Serahkan Pada Ahlinya
Oleh: Prof. Dr. Ir.
Indarto, D.E.A.
Saya mengawali tulisan ini saat naik kereta-api Argolawu
bersama istri pada Sabtu terakhir bulan April 2017. Kami naik dari Yogya dengan
tujuan Cirebon untuk menghadiri acara pernikahan keponakan yang dapat jodoh
orang dari sana.
Seperti biasanya setelah tiba di stasiun, sebelum naik ke kereta-api
saya terlebih dahulu ke kamar kecil. Sebetulnya agak malas juga ke kamar kecil
yang ada di stasiun, karena yang terbayang dalam benak saya adalah kamar kecil yang kotor dan bau.
Namun karena tidak ada pilihan lain, saya tetap mencari lokasi yang sudah saya
kenal. Ternyata di lokasi tersebut sudah tidak ada, dipindah ke sisi yang lain.
Terlihat di situ ada dua pintu yang bertuliskan masing-masing “Ladies”
dan”Gentlemen”.
Ketika akan masuk saya sedikit ragu karena bersih, begitu
masuk ke salah satu pintu, saya terperanjat. Bayangan tentang ruang sempit,
kotor dan bau langsung sirna, yang ada di hadapan saya sebuah ruangan yang
cukup besar, dinding dominan putih, bersih, tidak bau sama sekali dan juga
terlihat seorang petugas yang selalu mengepel lantai yang terlihat basah,
meskipun hanya basah sedikit.
Dalam perjalanan kembali ke ruang tunggu, saya menebak, seperti
biasanya pasti istri akan menanyakan kondisi kamar kecilnya. Benar, belum
sampai saya duduk, dia sudah menanyakannya. Tanpa menjawab pertanyaan itu, saya
langsung mengacungkan ibu jari sebagai tanda bahwa kamar kecilnya bersih. “Oh
iya...?”, tanggapan spontannya, dan langsung dia berdiri dan berjalan ke sana.
Sekembalinya, dia berkomentar “Wah...hebat, jauh lebih bagus dari pada yang ada
di bandara..(dia menyebut sebuah nama)”.
Setelah menunggu kira-kira setengah jam, terdengar
pengumunan bahwa kereta api segera datang. Saya melihat jam, “Wah hebat, tepat
waktu”. Begitu kereta berhenti, para penumpang masuk dengan cukup tertib tidak
berdesakan karena mereka yakin, pasti dapat tempat duduk. Hanya beberapa menit
berhenti, kereta langsung berangkat lagi.
Begitu duduk di dalam kereta, saya mengamati interiornya,
terlihat bagus, bersih dan rapi, serta semua lampu menyala. Saat kereta mulai
jalan, terasa nyaman, tidak banyak goncangan. Perasaan ini membuat saya
teringat peristiwa yang terjadi 33 tahun yang lalu, naik kereta api dari Paris
ke Nancy, saat pertamakali datang di Perancis.
Waktu itu kami terdiri dari beberapa pelajar yang baru
datang dari Indonesia, sangat menikmati kenyamannya. Serasa naik pesawat karena
tidak ada goncangan sama sekali. Gelas-gelas berisi minuman yang di atas meja,
permukaannya hampir tidak bergoyang. Selain itu, juga tidak ada suara berisik
yang berasal dari luar, mungkin selain kabinnya kedap suara, jaringan kereta
api di sana juga menggunakan tenaga listrik, sehingga tidak ada suara mesin
diesel.
Istri yang dalam perjalanan ke Cirebon ini duduk di
sebelah, tiba-tiba berkomentar “Dalam hal teknologi perkereta-apian, kita
tertinggal jauh ya”. Saya tersenyum, sependapat dengan dia. Namun dalam dekade
terkahir ini, begitu instansi yang menangani perkereta-apian ini dipimpinan oleh
orang-orang yang betul-betul ahli, profesional dan tanpa banyak kompromi, maka perkereta-apian
mengalami kemajuan yang luar biasa. Sebelumnya sudah berpuluh tahun tidak ada
perubahan signifikan, kereta-api sering terlambat, kotor, suara dari luar masuk
sehingga tidak nyaman, begitu pula stasiunnya. Saat ini kereta-api datang dan
berangkat tepat waktu, situasi stasiun bersih, tertib, aman dan pelayanan
bagus, sehingga sebagian masyarakat yang semula senang naik pesawat mulai beralih
ke kereta-api, apalagi pesawat juga sering sekali terlambat.
Seandainya para pimpinan
tertinggi di negara ini sejak dulu menyerahkan pengelolaan segala urusan kepada
ahlinya, bukan pada orang yang telah mensukseskannya, maka negara ini sudah
akan lebih maju. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah
mengingatkannya : “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran
terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan?
‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu”.
Wallahu A’lam Bishawab.
Penulis: Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A., Guru
Besar Fakultas Teknik Mesin UGM, Pemimpin Umum Majalah Fahma
Foto Ilustrasi : http://keretaapikita.com/wp-content/uploads/2015/04/Gambar-KA-Sancaka.jpg
Post a Comment