Singa Pun Menjaganya


 
oleh : Asnurul Hidayati

Pada masa Al Hajjaj menjadi penguasa, dan mendengar nama Sa’id bin Jubair, maka ia memerintahkan panglimanya yang bernama Al-Mutalammis bin Ahwash bersama 20 orang penduduk Syam untuk menangkap Said bin Jubair. Tatkala mereka mencari Said, mereka bertemu pendeta di tempat peribadatannya.  Mereka  bertanya tentang Sa’id. Berdasar petunjuk pendeta itu, mereka pun berhasil menemukan Sa’id yang sedang beribadah. Setelah selesai dari shalatnya, Sa’id menjawab salam mereka.

Mereka berkata, “Sesungguhnya kami diutus oleh Al Hajjaj untuk menjemputmu. Oleh sebab itu penuhilah panggilannya.” Sa’id bertanya, “Apakah aku harus memenuhinya?” Mereka menjawab, “Ya. Kamu harus memenuhinya.” Sa’id memuji Allah sambil bangkit mengikuti mereka. Hingga ketika mereka melintasi tempat pendeta tadi, sang pendeta bertanya, “Wahai para penunggang kuda, apakah kalian berhasil menemukan orang yang kalian cari?” Mereka menjawab, “Ya.” Kalau begitu naiklah ke tempatku! Karena ada singa betina dan singa jantan yang sedang bersembunyi di sekitar tempat ini.” pinta pendeta. 

Mereka memenuhi permintaan pendeta, namun Sa’id tidak mau masuk. Melihat sikapnya,mereka berkata, “Menurut kami, engkau tidak mau masuk karena ingin melarikan diri dari kami.” Sa’id berkata, “Bukan karena itu, tetapi karena aku tidak mau masuk ke rumah orang musyrik selamanya.” Mereka berkata, “Kalau begitu, kami tidak akan meninggalkanmu di luar karena binatang buas bisa membunuhmu.” Sa’id menjawab, Tidak apa-apa. Aku ditemani Rabbku, Dia yang akan memalingkan binatang buas itu dan menjadikannya sebagai penjaga yang melindungiku.” Mereka berkata, “Memangnya kamu ini termasuk seorang Nabi?” Sa’id menjawab, “Bukan, aku hanyalah hamba Allah yang penuh dosa.”

Melihat hal itu  pendeta berkata, “Hendaknya ia memberiku apa yang dapat aku percayai agar kita merasa tenang.” Maka mereka meminta Sa’id untuk memenuhi permintaan pendeta itu. Sa’id berkata, “Sesungguhnya aku akan memberikannya hanya kepada Yang Maha Agung yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku tidak akan beranjak dari tempatku ini sampai besok pagi, insya Allah.” Pendeta itu pun merasa puas dengan jawaban Sa’id dan berkata kepada mereka, “Naiklah kalian dan ikatlah beberapa kayu untuk mengusir binatang buas dari hamba yang shalih ini karena tidak mau masuk di tempat ibadah ini.” Mereka pun naik ke tempat pendeta dan mengikat kayu.

Keesokan harinya, mereka terkejut melihat seekor singa betina dan singa jantan sudah duduk di depan Sa’id. Melihat itu, sang pendeta pun turun menghampiri Sa’id, bertanya tentang syari’at Islam dan sunnah Rasulnya. Maka Sa’id menjelaskan semuanya dan akhirnya pendeta itu masuk Islam. Akhirnya yang lainnya menemui Sa’id, meminta maaf dan mencium tangannya serta membersihkan debu yang menerpanya. Mereka berkata, “Wahai Sa’id, kami telah diberi janji oleh Al Hajjaj akan dilepaskan dan dibebaskan (dari budak) dengan syarat jika kami telah menangkapmu dan mengantarkanmu ke hadapannya. Maka sekarang perintahkan kami untuk melakukan apa yang engkau kehendaki!”

Sa’id berkata, “Lakukan tugas kalian! Aku berlindung kepada Rabbku, dan tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya.” Mereka pun melanjutkan perjalanan. Lalu Sa’id berkata, “Sesungguhnya aku telah mengikuti kalian dan tidak meragukan ajalku sudah dekat. Biarkan aku malam ini mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematianku. Bila sudah datang pagi, lanjutkan perjalanan ini.”

Sebagian berkata, Kami tidak ingin mencari jejaknya jika ia telah pergi dari kami, setelah kami melihat keadaannya dengan mata kepala kami sendiri.” Yang lain berkata, “kalian sudah berhasil menemukan dan memenuhi tawaran al Hajjaj. Janganlah lemah semangat.” Yang lain berkata, “Kalian diberikan apa yang diberikan pendeta itu. Celaka kalian! Tidakkah kalian mau mengambil pelajaran dari singa tadi?”  Mereka pun memandangi Sa’id yang sedang sibuk bermunajat dengan Rabb nya. Mereka berkata, “Wahai sebaik-baik manusia di muka bumi. Andai saja kami belum mengenalmu. Sungguh celaka kami ini! Bagaimana kami sanggup menahan siksa nantinya karena kami telah menangkapmu? Mohonkan ampunan untuk kami kepada Pencipta kita.”

Masya Allah, inilah satu kisah di antara kisah-kisah orang sholih terdahulu yang menginspirasi seorang pendeta menemukan keyakinan yang kuat terhadap Rabb yang Esa. Kesholihan Sa’id yang bisa dipercaya ucapannya. Yang tidak mengingkari ucapannya walau dalam keadaan yang sangat terjepit sekalipun. Hal itu karena keyakinan Sa’id kepada Rabb nya yang kokoh, yang tidak membuatnya gentar sekalipun terhadap ancaman binatang buas. Yah, Sa’id  yakin sepenuhnya kepada Allah dan yakin akan pertolongan-Nya.||

Sumber : Terputusnya Ilmu Para Ulama. Syaikh AMajdi Fathi As-Sayyid

Penulis: oleh : Asnurul Hidayati, Guru MI di Bantul
Powered by Blogger.
close