Optimalkan Sinergi Orangtua dan Guru





Oleh: Drs. Slamet Waltoyo

Setiap anak memiliki potensi untuk terbangunnya akhlak mulia dalam dirinya. Tinggal bagaimana lingkungan mampu mendukungnya. Membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungan adalah dengan membangun akhlak mulia.

Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat peting terhadap perubahan perilaku anak. Di luar potensi yang dimiliki anak adalah faktor lingkungan. Tiga pilar pendidikan dapat dikatagorikan sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perubahan perilaku anak. Yaitu lingkungan keluarga sebagai pendidik utama dan pertama, lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang dirancang untuk mengarahkan terbangunnya perilaku, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan ketiga ini adalah lingkungan diluar keluarga dan sekolah. Lingkungan yang sulit dikendalikan keluarga dan sekolah.

Perilaku anak adalah hasil dari proses terbangunnya karakter yang sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dan sekolah adalah lembaga pendidikan yang tugas utamanya adalah membentuk akhlak mulia. Maka sekolah membentuk dan merekayasa lingkungan, yang mencakup di antaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum pendidik, hingga metode mengajar. Untuk terbentuknya kepribadian sebagaimana diamanahkan dalam tujuan pendidikan.

Pembentukan akhlak mulia  melalui rekayasa  lingkungan sekolah dilakukan melalui strategi: (1) keteladanan, (2) intervensi, (3) pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan (4) penguatan. Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan akhlak mulia memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan dengan keyakinan.

Kita percayakan kepada sekolah dengan strateginya akan mampu membangun akhlak mulia. Bagaimana dengan kedua lingkungan pendidikan yang lain? Lingkungan keluarga. Lebih tidak disangsikan lagi. Karena keluarga adalah pemegang utama amanah pendidikan. Keluarga adalah lingukungan terdekat dengan anak. Maka kita akan lebih mempercayakan kepada kedua orang tuanya, dengan strateginya untuk membangun akhlak mulia.

Nah, bagaimana dengan lingkungan ketiga? Lingkungan keluarga jelas dikendalikan oleh orangtua sebagai pemegang utama. Lingkungan sekolah dikendalikan oleh para pamong sekolah sebagai mitra orangtua sekaligus menerima amanah orangtua. Lingkungan ketiga berada di luar kendali orangtua dan guru. Di luar ada pengendali yang positif dan pengendali yang negatif bagi anak kita. Di luar  anak akan mendapatkan pengaruh yang positif maupun negatif. Biasanya pengaruh negatif akan lebih mudah diterima.

Pemegang amanah (orangtua dan guru) hanya bisa memberi arah agar anak mendapat pendidikan yang positif dari lingkungan ketiga. Tetapi apa yang akan anak dapatkan dari lingkungan ketiga. Kita sama sekali tidak tahu. Pengaruh negatif adalah pengaruh yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan sekolah. Inilah pentingnya membangun sinergi antara orang tua dan guru di sekolah.

Apa akibatnya jika orangtua dan sekolah tidak membangun sinergi? Berkesan berjalan sendiri-sendiri? Ketika anak mendapat pengaruh negatif  dari luar maka anak hanya akan mendapatkan tantangan penolakan dari orangtua saja atau guru saja. Tetapi jika ada sinergi yang kuat antara orangtua dan guru, anak akan berfikir dua kali untuk menerima pengaruh negatif karena akan mendapatkan tantangan penolakan dari keduanya. Dua lawan satu.

Maka menjadi sangat penting memilih lembaga pendidikan bagi anaknya.  Yaitu memilih lembaga pendidikan yang sama visinya dengan keluarga. Terlebih lagi sama misi dan program-programnya. Membangun kerjasama dan sinergi antara orangtua dan sekolah akan lebih mudah dan efektif jika pihak sekolah yang berinisiatif.

Penulis : Drs. Slamet Waltoyo, Guru MI Al Kautsar Cebongan Sleman
Foto: google
Powered by Blogger.
close