Mengapa Pesawat Bisa Terbang?
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A.
Saat
kita mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, kita sering melupakan bahwa
semua fenomena di alam ini ada yang mengatur, ada yang
menggerakkan. Seperti yang Allah Ta'ala
firmankan "...
bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk
kepadaNya." (Al-Baqarah:
116).
Kita sebagai guru tidak hanya bertugas melaksanakan
transfer of knowledge, namun juga berkewajiban
untuk membentuk siswa menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang selalu menyadari bahwa
dirinya adalah sebagai hamba Allah, Dzat penguasa alam. Untuk
itu, saat penyampaian materi kuliah kepada mahasiswapun, kami juga berusaha
untuk mengkaitkannya dengan Sang Pencipta. Terutama yang terkait dengan materi
pembelajaran tentang fenomena alam misal perilaku
aliran udara.
Biasanya saya mulai dengan pertanyaan
“Mengapa pesawat udara bisa terbang, tidak jatuh ke bawah meskipun beratnya
berpuluh ton”. Secara spontan, hampir semua mahasiswa akan menjawab, karena
mempunyai sayap.
“Betul - setuju”, “Namun mengapa dengan
adanya sayap, pesawat itu bisa tidak jatuh”. Mereka baru mulai berpikir, tidak
langsung menjawab, beberapa mulai saling berbisik, berdiskusi. Biasanya ada satu, dua mahasiswa yang menjawab
“Karena bentuk sayapnya seperti sayap burung”.
“Ya saya setuju, sayapnya seperti sayap
burung, namun kenapa bentuk seperti itu lalu pesawat bisa terbang? Silahkan diberi penjelasan”. Mereka mulai saling berbisik
lagi, ada yang menjawab, “Kalau tidak salah bisa dijelaskan dengan konsep
kontinuitas aliran dan Bernoulli Pak.” Salah satu dari mereka ada yang bilang bahwa sewaktu dia
naik pesawat pertama kali, sempat mengamati bentuk sayap yang ternyata agak
melengkung. Permukaan yang bagian atas lebih melengkung dibanding yang bawah. Biasanya
sampai di sini mereka berhenti, tidak bisa menjelaskan lebih lanjut.
Atas ijin Allah Ta’ala,
ilmuwan yang bernama Bernoulli telah
mengungkapkan adanya kekekalan energi dari suatu zat yang mengalir. Dalam
kondisi ideal, energi karena kecepatan (energi kinetik), dan energi karena ketinggian
(energi potensial) serta energi karena tekanan, bila ketiganya dijumlahkan maka
besarnya konstan. Jadi kalau ketinggiannya tidak berubah, namun alirannya
semakin cepat, maka tekanannya akan berkurang. Begitu pula sebaliknya, bila kecepatannya
berkurang, maka tekanannya bertambah besar.
Permukaan sayap bagian atas lebih melengkung dibanding
yang bawah, maka udara yang melewati atas sayap akan menempuh jarak yang lebih
panjang, dibanding udara yang melintas di bagian bawah sayap. Sehingga kalau udara
ini diibaratkan sebagai orang yang berlari, maka udara yang melewati bagian
atas ini tahu diri, sehingga dia akan berlari lebih cepat agar dia sampai ke ujung
belakang sayap bisa bersamaan dengan udara yang mengalir lewat bawah sayap.
Karena kecepatan udara yang lewat atas sayap lebih
besar, maka berdasarkan konsepnya Pak Bernoulli tersebut, maka tekanannya akan
turun. Sedangkan kecepatan udara yang ada di bagian bawah sayap lebih kecil, maka
tekanannya lebih besar, sehingga sayap akan terangkat ke atas, itulah mengapa
pesawat bisa terbang.
Setelah menjelaskan hal tersebut, lalu saya
tanya ke mahasiswa, mengapa udara yang berada di atas sayap mengalir lebih cepat
dibandingkan yang di bawah. Padahal udara adalah benda mati, tidak bisa diperintah
seperti halnya manusia. Udara di atas sayap telah mempercepat alirannya,
sedangkan yang di bawah tidak. Siapa yang membuat udara ini berperilaku
seolah-olah dia bisa diperintah untuk mengalir lebih cepat.
Biasanya mahasiswa akan terdiam, saling
memandang, ragu-ragu untuk menjawabnya. Yang mereka pahami mengapa udara di
atas sayap bergerak lebih cepat dibanding yang di bawah, sehingga tekanan di
bawah sayap lebih besar itu sesuai dengan konsep kontinyuitas dan Bernoulli.
Setelah saya tunggu sesaat tidak ada yang berkomentar, akhirnya saya katakan
“Allah-lah yang memerintahkan udara di atas sayap tersebut untuk bergerak lebih
cepat, seperti dalam firman-Nya.... apa yang ada di langit dan di bumi adalah
kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya”. Atas kuasaNYA pesawat tidak jatuh. Wallahu
A’lam Bishawab.
Penulis: Prof.
Dr. Ir. Indarto, D.E.A., Guru Besar Fakultas Teknik UGM dan Pimpinan Umum
Majalah Fahma
Foto: google
Post a Comment