Buta Bukan Penghalang Meraih Ilmu
Oleh: Asnurul Hidayati
Di
antara orang buta, salah satunya adalah Abdullah bin Ummi Maktum. Seorang
sahabat Rasulullah. Nama sebenarnya
adalah Abdullah bin Umar bin Syuaraikh, ia berasal dari Suku Quraisy yang masih
memiliki hubungan saudara dengan Khadijah binti Khuwalid. Ia adalah seorang tunanetra.
Sudah sedari kecil matanya tidak bisa melihat.
Penduduk
kota Mekkah mengenalnya sebagai orang yang rajin mencari ilmu. Kedekatan Ibnu
Ummi Maktum kepada Rasulullah dan kesungguhannya untuk menghafal Al Quran
sampai pada tingkat di mana dia tidak membiarkan kesempatan kecuali dia
memanfaatkannya dan tidak menyia-siakannya. Ketidaksempurnaan fisiknya tidak membuat
semangatnya untuk belajar dan mencari ilmu luntur begitu saja. Modal ia mencari
ilmu adalah pendengarannya. Apa yang didengarnya direkam baik-baik olehnya,
sehingga ia mampu menyampaikan kembali apa yang telah didengarnya.
Suatu
hari, semangatnya untuk berkeinginan belajar Al-Qur`an membawa ia pergi untuk
mencari Rasulullah dengan maksud untuk meminta diajarkan Al-Qur`an oleh yang
langsung menerima wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril. Matanya yang tidak
bisa melihat membuat ia kesulitan mencari Rasul. Namun berkat bimbingan Allah,
ia berhasil menemukan Rasulullah lewat suara Rasul yang telah dihafal dengan
baik olehnya.
Ketika
itu, Nabi Muhammad Saw sedang sibuk berbicara dengan pemuka-pemuka kaum
Quraisy, yakni Utbah bin Rabi`ah, Abu Jahal, Abbas bin Abdul Muthalib, Ubay bin
Khalaf dan Umayyah bin Khalaf. Pembicaraan ini sedang dimanfaatkan baik-baik
oleh Nabi, karena ini dianggap sebagai langkah strategis agar mereka mau
memeluk agama Islam. Jika pemuka-pemuka tersebut masuk Islam, maka akan banyak
pula pengikut-pengikut dari pemuka-pemuka tersebut yang akan masuk Islam.
Abdullah
bin Ummi Maktum yang tidak melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Nabi
tiba-tiba datang dan kemudian berkata, "Ya Rasul, ajarkanlah kepadaku
Al-Qur`an, sebagaimana Allah mengajarkan Al-Qur`an kepadamu". Rasulullah yang
sedang fokus dengan para pemuka Quraisy merasa terganggu dengan Abdullah bin
Ummi Maktum, Beliau pun tidak mempedulikan permintaan Abdullah bin Ummi Maktum.
Dengan bermuka masam, Nabi berpaling
darinya dan meneruskan pembicaraannya dengan para pemuka kaum Quraisy.
Setelah
Rasulullah selesai berbicara dan
menyudahi perbincangan dengan mereka, beliau hendak pulang ke keluarga beliau.
Tiba-tiba Allah Ta’ala menahan
sebagian pandangannya. Beliau merasakan seolah-olah sesuatu menyentuh
kepalanya. Seketika itu pula Allah
kemudian menegur beliau dengan mengirimkan wahyu kepadanya:
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun Orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran) sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)!. Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran-ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti." (QS. `Abasa : 1-16).
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun Orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran) sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)!. Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran-ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti." (QS. `Abasa : 1-16).
Sejak
mendapatkan teguran dari Allah, setiap kali Rasul bertemu dengan Abdullah bin
Ummi Maktum, maka Rasul memberikan tempat yang mulia baginya. Diutamakanlah
Abdullah bin Ummi Maktum, ketika ia datang untuk meminta diajarkan Al-Qur`an,
meskipun Rasulullah dalam keadaan sibuk sekalipun. Tidak heranlah jika beliau
memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum, karena berkat dia, beliau mendapatkan
curahan kasih sayang dari Allah berupa teguran yang tegas.
Begitulah
Abdullah bin Ummi Maktum, berkat semangatnya untuk mempelajari Al-Qur`an
ditengah keterbatasan fisiknya ia menjadi dimuliakan oleh Rasul, begitu pula Allah yang juga memuliakannya.
Pembaca
Fahma yang semoga dirahmati Allah, mengapa Allah dan Rasul-Nya sampai
memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum? Allah memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum karena saat ia datang mencari ilmu, niatnya hanya untuk menyucikan dirinya (dari dosa) dan
mendapatkan pengajaran. Abdullah bin Ummi Maktum adalah seseorang yang sangat
mencintai Alquran dan sunnah Nabi-Nya. Rasulullah ditegur Allah Ta’ala lantaran mengedepankan
para pembesar Quraisy daripada Abdullah bin Ummi Maktum. Bukan karena tidak
menghormati Abdullah bin Ummi Maktum, akan tetapi beliau berharap kemaslahatan
yang lebih besar. Apabila para pembesar
Quraisy ini memeluk Islam. Ternyata hal itu tidak tepat di sisi Allah dan Allah
langsung meluruskan dan membimbing Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sumber
: Mereka adalah Para Sahabat. Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya.
Penulis: Asnurul Hidayati, Guru MI di Bantul DIY
Post a Comment