Pujian yang Tidak Mendidik
Oleh
: M. Abdurrahman
Orangtua
pastinya akan melakukan banyak hal untuk bisa membangun semangat anak
dalam belajar. Salah satunya adalah dengan seringkali memberikan pujian sebagai
penghargaan atas pencapaian yang dilakukan oleh anak-anak. Dengan diberikan
pujian, seolah memberikan semangat dan motivasi baru pada anak agar mereka
berusaha lebih keras dan menikngkatkan kemampuannya menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Namun,
meskipun pujian terkadang memang diperlukan dalam rangka membangun semangat
pada diri anak. Ternyata, terlalu banyak memberikan dan mengobral pujian pada
mereka juga berdampak tidak baik. Mengapa demikian? Ketika anda seringkali
memuji anak atau bahkan nada pujian ini seolah bernada memuja anak-anak dengan
mematikan oranglain yang notabene adalah kompetitornya, akan dapat berdampak
tidak baik pada mental si anak.
Keseringan
memuji anak dengan nada yang berlebihan akan membangun mental pada anak yang
mana mereka cenderung lebih berpikir hanya dirinya yang terbaik dan mengganggap
oranglain berada dibawahnya. Nah, ketika mental seperti ini terbangun dalam
diri anak, maka yang terjadi adalah kekhawatiran kita sebagai orangtua.
Sewaktu
harapan anak yang menganggap dirinya adalah yang terbaik dan orang lain tidak
akan bisa menandingi kemampuan, namun hal ini tidak berbanding lurus dengan
kenyataan sebenarnya. Maka bisa jadi tekanan yang hebat dan kecewa yang
mendalam menerpanya. Alhasil, depresi dan bahkan frustasi adalah hal yang akan
dihadapinya dengan susah payah.
Ada
beberapa pujian yang sebaiknya tidak dikatakan pada anak. Pertama, “Kamulah
yang terbaik di kelas”. Biasanya perkataan ini diucapkan orangtua ketika anak
memperoleh nilai ulangan terbaik di kelas. Atau mendapat peringkat pertama di
rapot, Tentu saja hal ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan. Sudah
tentu orangtua akan memuji anak atas capaiannya tersebut. Namun, jika tidak
hati-hati dalam memuji, justru bisa melemahkan mental anak. Memuji anak dengan menyatakan bahwa mereka
adalah yang terbaik di kelas secara tidak langsung membentuk pola pikir baru
pada anak yang mana mereka beranggapan bahwa pencapaian mereka adalah sesuatu
yang hebat, namun dengan membuat mereka berpikiran jika teman-teman yang
lainnya tidak akan mampu lebih hebat dari kemampuannya.
Nah,
jika hal ini terjadi pada anak anda, maka tebak hal apa yang akan terjadi
dengannya? Ya, karakter arogan dan merasa dirinya paling hebat akan secara
otomatis tertanam dalam diri anak. Anda tentu tidak ingin jika hal ini terjadi
bukan? Untuk itulah, ketika anda hendak menyampaikan pujian pada anak-anak atas
pencapaiannya di sekolah. Maka sebaiknya, perhatikan kalimat yang akan anda
sampaikan. Sampaikan pada anak dengan lembut dan upayakan maksud anda tersampaikan
dengan baik yang akan membuat mereka termotivasi untuk lebih baik.
Kedua, kamu hebat!
Memberikan pujian dengan mengatakan
“kamu anak hebat” memang boleh-boleh saja disampaikan pada si buah hati. Akan
tetapi, anda juga harus piawai membaca situasi, apakah anak anda benar-benar
layak diberikan pujian hebat atau tidak. Jika ia hanya berhasil merapikan kamar
tidurnya atau mempersiapkan buku pelajaran untuk dipelajari esok hari di
sekolahnya, apakah anda tidak berpikiran jika memberikan pujian ini terlalu
berlebihan? Sebaiknya, jangan mencipatakan kesan bahawa anak tidak perlu
berjuang keras dan mengupayakan segala hal pun mereka akan meajadi seseorang
yang hebat.
Nah
untuk itulah, sebaiknya perhatikan sewaktu ibu memberikan predikat ini pada si
kecil. Daripada menghujani si kecil dengan pujian yang demikian, sebaiknya
ijinkan anak untuk mengerjakan pekerjaan yang terkesan lebih sulit dan sedikit
menantang di usianya. Seperti memberikan support agar anak ikut lomba MIPA atau
lomba pelajaran lain yang sedikit menguras otaknya. Nah, pada waktu inilah anda
bisa memberikan predikat 'anak hebat' pada si kecil. Dengan begini mereka akan
mampu berpikir bahwa untuk menjadi anak yang hebat mereka perlu menaklukan dan
melalui tantangan yang cukup sulit untuknya.
Ketiga,
“Kamu paling berani, yang lain penakut.” Sewaktu anak diikut sertakan dalam
sebuah tantangan seperti mengikuti lomba, anak berhasil melewati tantangan
lomba dengan sangat baik. Tidak seperti anak lain yang terlihat rewel atau
takut. Pada situasi ini, memang tidak salah memberikan pujian pada anak atas
keberaniannya dalam menaklukan tantangan tersebut. Namun, anda juga perlu
mengingat bahwa pujian tersebut tidak boleh disertai dengan nada merendahkan
oranglain, apalagi membandingkan bahwa oranglain penakut dengan menyebutkan
anak anda paling berani. Memberikan pujian seperti, "Kamu berhasil
menaklukan tantangan itu, sayang. Mama sangat bangga padamu", saja cukup
membuat kerja keras anak dihargai dengan baik.
Selain
itu, agaknya akan lebih baik jika anda mempercayakannya pada kemampuan anak
anda dibandingkan dengan terus-menerus memuji anak dengan seolah menaikan
derajat mereka lebih tinggi dari anak-anak lainnya. Percayalah, hal ini malah
akan semakin membuat harapan anak akan kemenangan semakin besar, sementara
ketika harapannya ini tidak sebanding dengan kenyataan, maka yang akan mereka
dapatkan adalah kekecewaan. Nah, ketika anak sudah kecewa, hal yang paling
ditakutkan terjadi pada mereka adalah keengganan dan rasa percaya diri mereka
yang lenyap dan enggan mencoba kembali.
Penulis
: M. Abdurrahman, Pengamat Dunia Anak
Foto:
google
Post a Comment