Ketika Kakak Iri Pada Adiknya


Oleh : Ahmad Baihaqi

Rasa iri hati bisa menyerang siapa saja, bahkan anak usia balita pun bisa mengalaminya. Iri hati kerap muncul sebagai akibat rasa cemburu atau rasa cemas. Misalkan kakak yang iri hati pada perhatian yang dicurahkan orangtua pada adik. Tidak jarang sang kakak sering berpura-pura sakit atau nakal untuk mendapatkan perhatian orangtuanya. Rasa iri hati bisa mengubah perilaku anak. Sifat iri hati yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, dendam, amarah, frustasi, rendah diri dan stress.

Rasa iri kakak pada adik memang selalu bisa terjadi pada dua bersaudara dengan rentang usia berapapun. Kakak yang lebih tua akan lebih bisa memahami adik, nyatanya lebih sering hanya merupakan harapan orangtua.  Sudut pandang anak ternyata tidaklah demikian. Kecemburuan kakak yang berusia jauh lebih tua bahkan kadang-kadang bisa lebih mendalam.

Untuk menghindari berkembangnya iri hati pada anak, perlu beberapa langkah yang harus dilakukan. Terutama dalam hal kesiapan kakak untuk menerima kehadiran adiknya. Jika saat ini, sang adik masih berada dalam kandungan, maka orangtua harus siapkan anak untuk menerima sang adik. Libatkan anak dalam aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Misalnya, mengajaknya ke dokter saat periksa kehamilan, biarkan sang kakak mengelus perut dan berbicara pada calon adiknya.

Saat-saat awal lahir, yang sangat penting untuk orangtua tunjukkan adalah bahwa yang baru lahir itu adalah adiknya. Tunjukkan wajah gembira ketika ia pertama kali muncul. “Itu kakak. Ini adiknya sudah nunggu. Adik kangen sekali dengan kakak. Adik ingin ketemu.” Sampaikan bahwa adik sayang sekali padanya, sehingga ia juga akan menyayangi adiknya. Bukan sebaliknya, menyuruh agar ia sayang pada adiknya. Boleh saja kita menyampaikan pesan seperti itu, tetapi setelah menunjukkan bahwa adik sayang padanya. Setiap kali ada kesempatan yang leluasa, beri perhatian yang hangat kepada anak. Tunjukkan kerinduan kita dan kerinduan adiknya kepadanya. Sehabis dimandikan, ketika bayi merasa tenang, orangtua bisa panggil ia untuk berbaring di dekat bayi sehingga ia merasa dekat.

Jika sikap iri ini masih menjangkit hingga usia TK-SD, mungkin ada baiknya kita untuk introspeksi diri. Adakah yang salah dalam perhatian kita pada mereka? Atau mungkin selama ini kita tanpa sadar sering membandingkan kakak dan adiknya? Memotivasi anak untuk selalu berkompetisi adalah hal baik, namun hanya memuji salah satu akan membuat rasa cemburu anak muncul. Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Dan yang harus orangtua lakukan adalah memotivasi mereka agar mengembangkan potensi yang mereka miliki tanpa rasa iri. Sebab bisa jadi kakak pandai dalam matematika, sedangkan adik lebih piawai dalam melukis. Tonjolkan kelebihan masing-masing tanpa membandingkan dengan kekurangan mereka.

Meminimalisir rasa iri kakak pada adiknya bisa dilakukan pula dengan mengarahkan kakak untuk ikut bertanggung jawab pada adiknya tanpa membuatnya terbebani. Biarkan ia ikut menghibur ketika adiknya menangis karena terjatuh, mengajari ketika adiknya belum bisa belajar, membantu mencari buku gambar adiknya yang lupa diletakkan di mana, atau sekadar mengingatkan adiknya ketika tiba saatnya untuk belajar dan membuat PR. 

Dengarkan pula keluhan kakak kalau adiknya memang melakukan sesuatu yang membuatnya kesal. Jangan buru-buru memotong dengan mengatakan bahwa adiknya masih kecil. Kalau adik membuat kamar kakak berantakan, bantulah kakak membereskan kembali kamar itu, dan ajak adiknya ikut pula membantu.

Ketika kakak dan adik bertengkar, kadang kita lebih membela adik dan meminta kakak untuk mengalah. Padahal mungkin saja pada saat itu, sang adik dalam posisi yang salah. Hal ini tentu saja tidak fair bagi kakak. Karena itu, siapapun yang salah, tegur dan nasehati dengan cara yang halus. Ajarkan mereka untuk meminta maaf dan memberi maaf.

Tetap beri kakak pelukan dan ciuman. Jangan pernah menganggapnya terlalu besar untuk pelukan dan ciuman Anda, karena bila Anda hanya memberikan hal itu untuk adiknya, diam-diam ia akan menganggap Anda lebih sayang pada adiknya dan tidak lagi sayang padanya. Sementara itu, terapkan nilai-nilai dan tetap berikan peraturan maupun batasan-batasan agar anak selalu saling menyayangi, tidak mengalami pertengkaran yang sampai meruncing, dan tidak saling mengolok-olok satu sama lain.

Penulis : Ahmad Baihaqi, Pemerhati dunia anak

Foto : parenting.co.id
Powered by Blogger.
close