Kelola Sampah untuk Jaga Kebersihan
Oleh : Junni
Prasetya
Sampah merupakan suatu barang yang
menurut kita, tidak kita butuhkan lagi. Sampah selalu hadir dalam aktivitas
sehari-hari, sejalan dengan kebutuhan kita yang semakin meningkat. Ketika kita
berada di luar, di jalan atau di tempat wisata, maka kita akan menemui banyak
hal yang dapat kita lihat termasuk sampah. Begitu juga ketika kita berada di
rumah, di sekolah, di rumah sakit, di masjid atau di tempat kerja, maka kita
juga akan temui berbagai jenis sampah, mulai dari jenis plastik, kertas,
kaleng, kaca, sterofoam dan sebagainya.
Berdasarkan realita tersebut, setiap
manusia tidak bisa dipisahkan dari adanya sampah. Karena sampah merupakan sisa
dari kebutuhan manusia yang sudah tidak terpakai lagi. Coba deh kita renungkan,
dari waktu ke waktu kebutuhan manusia akan semakin bertambah. Dampaknya, sampah
pasti juga akan bertambah. Belum lagi, di masa kecanggihan ini banyak
bermunculan produk-produk baru, yang menimbulkan pula produk sampah baru. Benar
kan?
Kita sebagai kaum dewasa harus segera
bergerak mengatasi masalah sampah. Sampah harus dikelola dengan baik, sehingga
tidak menimbulkan berbagai bencana yang membahayakan diri dan keluarga kita. Caranya
cukup mudah, dengan kita memulai dari keluarga kita, mengajarkan kepada
keluarga kita, termasuk anak-anak kita untuk mengelola sampah dengan baik. Kenapa
harus anak-anak? Karena anak-anak belum tahu menahu mengenai norma atau nilai
yang berlaku di masyarakat. Realitanya, banyak anak-anak yang menghabiskan
jajanannya kemudian dibuang sembarangan bungkusnya. Padahal aturan yang berlaku
di masyarakat atau di tempat umum tidak menghendaki demikian. Dalam posisi
seperti ini, sangat disayangkan jika kita justeru menyalahkan anak.
Kita sebagai kaum dewasa atau orangtua
harus bergerak untuk mengajarkan anak mengenai cinta lingkungan dengan tidak
membuang sampah sembarangan. Dalam hal ini Rasulullah bersabda; “Semua amalan umatku ditampakkan kepadaku
baik dan buruknya. Aku dapatkan di antara amal kebajikan adalah menghilangkan
bahaya dari jalanan dan aku temukan di antara amalan yang buruk adalah membuang
ingus di masjid dan tidak dibersihkan”. (HR. Muslim, Ahmad dan
Ibnu Majah)
Semua berawal dari orangtua ke anak. Jika
sejak dini anak diajarkan menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah
sembarangan, maka ketika anak tumbuh remaja dan dewasa, sikap cinta kebersihan
akan tetap membekas di dalam jiwa dan pikirannya. Hasilnya, ia akan merasa
bersalah jika ia hendak membuang sampah tidak pada tempatnya. Intinya, orangtua
memang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.
Orangtua punya amanah dan tanggung jawab mendidik, membimbing, melatih dan
mengajarkan kepada anak norma atau nilai yang berlaku di masyarakat. Oleh
karena itu, orangtua sangat berjasa dalam mengasuh anak, dan bagi anak
seharusnya menghargai dan menghormati orang tuanya yang telah mendidik dan
membesarkannya.
Ada
beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk mengajari anak mengelola sampah dan
menjaga lingkungan. Pertama, beri contoh kepada anak untuk cinta kebersihan. Dalam
hal ini, orangtua harus menasihati anaknya untuk buang sampah pada tempatnya dan
memberi contoh secara langsung kepada anak. Kedua, mengajak anak untuk gotong royong atau
kerja bakti di rumah. Anak perlu dibiasakan setelah diberi contoh. Dalam hal
ini, orangtua bisa mengajak anak untuk membersihkan kotoran-kotoran di rumah dengan
bekerja sama dan dengan rasa gotong royong. Jiwa anak akan terbentuk cinta
kebersihan, bahkan terbentuk pula rasa kebersamaan, baik dengan lingkungan atau
dengan keluarga.
Ketiga,
mengajari anak untuk mendaur ulang sampah. Setelah dibiasakan, ajarkan anak
untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitasnya dengan mendaur ulang
sampah. Dari barang yang tidak terpakai menjadi terpakai. Dengan catatan,
barang bekas yang sekiranya mudah untuk didaur ulang dan tidak menyulitkan
anak. Misalnya, botol air mineral bekas yang sebelumnya tidak terpakai, dirubah
menjadi tempat pensil, tempat tanaman, atau tempat lampu. Dalam kegiatan ini,
anak akan lebih menghargai barang-barang bekas yang dipandang sudah tidak
terpakai lagi. Semoga bermanfaat.
Penulis : Junni
Prasetya, Pembelajar
di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Foto : google
Post a Comment