Kisah dan Penanaman Akhlakul Karimah
Oleh: R.
Bagus Priyoembodo
Di dalam penyampaian kisah terdapat manfaat yang besar. Terutama
kisah-kisah Qur’ani. Manakala kita mempelajari kisah Qur’ani maka kita kan
dapati keunggulannya. Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling benar/jujur,
“Dan siapakah yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa`: 87)
Hal itu karena kesesuaiannya yang sempurna dengan kenyataan yang
ada. Tidak ada perkataan yang lebih jujur dan benar daripada firman Allah.
Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling baik. “Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur`an ini kepadamu.”
(Yusuf: 3)
Karena cakupannya terhadap kesempurnaan paling tinggi dalam balaghah (keindahan bahasa) dan
keagungan makna. Bahkan kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan kisah yang paling
bermanfaat, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
Karena kuatnya pengaruh kisah tersebut terhadap upaya perbaikan
hati, akhlak, dan perbuatan. Jadi, kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling
indah kalimat dan paling indah pula maknanya.
Berbagai faedah utama kita dapati dalam kisah Qur’ani. Begitu besar
manfaatnya untuk membentuk pribadi yang gemilang. Sebagaimana sejarah telah
membuktikan.
Kisah itu meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat beliau di atas ajaran (dien) Allah, mengokohkan kepercayaan
kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan
tentaranya serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya. “Dan semua kisah
dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
Kisah itu merupakan sebagian contoh tentang adab yang harus
diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat di dalam jiwa.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
Menerangkan keadilan Allah dengan adanya hukuman yang ditimpakan
kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran. Menerangkan karunia Allah dengan
menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang yang baik. Allah selamatkan
mereka sebagai nikmat dariNya. Demikianlah Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.
Kisah itu membangkitkan rasa antusias kaum mukminin terhadap
keimanan dengan mendorong mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya
ketika mengetahui keberhasilan orang-orang beriman terdahulu serta kemenangan
mereka. “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”
(Al-Anbiya`: 88)
Kisah itu memperingatkan orang-orang buruk agar tidak terus-menerus
tenggelam dalam keburukannya, “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan
di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang
yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan
orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad: 10)
Dalam penggalian pemahaman kisah quran
untuk membentuk akhlak adab yang mulia maka kita dapati simpulan juga :
Pertama,
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kisah Al Qur’an sangat sempurna dan amat
penting untuk diimplementasikan, seperti nilai keimanan, kasih sayang, lemah
lembut, sopan-santun, mawas diri, teguh pendirian, tanggung jawab, sabar, tawaḍu’,
sederhana, bersyukur/berterima kasih, tawakkal, keterbukaan, takwa, kreatif, disiplin
diri, berani, logis-kritis, rasional, kerja keras, visioner, rasa peduli,
optimis, pemaaf, rasa ingin tahu, hati-hati, memahami perbedaan pendapat,
berjiwa besar, rendah hati, kepekaan sosial, kuat jasmani, dan tegas.
Kedua,
wawasan metode pendidikan akhlak adab dalam kisah Al Qur’an, seperti metode mau’iẓah, metode emosional, metode
perumpamaan, metode amar ma’ruf nahi munkar, metode pembiasaan, metode dialog,
metode keteladanan, metode ‘ibrah, metode rasional, metode dialog, metode
hujjah, metode pemberian ancaman, metode perumpamaan, metode hukuman, metode pemberian
peringatan, metode motivasi, metode husnudhan, metode pemberian penghargaan dan
hukuman, metode istighfār, metode nasehat, metode problem solving, metode
belajar tuntas, dan metode musabaqah.
Hal tersebut amatlah membantu upaya proses
pendidikan akhlak adab manakala dilakukan secara kontinyu, sejak anak usia
dini, serta dilaksanakan secara integratif oleh semua komponen pendidik, untuk
mewujudkan anak yang berakhlak baik dan kuat.
Penulis : R. Bagus Priyosembodo, Penulis Senior Majalah
Fahma
Foto: google
Post a Comment