Lebih Mustajab dengan Adab
Oleh : R. Bagus Priyosembodo
Ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam keadaan duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian
melaksanakan shalat dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah
rahmat-Mu kepadaku.” Maka, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang
tengah berdoa. Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau
duduk berdoa, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian yang
layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah.”
Kemudian datang
orang lain, setelah melakukan shalat dia berdoa dengan terlebih dahulu
mengucapkan puji-pujian dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Wahai orang yang
tengah berdoa, berdoalah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan doamu.”
Rasulullah
menegur dan memberi petunjuk kepada orang itu. Isi doanya bagus tapi caranya
berdoa kurang baik. Tampaklah, adab berdoa penting untuk diperhatikan
sebagaimana isi doa yang dipanjatkan. Dengan menerapkan adab maka ijabah doa
tercapai lebih mudah. Antara lain mengucapkan pujian kepada Allah terlebih
dahulu sebelum berdoa dan mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
mengajarkan kepada kita, “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa
yakin akan dikabulkannya doa.” Kita harus merasa yakin dan percaya bahwa Allah
dengan kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak akan mengecewakan
seseorang yang berdoa kepada-Nya. Apabila dipanjatkan dengan penuh pengharapan
dan ikhlas yang sebenar-benarnya.
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa.” [Al-Baqarah/2:
186]
Allah dekat dengan
kita dan Allah bersama kita dengan ilmu-Nya (pengetahuan-Nya), pengawasan-Nya
dan penjagaan-Nya
“Apabila salah
seorang di antara kalian berdoa, maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam
permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau
sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa
Allah.”
Maksud dari
bersungguh-sungguh dalam berdoa adalah terus-menerus dalam meminta dan memohon
kepada Allah. Mengulang doa sebanyak tiga kali juga merupakan cara berdoa
Rasulullah. Sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai
dari shalatnya, beliau mengeraskan suaranya, kemudian mendoakan kejelekan bagi
mereka dan apabila Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berdoa, beliau ulang sebanyak tiga kali dan apabila
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memohon, diulanginya sebanyak tiga kali kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, atas-Mu kuserahkan
kaum Quraisy..., Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy. Ya Allah, atas-Mu
kuserahkan kaum Quraisy.’
Berdoa dengan
lafaz yang singkat dan padat namun maknanya luas. Yaitu dengan perkataan
ringkas dan bermanfaat yang menunjukkan pada makna yang luas dengan lafaz yang
pendek dan sampai kepada maksud yang diminta dengan menggunakan susunan kata
yang bersahaja, tidak bersajak-sajak. Ibunda ‘Aisyah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menyukai berdoa dengan doa-doa yang singkat dan padat namun makna-nya luas dan
tidak berdoa dengan yang selain itu.
Demikian juga
memanfaatkan waktu mustajab. Memilih
berdoa di waktu yang mustajab akan terharapkan terkabulkan, di antaranya
adalah:
a. Pada waktu
tengah malam
b. Di antara
adzan dan iqamah
c. Di saat dalam
sujud
d. Setelah waktu
‘Ashar pada hari Jum’at
e. Ketika hari
‘Arafah
f. Ketika turun
hujan
g. Ketika 10
hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar).
Penulis : R. Bagus
Priyosembodo, Sorang Ustadz
Foto: google
Post a Comment