Menjadi Guru Visioner
Oleh : Saifulhaq,
M.Pd
Seorang guru yang
telah lama menjadi kepala sekolah di sebuah TK yang awalnya mulai dari nol.
Waktu itu sekitar tahun 2004. Dia masih digaji di nawah UMR. Atas izin Allah,
tangan dingin uru ini mampu membuat TK yang masih nol tersebut berangsur
membesar dan menggeliat. Wali murid yang ingin menyekolahkan anaknya di TK
tersebut membludag. Berkembangnya sekolah ini membuat kesejahteraan guru dan
kepala sekolah meningkat. Sekitar tahun 2009, gaji mereka sudah mencapai UMR
waktu itu.
Akan tetapi, di
tengah euforia menikmati kesuksesan, tiba-tiba yayasan memindahkan kepala
sekolah ini untuk menjadi kepala sekolah di sekolah lain yang juga baru saja
berdiri. Dan gaji yang diterima di sekolah yang baru tersebut kembali ke angka
awal ketika tahun 2004. Terjun bebas. Namun, dengan keikhlasannya, dilakoninya
keputusan yayasan tersebut dengan ikhlas. Sebab ia yakin, pasti Allah akan
memberi hikmah di balik semua ini. Tak terlintas pun dalam pikirannya untuk
pindah ke sekolah lain, meski godaan tersebut ada. Dan kini, kembali, berkat
pertolongan Allah, sekolah yang baru berdiri tersebut disulapnya menjadi
sekolah favorit, bahkan sering menjadi tempat studi banding pengembangan PAUD,
bahkan hingga dari luar pulau Jawa.
Seorang guru yang
visioner tentu tidak akan menyerah oleh keadaan. Guru yang visioner adalah guru
yang memiliki impian ke depan. Karena itu, penting bagi para guru untuk memiliki
visi yang baik, bukan visi yang jelek. Menurut Abdullah Munir, visi guru yang
jelek adalah mereka yang menjadi guru karena terpaksa, menjadi guru hanya
karena mencari nafkah saja, bahkan yang lebih parah, bekerja sebagai guru hanya
untuk menghindarkan diri dari status pengangguran.
Saya teringat dengan
kisah Umar Bakrie, yang kisahnya dijadikan lagu oleh Iwan Fals. Ketika ditanya,
mengapa ia mau saja belasan tahun menjadi guru dengan gaji pas-pasan? Apa jawab
beliau? Beliau menjawab, “Saya menjadi
guru hanya untuk mencari ridho Allah,” Ada juga kisah seorang ustadzah yang
berpendidikan tinggi, berkesempatan meniti karir menjanjikan, namun lebih
memilih terjun ke dunia PAUD. Ketika ditanya apa sebabnya, beliau menjawab
bahwa beliau ingin bisa mengajari anak-anak membaca Al Fatehah. Sebab surat
inilah yang paling sering dibaca umat muslim, dan menjadi bacaan wajib saat
shalat. Dan jika Al Fatehah ini dibaca dan diamalkan, maka pahalanya akan
mengalir pula padanya. Itu baru dari satu murid. Bagaimana jika banyak?
Sebanyak apa pahala yang mengalir? Masya Allah. Inilah jika visi yang telah
tertanam dalam diri guru yang visioner.
Lalu apa saja yang
harus dimiliki guru yang visioner? Guru visioner harus memiliki hardskill,
yakni penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, keterampilan yang sesuai dengan bidang ilmunya.
Hardskill ini meliputi: 1) Kemampuan Pedagogig, yakni kemampuan mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman, perancangan dan pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran peserta didik. 2) Kemampuan Profesional, yakni kemampuan yang menuntut
keahlian (expertise) seseorang. Artinya pekerjaan itu tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak
disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Selain itu, guru
visioner harus memiliki kemampuan softskill. Yakni suatu kemampuan, bakat, atau keterampilan yang ada di
dalam diri setiap manusia yang dilakukan dengan cara non teknis, artinya tidak
berbentuk atau tidak kelihatan wujudnya. Softskill ini dapat dikatakan sebagai keterampilan
personal dan inter personal.
Softskill ini
mencakup kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia sesuai dengan kebutuhan psikologis anak.
Serta kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.
Nah, wahai para
guru, bagaimana visi Anda dalam mengajar? Sudahkah memilih jalan menuju guru
yang visioner?
Penulis: Saifulhaq,
M.Pd., Kepala Sekolah TKIP Salsabila Pandowoharjo, Sleman
Trainer manajemen
dan kreativitas PAUD
Foto: google
Post a Comment