Pertaruhan Kebenaran


Oleh: Dra. Asnurul Hidayati

Said bin Al Ash adalah pemuka kaumnya, yang dijuluki Pemilik Mahkota. Anaknya bernama Khalid, Aban dan Umar. Said biasa duduk berkumpul dengan para pemuka kaumnya di Makkah. Di antara pembiacaraan mereka adalah tentang Muhammad yang menjadi perhatian masyarakat, baik yang menentangnya maupun yang mengikutinya. Adapun Said adalah di pihak penentang Muhammad yang mengemban tugas sebagai Rasulullah. Sedangkan Khalid bin Said diam-diam penasaran dan mencari tahu tentang Muhammad. Ada apa gerangan dengan orang yang dimusuhi dan dibenci oleh bapaknya dan kaumnyaitu. Khalid mencari berita ke sana sini tentang Muhammad. Namun ia tak mendapati alasan yang dapat membenarkan kebencian dan permusuhan bapaknya.     

Pada suatu malam Khalid tidak bisa tidur. Pikirannya tertuju kepada perkara Muhammad, dakwahnya dan permusuhan bapaknya. Ia khawatir jika bapaknya akan melakukan keburukan seperti para pemuka Quraisy yang sombong dan angkuh. Pada akhir malampun ia tertidur. Namun tak lama kemudian ia terbangun dalam keadaan gelisah dan gemetaran karena apa yang dilihatnya dalam mimpinya. Dia meloncat karena beratnya beban yang dirasakannya. Dia berkata, “Aku bersumpah, ini adalah mimpi yang benar. Aku tidak bermimpi dusta.”

Khalid melihat dalam mimpinya bahwa dirinya berdiri di tepi sebuah jurang yang sangat dalam, di mana pandangan mata tak menjangkau ujungnya dan kedalamannya. Di jurang tersebut api menyala dan bergolak sangat menyeramkan. Membuat hati katakutan yang luar biasa. Ketika dia hendak menjauh dari pinggir jurang itu, bapaknya menghadangnya dan menyeretnya ke dalam api.maka dia pun melakukan perlawanan yang keras dengan bapaknya. Khalid berjuang sekuat tenaga, ketika ia hampir jatuh ke jurang tiba-tiba Muhammad datang, lalu memegang ikat pinggangnya dan menariknya dengan kuat, hingga menyelamatkannya dari jurang itu.

Esok paginya Khalid menemui Abu Bakar dan menceritakan mimpinya. Abu Bakar pun menjelaskan perkara mimpi itu kepada Khalid. Lalu Khalid menemui Muhammad, seraya bertanya, “Kepada apa engkau mengajak kami wahai Muhammad?”

Muhammad menjawab, “Aku mengajak kalian agar kalian beriman kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwa aku adalah hamba dan utusannya. Membuang penyembahan kepada batu yang tidak dapat melihat, tidak mendengar, tidak mampu memberi manfaat dan madharat.

Khalid berbinar mendengarnya, lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah dan hambaNya.”

Khalid pun bergabung dengan Muhammad untukmempelajari Islam. Adapun bapaknya, nyaris gila, dia tidak pernah menyangka bahwa anaknya berani membangkang kepadanya dengan meninggalkan menyembah kepada patung. Akhirnya ia mengutus dua putranya untuk mencari Khalid. Mereka berhasil menemukan Khalid dan mengajaknya pulang. Bapaknya berkata, “Celaka kamu. Apakah kamu kafir kepada agamamu dan agama leluhurmu dan mengikuti Muhammad?”

Khalid menjawab, “Aku tidak kafir. Aku beriman kepada Allah semata, aku membenarkan kenabian RasulNya. Aku mencampakkan berhala yang kalian sembah.” Bapaknya pun marah besar dan memaksa Khalid untuk meninggalkan Islam. Kaarena ia tidak mau, bapaknya berkata, “Kalau begitu aku akan menghentikan semua pemberianku kepadamu.” Kemarahan nya memuncak sampai ia memukulkan tongkatnya kepada Khalid, sehingga kepala Khalid berdarah. Khalid disiksa lalu ditahan dengan harapan agar mau pindah agama. Ketika ada kesempatan melepaskan diri dari siksaan bapaknya,Khalid pergi untuk bergabung bersama Rasulullah. Tak lama setelah bergabungnya Khalid, kemudian dua adiknya, Umar dan Aban pun menyusul mengikuti Rasulullah. Alhamdulillah. Khalid bersyukur dua adiknya mendapat hidayah dan masuk Islam.

Masya Allah, ketika kebenaran telah memenuhi jiwa seorang anak, penentangan orangtuanya tak menggoyahkan imannya. Tak tergoyahkan atas ancaman dan siksaan. Karena yakin sepenuhnya atas Allah Ta’ala. Kekuatan iman telah menggerakkan hidupnya untuk mendapatkan keselamatan yang hakiki. Itulah jalan Khalid yang diikuti dua saudaranya, Aban dan Umar.

Sumber : Mereka adalah Para Shahabat. DR. Abdurrahman Ra’fat Basya

Penulis: Dra. Asnurul Hidayati, Guru MI di Bantul DIY
Foto Ilustrasi : google
Powered by Blogger.
close