Menyiapkan Pasangan untuk Anak Kita


Oleh: Mahmud Thorif

Dalam sebuah Hadits, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim).

Tentulah Sabda Rasulullah SAW masih berlaku sepanjang masa, tidak akan kadaluarsa sampai dunia ini sirna. Memilih calon pasangan hidup tentulah setiap manusia mempunyai kriteria sendiri-sendiri. Ada yang ngotot harus mendapat pasangan satu suku, ada yang kriterianya harus sarjana, ada juga yang memilih pasangan harus rupawan, harus kaya, harus punya jabatan, dan lain sebagaianya. Itulah manusia, tentu itu sah-sah saja.

Melihat Sabda Rasulullah SAW tentang kriteria memilih pasangan ini, ada 4 macam tipe calon pasangan kita. Yang pertama adalah memilih pasangan karena hartanya, artinya calon pasangan ini harus kaya, banyak harta. Rasulullah SAW tidak merekomendasikan kriteria calon pasangan yang berharta ini. Kita semua paham, banyak atau sedikitnya harta sesungguhnya tidak menjamin seseorang bahagia. Banyak contoh-contoh keluarga yang dibangun dengan harta berlimpah namun mereka hampa. Ini biasanya menimpa keluarga para artis. Kurang apa sih keluarga para artis ini? Harta benda, rumah, kendaraan bisa dengan mudah mereka dapatkan. Namun banyak mereka terlal u sering berganti pasangan.

Kedua adalah memilih pasangan karena kedudukannya. Jika tidak seorang direktur maka ia mundur teratur, jika bukan pejabat maka ia tolak. Lagi-lagi Rasulullah SAW tidak merekomendasikan memilih pasangan karena kedudukan ini. Karena ukuran bahagia bukan karena ia menjadi suami/istri direktur, ukuran bahagia bukan karena menjadi suami/istri pejabat. Bukan. Jika ukuran bahagia karena kedudukan ini, tentulah keluarga yang beristri/suami para pejabat akan langgeng selamanya. Nyatanya, banyak dari mereka umur pernikahannya tidak berlangsung lama. Jabatan mereka tidak bisa membangun bahtera keluarga menjadi bahagia.

Ketiga adalah memilih pasangan karena parasnya, karena rupawannya, karena kecantikan/ketampanannya. Penulis yakin, sebagian besar manusia memilih kriteria ini. Karena cantik/tampan adalah hal yang pertama dilihat. Jika pandangan pertama hati sudah bergetar karena melihat rupawannya, maka biasanya ia akan berusaha untuk mendapatkannya. Lagi-lagi Rasulullah SAW tidak merekomendasikan kriteria ini. Kebahagiaan pasangan suami istri tidak hanya dinilai dari paras yang rupawan. Bagaimana jika umur sudah bertambah, di mana kecantikan/ketampanan akan luntur termakan usia? Bagaimana jika usia yang semakin tua yang akan mengikis kecantikan/ketampanan pasangan kita? Apakah pasangan kita akan tidak mencari yang lebih cantik/tampan? Pasangan kita tidak mencari yang lebih muda?

Banyak sekali pasangan yang terlihat serasi karena tampan dan cantik, namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Tidak sedikit pasangan yang terlihat biasa-biasa saja, namun pernikahan mereka kekal selamanya.

Keempat adalah memilih pasangan karena agamanya. Inilah kriteria yang dirokemdasikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Namun sungguh, banyak pula manusia mengabaikannya. Padahal kalau ingin anak-anak kita menjadi penghafal Al-Quran, maka pilihlah suami/istri penghafal Al-Quran. Kalau menginginkan anak-anak kita menjadi shalih/shalihah, maka pilihlah suami/istri yang shalih/shalihah. Kalau menginginkan anak-anak kita berakhlak baik, maka pilihlah suami/istri yang berakhlak baik.

Bagaimana mungkin anak-anak kita cinta Al-Quran jika pasangan yang kita pilih bukan ahli Al-Quran. Bagaimana mungkin anak-anak kita shalih/shalihah, jika suami/istri yang kita pilih tidak pernah peduli dengan keshalihan. Bagaimana mungkin anak-anak kita berakhlak baik, jika suami/istri yang kita pilih justru sebaliknya, berakhlak buruk. Walau pernyataan ini tidak selamanya benar, namun sungguh, jika kita sudah berhati-hati dalam memilih calon pasangan sejak dini, resiko anak-anak kita buruk akan semakin kecil.

Banyak dari kita berpikiran, ah untuk agama bagaimana nanti saja, bisa belajar sambil jalan. Nanti juga akan dididik suami/istri kita dengan baik. Namun ternyata sungguh berat mendidik suami/istri. Sekadar untuk menyampaikan bahwa berjilbab itu sebuah kewajiban kepada istri yang telah kita pilih saja sangat berat. Mari pilihlah calon pasangan untuk anak-anak kita sejak sekarang! Agar kelak kita tidak merugi dan menyesal. Wallahu a’lam bishawab.


Penulis : Redaktur Majalah Fahma
Foto: google
Powered by Blogger.
close