Mahkota Emas
Oleh : Dra.
Asnurul Hidayati
Kaum muslimin
menemukan sebuah mahkota terbuat dari emas bertatahkan intan permata dalam
ukiran yang indah, di antara barang-barang ghanimah. Amir Yazid mengacungkan
mahkota itu tinggi-tinggi agar semua bisa melihat, lalu berkata : “Adakah
kalian melihat orang yang tak menginginkan benda ini?” Mereka berkata: “Semoga
Allah memperbagus keadaan Amir. Siapa pula yang akan menolak barang itu?”
Yazid
berkata: “Kalian akan melihat bahwa di antara umat Muhammad Shallallahu ’alaihi wasalam senantiasa
ada yang tidak menginginkan harta ini ataupun yang semacam dengan ini yang ada
di atas bumi.” Kemudian beliau memanggil pembantunya dan berkata: “Carilah
Muhammad bin Waasi’!”
Utusan itu
mendapatkan syaikh tua itu di suatu tempat yang sunyi, sedang beristighfar,
bersyukur dan berdoa. Utusan itu berkata, “Amir Yazid memanggil Anda sekarang
juga.” Beliau berdiri dan mengikuti utusan itu menghadap amir Yazid. Beliau
memberi salam lalu duduk di dekat amir. Amir menjawab salam dengan yang lebih
baik, lalu mengambil mahkota dan berkata, Yazid: “Wahai Abu Abdillah, pasukan
muslimin telah menemukan mahkota yang sangat berharga ini. Aku melihat Andalah
yang layak untuknya, sehingga kujadikan ia (mahkota) sebagai bagianmu dan
orang-orang telah setuju.”
Muhammad :
“Anda menjadikan ini sebagai bagianku wahai Amir?”
Yazid :
“Benar, ini bagianmu.”
Muhammad :
“Aku tidak memerlukannya. Semoga Allah membalas kebaikan anda dan mereka.”
Yazid : “Aku
telah bersumpah bahwa engkaulah yang harus mengambil ini.”
Dengan
terpaksa Muhammad bin Waasi’ menerimanya dikarenakan sumpah amirnya. Setelah
itu beliau mohon diri sambil membawa mahkota tersebut. Orang-orang yang tak
mengenalnya berkata sinis : “Nyatanya dia bawa juga harta itu.”
Sementara itu
Yazid memerintahkan seseorang menguntit syaikh itu dengan diam-diam untuk
melihat apa yang hendak dilakukannya terhadap benda itu, lalu memberitahukan
kabar tentangnya. Maka pergilah seseorang mengikuti beliau tanpa
sepengetahuannya.
Muhammad bin
Waasi’ berjalan menenteng harta tersebut di tangannya. Di tengah jalan beliau
berjumpa dengan seorang asing yang kusut masai dan compang camping
meminta-minta kalau-kalau ada bantuan dari harta Allah. Syaikh itu segera
menoleh ke kanan ke kiri dan ke belakang. Setelah yakin tidak ada yang melihat,
maka diberikannya mahkota itu kepada orang tersebut. Orang itu pergi dengan
suka cita. Seakan-akan beban yang dipikulnya telah terangkat dari punggungnya.
Utusan Yazid
bin Muhallab memegang tangannya dan mengajaknya menghadap amir untuk
menceritakan kejadian itu. Mahkota itu kemudian diambil lagi oleh amir dan
diganti dengan harta sebanyak yang dimintanya.
Yazid berkata
kepada pasukannya: “Bukankah telah aku katakan kepada kalian bahwa di antara
umat Muhammad senantiasa ada orang-orang yang tidak membutuhkan mahkota ini
atau yang semisalnya.”
Masya Allah.
Semoga Allah merahmati Muhammad bin Waasi’, orang sholih yang tulus ikhlas
dalam berjuang dan zuhud terhadap dunia. Orang yang berjiwa luhur, yang
keberadaannya senantiasa disenangi umat.
Pembaca Fahma
yang budiman, hikmah kisah Muhammad bin Waasi’ ini di antaranya adalah pentingnya
membangun akhlak mulia yang diawali dengan menumbuhkan niat ikhlas
dalam diri anak. Sehingga sifat ikhlas itu akan menjadikan karakter mulia pada pribadi seseorang. Niat ikhlas yang
senantiasa melandasi pribadi seseorang merupakan kekuatan luar biasa dalam
membentengi seseorang dari perilaku
tercela dan perbuatan buruk. Semoga kita dimudahkan Allah dalam mendidik
anak-anak kita menjadi anak yang berakhlak mulia. Aamiin.||
Sumber
:Mereka adalah Para Tabi’in. Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya.
Penulis: Dra.
Asnurul Hidayati, Guru MI di Bantul
Foto: google
Post a Comment