perintah Allah :
Dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2). Di antara tafsiran ayat ini adalah “Berkurbanlah pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr)”.(Lihat Zaadul Masiir, 9: 249)

Tak diragukan lagi, udhiyah adalah ibadah pada Allah dan pendekatan diri pada-Nya, juga dalam rangka mengikuti ajaran Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kaum muslimin terus menerus melakukan ibadah ini hingga kini. Ibadah ini adalah bagian dari syari’at Islam. Hukumnya adalah sunnah muakkad (yang amat dianjurkan) menurut mayoritas ulama. Hal ini juga bernilai shadaqah yang amat mulia. Ibnul Qayyim berkata, “Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan udhiyah.”

Waktu pelaksanaan yang tepat merupakan hal penting untuk diperhatikan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyembelih kurban sebelum shalat (Idul Adha), maka ia berarti menyembelih untuk dirinya sendiri. Barangsiapa yang menyembelih setelah shalat (Idul Adha), maka ia telah menyempurnakan manasiknya dan ia telah melakukan sunnah kaum muslimin.” (HR. Bukhari)

Yang hati-hati bagi seseorang muslim bagi agamanya adalah melaksanakan penyembelihan kurban pada hari Idul Adha (10 Dzulhijjah) sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan. Jika sulit melakukan pada waktu tersebut, maka boleh melakukannya pada 11 dan 12 Dzulhijjah sebagaimana pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Wallahu a’lam.

Hasil sembelihan kurban dianjurkan dimakan oleh shohibul kurban. Sebagian lainnya diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka pada hari itu. Sebagian lagi diberikan kepada kerabat agar lebih mempererat tali silaturahmi. Sebagian lagi diberikan pada tetangga dalam rangka berbuat baik. Juga sebagian lagi diberikan pada saudara muslim lainnya agar semakin memperkuat ukhuwah.” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 5612, 11: 423-424)

Apabila kita betul-betul berusaha mendapatkan balasan terbaik maka hendaklah kita memilih pula hewan terbaik untuk kurban. Yang paling dianjurkan sebagai hewan kurban adalah yang paling gemuk dan sempurna, warna yang paling utama adalah putih polos, kemudian warna debu (abu-abu), kemudian warna hitam, berkurban dengan hewan jantan lebih utama dari hewan betina.

Hendaklah kita seksama dalam memilih hewan untuk kita persembahkan kepada Allah ini. Ada berbagai cacat yang menyebabkan tidak sah untuk berqurban. Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah penyembelihan dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah ini perlu disempurnakan adab menyembelih. Kita juga diajarkan doa dalam menyembelih yang menunjukkan hanya dengan nama Allah dan untukNya saja kita mempersembahkan hewan kurban ini. Juga permohonan agar Allah berkenan menerima ibadah kurban ini.

Penulis: R. Bagus Priyosembodo, Seorang Ustadz
Foto: google
Powered by Blogger.
close