Murid Shalih Lahir dari Guru Shalih
Oleh:
R. Bagus Priyosembodo
Guru
yang akan berhasil mendidik bukanlah guru yang hanya berkata-kata. Tentu akan
menguap kewibawaan kata-kata guru yang perbuatannya menentangi petuahnya.
Adalah
pemimpin seperti Amr bin Utbah berkata kepada seseorang alim yang ia percayai
sebagai guru anaknya, "Hendaklah yang pertama engkau lakukan dalam
memperbaiki anakku adalah terlebih dahulu memperbaiki dirimu sendiri. Sebab
pandangan matanya terikat dengan pandangan matamu. Jadi, yang baik bagi mereka
adalah apa yang engkau lakukan dan yang buruk baginya adalah yang engkau
tinggalkan." Mintalah pertolongan hanya kepada Allah.
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajari
dan beliau adalah teladan utama dari pelaksanaan sabdanya. Manakala beliau
bersabda,
"Hai
sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan
daripadaNya, karena sesungguhnya saya ini bertaubat dalam sehari seratus
kali."
Beliau
orang yang paling bersih dari dosa. Paling baik akhlak dan segala amalnya.
Begitupun beliau masih banyak banyak beristighfar setiap harinya. Maka kita
bisa merasakan wibawa ajaran istighfar beliau di hati para sahabat. Mereka akan
bergegas istighfar karena juga terdorong oleh amal gurunya yang terdepan.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan
kisah amat menarik mengenai seorang lelaki yang berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Berilah wasiat padaku." Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Jangan marah." Orang itu
mengutanginya berkali-kali tetapi beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam tetap bersabda, "Janganlah marah."
Beliau
memilih nasihat ini karena begitu penting nasihat jangan mudah marah ini, juga
karena beliau amat mengerti hal yang lebih dibutuhkan dan lebih berguna bagi
murid yang meminta wejangannya. Begitulah juga semestinya guru yang berusaha
membangun pribadi muridnya mestilah berusaha tepat takaran dan tepat isi kala
menasihati muridnya.
Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma mendapat
kebaikan besar tatkala membersamai gurunya yakni Rasulullah, katanya:
"Saya berada di belakang Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam - dalam kendaraan atau membonceng - pada suatu hari, lalu
beliau bersabda,
"Hai
anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu: Peliharalah Allah - dengan mematuhi
perintah-perintahNya serta menjauhi larangan- laranganNya, pasti Allah akan
memeliharamu, peliharalah Allah, pasti engkau akan dapati Dia di hadapanmu.
Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau engkau meminta
pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula.
Ketahuilah
bahwasanya sesuatu umat - yakni makhluk seluruhnya - ini, apabila berkumpul -
bersepakat - hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu - yang
dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan
kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah
untukmu. Juga jikalau umat-seluruh makhluk - itu berkumpul - bersepakat -
hendak memberikan bahaya padamu dengan sesuatu - yang dianggap berbahaya
untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan bahaya itu, melainkan
dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat -
maksudnya ketentuan - ketentuan telah ditetapkan - dan lembaran-lembaran kertas
telah kering - maksudnya catatan-catatan di lauh mahfuzh sudah tidak dapat
diubah lagi."
"Peliharalah
Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah
- yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah - di
waktu engkau dalam keadaan lapang - sehat, kaya dan lain-lain, maka Allah akan
mengetahuimu - memperhatikan nasibmu - di waktu engkau dalam keadaan kesukaran
- sakit, miskin dan lain-lain.
Ketahuilah
bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya, tentu tidak
akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas
daripadamu.
Ketahuilah
bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta
kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."
Guru
hebat bukanlah yang tergesa gesa memerintah dan mudah marah. Ia menginspirasi
murid menjadi lebih baik, bahkan pun saat sudah tidak sering bersamanya.
Penulis
: R. Bagus Priyosembodo, Seorang Ustadz dan Guru Ngaji
Foto:
google
Post a Comment