Metode Penerapan Aturan


Oleh : Nur Muthmainnah

Anak-anak memiliki tingkat rasa ingin tahu yang tinggi. Ia ingin selalu mencoba sesuatu yang baru. Dalam hal bermain pun anak-anak terlihat cepat bosan. Sebentar-sebentar berganti mainan. Terkadang kebiasaan ini membuat anak menjadi lupa untuk membereskan mainan-mainan yang telah dimainkan sebelumnya. Rumah menjadi tampak berantakan, karena mainan berserakan di mana-mana.

Memang hal ini masih wajar dilakukan anak. Namun bila hal ini didiamkan, tentu akan memberikan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak. Anak-anak menjadi terkesan semaunya sendiri.

Agar anak-anak bisa lebih tertib dalam hal menjaga kebersihan dan kerapian rumah, tentu dibutuhkan aturan. Aturan bisa memberikan pelajaran kepada anak tentang arti tanggung jawab. Namun tentu saja aturan juga tidak boleh terlalu memberatkan anak. Tujuan utama dibuat aturan adalah agar anak bisa menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk mengekang anak. Agar anak tidak terkekang dan bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak, misalnya anak menjadi tress.

Aturan itu dibutuhkan dalam keluarga agar semua merasa nyaman dan segala sesuatu yang dilakukan mengandung peran dan tanggung jawab. Begitu juga dengan anak-anak kita, walaupun mereka masih kecil tapi tetap harus mengikuti aturan yang dibuat oleh orang tuanya. Tentunya orang tua sangat senang melihat anaknya bisa mengikuti juga mematuhi segala perintah dan aturan yang sudah ditetapkan bersama.

Tips menerapkan aturan pada anak

Berdiskusi dengan Anak dalam Membuat Aturan
Agar tercipta suatu mufakat bulat, maka orang tua perlu berdiskusi bersama anak. Orang tua tidak boleh membuat aturan secara sepihak. Diskusikan kepada anak tentang aturan yang disepakati. Biarkan anak yang memutuskan konsekuensi dari aturan yang dibuat. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik. Dalam hal ini, orangtua juga harus mematuhi aturan yang telah disepakati. Konsekuensi yang disepakati haruslah memiliki tujuan untuk memperbaiki kepribadian anak.

Berikan Konsekuensi Saat Anak dalam Keadaan Tenang
Saat anak berbuat kesalahan, tentu saja orang tua perlu menegur anak. Namun terkadang teguran kepada anak, membuat anak menjadi sedih atau marah. Terkadang ekspresi kesedihan dan kemarahan terungkap secara verbal. Dalam keadaan ini, orang tua perlu menenangkan anak terlebih dahulu. Bila perlu, berikan waktu sejenak kepada anak untuk menenangkan diri atau melakukan instrospeksi diri, hingga dia menyadari kesalahannya. Bila anak ingin melakukan pembelaan, tentu saja orang tua perlu mendengarkan anak dengan dengan penuh kesabaran.

Perlunya Ketegasan dalam Memberikan Konsekuensi
Bila anak benar-benar telah melakukan kesalahan, konsekuensi harus tetap dilaksanakan. Hal ini bisa menumbuhkan tanggung jawab pada anak. Konsekuensi juga tidak perlu hal-hal yang berat. Contoh konsekuensi yang bisa diberikan kepada anak adalah tidak boleh bermain video game dalam jangka waktu tertentu atau mengurangi uang jajan.

Perlunya Pujian dan Penghargaan kepada Anak
Anak-anak tidak hanya membutuhkan konsekuensi, namun mereka juga membutuhkan pujian dan penghargaan. Saat mereka melakukan sesuatu yang baik, orang tua bisa memberikan pujian atau penghargaan kepada anak. Ucapkan pujian dengan hati yang tulus. Bila perlu, berikan penghargaan juga kepada anak, agar anak semakin terpacu untuk mematuhi aturan.

Perlunya Rekonsiliasi antara Orangtua dan Anak
Setelah anak melakukan kesalahan dan mendapatkan konsekuensi, biasanya anak akan merasa bersalah (bila ia benar-benar bersalah). Dalam hal ini, rekonsiliasi sangatlah penting. Orang tua perlu melakukan pendekatan kembali kepada anak. Ungkapkan apa ketidaksukaan Anda dari apa yang telah dilakukan anak, sehingga anak akan paham akan kesalahannya dan memiliki niat untuk memperbaiki. Bila perlu, Anda bisa memulainya dengan meminta maaf bila ada kata-kata tindakan anda yang salah.

Penulis: Nur Muthmainnah, Pemerhati dunia anak

Foto: google
Powered by Blogger.
close