Pendidikan Berkesinambungan


Oleh: Atika Irmayani

Di era global ini, semua orang memiliki akses yang sangat luas terhadap informasi, tidak terkecuali anak-anak. Di samping  memberikan efek positif bagi luasnya pengetahuan anak, fenomena ini juga memberi efek negatif yang tak kalah membahayakan.

Lewat internet dan teknologinya, anak-anak usia sekolah dasar bahkan  dapat dengan mudah mendapatkan akses kepada konten-konten pornografi, kekerasan, bahkan perjudian. Semua hal itu tentu saja mengancam pertumbuhan jiwa mereka.

Banyak orangtua maupun pendidik yang tidak menganggap serius tentang hal ini. Mereka menganggap hal tersebut sebagai suatu kewajaran di mana anak-anak mengikuti tren teknologi yang tengah berkembang. Padahal banyak penelitian para pakar pendidikan dan psikologi anak yang memaparkan bahaya penggunaan teknologi telepon pintar bagi anak-anak di bawah umur. Otak mereka belum bisa menyaring dan memilah informasi yang ada di internet. Selain itu, ketergantungan  akan teknologi telepon pintar dan internet juga dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan kinerja otak pada anak.

Masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan pencegahan penggunaan gadget di sekolah oleh para pendidik. Karena jika di rumah orangtua masih memberikan keleluasaan bagi anak untuk bermain gadget tanpa batas, maka tindakan pencegahan di sekolah menjadi tidak ada artinya. Pihak sekolah perlu menanamkan pemahaman akan hal ini kepada orangtua agar program pemulihan jiwa anak dari ketergantungan teknologi ini dapat berjalan dengan baik dan konsisten. kerjasama dan keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan di rumah merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan.

Sekolah tidak boleh berlepas tangan dengan pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah. Sekolah perlu mengadakan training parenting yang tersistem dan memiliki kurikulum yang jelas dan terarah. Hal ini diperlukan untuk mencapai visi besar sekolah tentang menghasilkan generasi yang unggul dan berkarakter qurani.

Sekolah Islam terpadu sebagai sebuah lembaga dakwah dalam bidang pendidikan, seyogyanya tidak hanya memfokuskan diri pada bagaimana membentuk dan mendidik karakter anak. Karena hal tersebut juga dilakukan oleh sekolah-sekolah biasa . Hal yang menjadi pembeda antara sekolah Islam terpadu dan sekolah biasa ialah keterlibatan orangtua dalam membentuk dan mendidik anak anak merela dengan pola pendidikan serta pengasuhan yang selaras seirama denga sekolah. Maka, suatu kesalahan besar jika seorang pendidik berpikir bahwasanya orangtua tidak perlu tahu apa yang terjadi dengan anaknya di sekolah. Orangtua perlu tahu perkembangan anak. Hal ini penting untuk dikomunikasikan sehingga terbentuklah sebuah pola pendidikan yang saling mengisi antara orangtua dan guru.

Dalam hal ini, sekolah juga perlu memberikan fasilitas kepada orangtua untuk berperan aktif mendidik anak anak mereka di rumah. Fasilitas tersebut mencakup kegiatan seminar, workshop, maupun pelatihan parenting yang merupakan aplikasi dari visi dan misi sekolah.

Tantangan selanjutnya mungkin akan datang dari sikap orangtua yang enggan mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan penandatanganan surat komitmen orangtua di awal masuk sekolah. Orangtua harus diberikan konsekuensi logis jika nantinya tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Karena bagaimanapun pendidikan seorang anak tidak bisa hanya diserahkan kepada sekolah serta guru-guru di dalamnya. Orangtua memiliki kewajiban yang lebih besar untuk turut mendidik dan menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya, terutama dalam hal aqidah yang lurus dan akhlak yang karimah.

Penulis: Atika Irmayani, Pendidik di SDIT Al Hasanah Bengkulu

Foto Ilustrasi : http://bincangtekno.com
Powered by Blogger.
close