Siapa Guru Orangtuaku?




Oleh: Adam Mustaqim

Sebagai orangtua, berbincang dan berbagi ilmu tentang dunia anak, akan menjadi sebuah kebutuhan bila lawan bicara memiliki figur penting di dalamnya, seperti, pendidik, psikolog anak, atau pemerhati dunia anak. Bagi orangtua (khususnya seorang ibu) yang titik berat hidupnya dicurahkan sepenuhnya akan perhatiannya kepada sang anak, tentu sangat bersyukur bila kehidupan mereka diitari oleh figur-figur presentatif seperti di atas, karena sudah barang tentu, bahwa setiap saat, fleksibilitas waktu untuk berbincang dengan mereka lebih berpihak kepadanya.

Pada sisi yang sama, orangtua yang memiliki perhatian ekstra terhadap anaknya, tentu akan mencurahkan sepenuh hati, agar sang anak kelak tidak sekedar tumbuh secara fisik, namun juga secara psikis. Yaitu memiliki jiwa yang tangguh, berakhlak mulia, dan tentunya bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Salah satu upaya orangtua dalam menumbuhbesarkan sang anak secara psikis adalah dengan pengetahuan. Karena mendidik anak secara fisik, seperti memberi asupan gizi, menjaga imunitas, berobat bila terkena penyakit, tentunya sangat berbeda dengan mendidiknya secara psikis. Mendidik anak secara psikis, lebih mengarah pada tumbuh kembang sikap dan karakter sang anak, yang tentunya, akan menentukan kondisi anak saat dewasa kelak, baikkah, atau justru sebaliknya.

Imam Ali pernah mengatakan “aku adalah hamba sahaya bagi siapa saja yang mengajariku walau hanya satu huruf”. Jika para orangtua bisa sedikit peka terhadap keadaan, sekeliling mereka adalah guru terbaik dalam hidup, untuk bisa lebih baik dalam mendidik sang anak. Lihatlah di lingkungan rumah, ada para tetangga yang sama-sama memiliki buah hati, kita bisa sesering mungkin untuk berbagi pengalaman dengan mereka dalam mendidik anak. Di lingkungan sekolah, ada para guru profesional yang siap memberikan segudang ilmu tentang dunia anak, hal itu bisa dilakukan saat orangtua mengantarkan anaknya ke sekolah. Kedua hal tersebut belum termasuk guru terbaik dalam hidup, yaitu “pengalaman” di setiap detik orang tua merawat mereka, dan juga wejangan dari kakek nenek sang anak, yang tentunya lebih berpengalaman dalam mendidik para orang tua mereka dahulu.

Jadi, selama orangtua masih menjadi orangtua, dan anak masih menjadi anak, kewajiban mendidik tidak sekedar menjadi formalitas belaka, namun juga sebagai kebutuhan, sekaligus amanah dari Sang Khalik, yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya.

Penulis: Adam Mustaqim, Guru SDIT Salsabila Banguntapan
Foto: http://batampos.co.id
Powered by Blogger.
close