Ketika Harus Menolak Permintaan Anak
Oleh
: Zakya Nur Azizah
Saat
anak meminta sesuatu kepada orang tuanya, maka orang tua ada dua pilihan yaitu
menerima atau menolaknya. Untuk pilihan yang pertama mungkin tidak akan muncul
masalah bagi orangtua dan anak. Karena keinginan anak sesuai dengan kemauan
orangtuanya. Masalah baru mulai muncul ketika yang menjadi pilihan adalah
penolakan. Seperti perasaan tidak disayangi orangtua, menangis mengiba, ngambek
dan sebagainya. Untuk menghindari masalah ini banyak orangtua selalu menuruti
keinginan anak, walaupun keinginan tersebut sering kali justru merusak diri
anak.
Sebenarnya
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua saat Ia menolak permintaan
anaknya. Untuk mengurangi munculnya masalah-masalah di atas dan meningkatkan
manfaat pada diri anak dibalik penolakan tersebut. Saat anak meminta sesuatu
lalu kita menerima atau menolak permintaannya, kita sebenarnya dapat menunda
jawaban kita dan tidak langsung membuat keputusan untuknya. Penundaan ini
mendidik anak untuk lebih mampu menahan dirinya dengan menahan keinginannya.
Dan jika kita harus menolak permintaannya, maka sebenarnya anak lebih mampu
untuk menerima keputusan penolakan tersebut. Berbeda jika anak meminta dan kita
langsung menolak, maka anak seringkali belum siap terhadap penolakan kita.
Setiap
keputusan baik menerima atau menolak permintaan kita perlu memberikan alasan
yang jelas atas keputusan tersebut. Sikap ini tidak hanya supaya anak tidak
menangis sehingga jika setelah kita jelaskan anak tetap menangis maka kita
segera mengubah keputusan kita. Tetapi lebih untuk mendidik anak bahwa
penolakan ini karena sebuah alasan yang logis dan anak mulai dibiasakan untuk
membuat keputusan dengan alasan yan logis pula. Banyak orang tua saat menolak
permintaan anak justru menghakimi anak atas permintaannya yang menurutnya tidak
masuk akal. Seperti saat menolak anak ketika meminta izin untuk melihat
pergantian tahun baru, dengan mencemooh sikapnya untuk melihat pergantian tahun
baru. Lebih baik kita memberi tahu alasan kita tanpa memberi komentar negatif
atas permintaannya.
Penolakan
bisa dilakukan dengan kalimat tanya. Misalnya, anak kita meminta izin untuk
mengendarai sepeda motor, padahal Ia baru kelas 5 SD. Kita bisa menolak dengan
bertanya, “Mas, kalau Abi membolehkan kamu naik sepeda motor sekarang, adakah
peraturan yang harus Abi langgar atas pembolehan ini?” Anak nantinya akan
menyadari bahwa dia belum berhak naik sepeda motor karena aturan lalu lintas.
Dalam
memberi pengertian gunakan bahasa yang halus sehingga si anak mudah menerima.
Jelaskan alas an yang dapat dicerna oleh logika si anak. Jangan ditakut-takuti
tapi berilah rasioanlitas yang dapat diterima si anak. Karena jika si anak
ditakut-takuti dengan barang tersebut akan menimbulkan perasaan tidak nyaman
dalam diri anak, pada tahap lebih lanjut dapat mengalami fobia pada barang
tersebut sehingga akan mengganggu psikologi anak.
Anak
perlu untuk mempunyai pengalaman untuk diterima dan ditolak permintaannya.
Tetapi pastikan bahwa saat ia mengalami penolakan maka ia tetap mendapatkan
manfaat darinya.
Tetapkan pula aturan yang harus
disepakati bersama, baik oleh anak maupun orangtua. Orangtua terkadang menjadi
lemah dan mudah diperdaya anak karena mereka sendiri tidak menerapkan aturan
sejak awal. Misalnya, ketika anak ingin makan kue, padahal dia sudah terlalu
banyak makan makanan manis. Perhatikan kalimat yang Anda ucapkan. Kalau Anda
bilang ‘Ok, kamu boleh makan kue’, ini akan membuka kesempatan anak untuk
merajuk makan kue lagi. Tapi kalau sejak awal Anda sudah membuat kesepakatan
bersamanya, seperti, ‘ok kamu boleh makan satu kue, setelah itu simpan kuenya’,
kalimat ini tidak akan membuat anak memiliki celah untuk meminta lebih.
Penulis: Zakya Nur Azizah, Pemerhati
dunia anak
Foto:
google
Post a Comment