Bersyukur untuk Bahagia
Oleh : Syaiful Anshor
Ingatlah bahwa
Allah telah menganugerahkan nikmat kepada kita tanpa batas. Semuanya diberikan
gratis. Padahal, andai kata kita disuruh membayar nikmat itu dengan uang,
sungguh kita tidak dapat membayarnya. Contoh saja oksigen yang kita gunakan
untuk bernapas setiap hari. Jika dikalkulasikan dengan rupiah sejak kita lahir
hingga sekarang sangatlah banyak.
Belum lagi
nikmat yang lainnya. Nikmat penglihatan, nikmat pendengaran, nikmat mulut untuk
berbicara, hingga nikmat yang paling mahal: iman dan Islam. Semua nikmat yang
diberikan Allah itu tanda kasih sayang-Nya yang sangat luas kepada kita.
Tidaklah kita diminta banyak hal untuk membalasnya. Kecuali hanya dengan
mensyukuri nikmat-Nya.
Syukur itu
juga bukan itu siapa-siapa. Bukan untuk Allah, Sang Pemberi Nikmat. Kita mau
bersyukur atau pun kufur, tidak sedikit pun dapat mengurangi kekuasaan dan
kemuliaan Allah. Ya, syukur tidak lain untuk diri kita sendiri. Ingatlah,
ketika Anda bersyukur maka Allah akan menambah karunia itu. Sedangkan ketika
kufur, maka azab Allah itu sangat pedih. Itu saja.
Nah, sekarang
mau pilih mana: syukur ditambah rezeki atau kufur tapi diazab oleh-Nya? Ah,
tentu bersyukur, dong. Syukur itu
tidak hanya mengisi hati dengan kebaikan dan kebahagiaan atas nikmat-Nya yang
luas, tetapi juga melafadzkan tahmid—alhamdulillah—dan
juga mensalehkan diri dan anggota badan dengan amal saleh dan ketaatan.
Oleh karena
itu, orang yang paling bahagia hidupnya adalah orang yang paling bersyukur.
Semakin bersyukur semakin bahagia. Kebahagiaan orang yang bersyukur itu tanpa
batas. Dia tidak tersekat oleh materi dan keadaan. Baik pada saat sempit mau
pun lapang. Baik pada saat kaya atau pun miskin. Sebab, kebahagiaan itu
terletak di hati. Selama hatinya bersyukur dan ikhlas apa pun yang ditakdirkan
Allah, maka hidupnya akan bahagia.
Orang yang
bersyukur hidupnya akan selalu produktif. Karena dia menghargai setiap nikmat
yang diberikan Allah. Tidak ada nikmat yang disia-siakan. Semuanya potensi
nikmat dioptimalkan. Waktu diisi dengan prestasi dan amal saleh. Ah, sungguh
mengangumkan kehidupan orang yang bersyukur. Penuh warna, prestasi, dan pahala.
* Syaiful Anshor, adalah penulis buku "Berupaya Tanpa Jeda dan Bersyukur Tanpa Kendur" Berbincang lebih intens ikuti facebook Beliau Syaiful Anshor
Post a Comment