Berkatalah yang Baik Atau Diam




Oleh : Ahmad Budiman

Tidak ada satu katapun yang terlontar dari lisan kita kecuali Allah Ta’ala mendengarnya. Dan, tidak ada satu kata pun yang kita ucapkan kecuali pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Oleh karena itu, beruntunglah orang yang senantiasa memelihara lisannya untuk tidak berkata kecuali yang benar dan baik saja. Sungguh beruntunglah orang yang memelihara lisannya untuk jauh dari perkataan yang sia-sia dan tiada berguna. Karena, menghindari ucapan yang sia-sia dan tiada berguna adalah ciri dari keimanan kepada Allah. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpesan pada kita bahwa muslim yang baik itu adalah yang berkata yang baik atau diam.

Hari-hari ini, rasanya perbuatan menjaga lisan dari hal-hal yang sia-sia ini menjadi barang yang langka di sekitar kita. Banyak orang yang dengan ringan mengucapkan kata-kata kotor, dumpah serapah, sampai-sampai penghuni kebun binatang pun diabsen oleh mulutnya. Mereka tak peduli sedang berada di mana dan ada siapa saja di sekitarnya kala ucapan tersebut terlontar dari mulutnya. Dia tidak tahu ada anak-anak yang berada tak jauh darinya, mendengar kata-katanya. Dan apa yan terdengar oleh si anak pun ditirukan saat bergaul dengan teman-temannya. Jadilah sang teman pun juga ikut menirukan perkataan kotor tersebut. Na’udzubillah.

Perilaku anak dengan berani menuturkan kata-kata kasar, bisa jadi didapatkan sebagai bentuk imitasi dari lingkungannya. Imitasi atau meniru sebetulnya adalah hal yang lumrah yang terjadi pada anak, terutama anak balita. Imitasi juga merupakan bagian dari cara belajar yang penting pada diri anak, terutama untuk anak dengan usia 2 sampai 3 tahun, sebaliknya ketika anda mendapati anak balita anda tidak memiliki kemampuan untuk meniru, maka orangtua harus "aware" bahwa terjadi "sesuatu" dengan perkembangannya.

Namun yang jadi masalah di sini, jika hal-hal yang ditiru oleh si anak adalah hal yang positif dan baik maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah. Hanya saja, ketika balita kita meniru hal-hal yang buruk, bahkan jika sampai mengaplikasikannya ditempat yang salah, maka inilah yang menjadi masalah besar.

Karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui dengan siapa saja anak biasa berteman dan bermain. Meski masih dalam tahap bermain dan mencari teman, bukan berarti orangtua tidak diperbolehkan untuk memfilter dan menyeleksi lingkungan untuk anak-anaknya. Penting sekali melakukan filter pada lingkungan anak, mengingat lingkungan menjadi salah satu sumber terbesar yang akan menentukan kepribadian dan karakter seorang anak. Untuk itulah, ketika anda mendapati anak bermain dengan anak yang cenderung kasar dan bahkan bertindak pada sopan pada oranglain, maka jangan segan untuk menjauhkan anak dari lingkungan yang demikian. Sebab hal ini semata-mata dilakukan demi kebaikan dan kesejahteraan mereka.

Perlu diketahui, bukan hanya lingkungan masyarakat yang berpengaruh pada diri anak-anak. Pola asuh dan lingkungan keluarganya pun ikut menentukan pembetukan karakter pada diri mereka. Orangtua adalah "sumber materi belajar" yang paling dekat dengan anak-anak. Sehingga sebagai orangtua, segala hal yang kita lakukan haruslah dilakukan dengan hati-hati dengan penuh perhatian. Jangan sampai perilaku buruk yang ada pada orangtua ditiru dan ditanamkan pada diri anak-anak sehingga menjadi kebiasaan buruk yang mereka miliki. Seperti sabda Rasulullah di atas, orangtua dalam kondisi apapun tetap harus berkata yang baik. Jika tidak bisa berkata yang baik, satu saja yang bisa dilakukan, yakni diam.

Khusus untuk anak-anak balita maupun batita yang berbicara kasar atau melontarkan umpatan, maka sudah bisa dipastikan bahwa ia sedang "menerapkan" apa yang ia dapatkan dari lingkunganya. Dan sudah jelas pula bahwa mereka tidak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan, karena memang hal ini dilakukan sebagai aplikasi dari apa yang mereka tiru di lingkungannya yang mana menurutnya itu adalah hal "menarik" jika diucapkan.

Penulis: Ahmad Budiman, Pemerhati dunia anak
Foto: google
Powered by Blogger.
close